Gambar 5. Agroforestri pola lalang
1 Karakteristik Internal
Berdasarakan hasil identifikasi terhadap karakteristik faktor internal para petani yang terkait dengan kegiatan agroforestri pola tembawang, kebun karet,
bawas dan lalang di Desa Idas, Kecamatan Noyan, Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, ternyata ditemukan 7 unsur internal yang terkait dengan
motivasi petani untuk melaksanakan kegiatan agroforestri pada berbagai pola tersebut yaitu: umur petani, tingkat pendidikan, kepemilikan lahan, pengalaman
berusahatani, persepsi petani terhadap kegiatan agroforestri, status sosial, dan sifat kosmopolitan. Untuk lebih jelasnya tentang unsur karakteristik internal petani
pada berbagai pola agroforestri diuraikan sebagai berikut:
1.1. Umur petani
Dalam penelitian ini umur para respondenpetani pada kegiatan agroforestri dibagi ke dalam 3 kelas umur, yaitu kelas umur lebih dibawah 17
tahun, kelas umur antara 17 sampai 55 tahun, dan kelas umur 55 tahun keatas. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan para respondenpetani
pelaksana kegiatan agroforestri, baik untuk pola tembawang, kebun karet, bawas,
dan lalang diperoleh distribusi responden berdasarkan umur petani, rekapitulasi distribusi umur petani disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Distribusi responden Berdasarkan Umur
Pola Agroforestri Tingkat Umur
Tembawang Karet
Bawas Lalang
Total N
N N
N N
Rendah 17 Sedang 17-55
Tinggi 55 8
22 27
73 30
100 9
21 30
70 5
25 17
83 22
98 18
82 Kisaran
Rata-rata 22 – 73
46,1
Data yang tertera pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa rata-rata umur respondenpetani yang terlibat dalam berbagai pola agroforestri di Desa Idas yang
terbanyak adalah 98 responden 82 termasuk dalam kelas umur tinggi 55 tahun keatas, dan 22 responden 18 termasuk kategori umur sedang 17
sampai 55 tahun. Sedangkan untuk kelas umur rendah dibawah 17 tahun tidak ada yang terlibat dalam kegiatan agroforestri, hal ini dikarenakan masyarakat
yang berumur dibawah 17 tahun masih tergolong sebagai anggota keluarga atau masih ikut orang tua. Dalam hal ini kalau ikut terlibat dalam kegiatan agroforestri
hanya semata-mata untuk membantu orang tua. Khusus untuk agroforestri pola tembawang dilihat dari aspek umur
ternyata 8 orang respondenpetani 27 termasuk kategori sedang yaitu berumur antara 17 sampai 55 tahun, dan 22 respondenpetani 73 termasuk kategori
tinggi yaitu berumur diatas 55 tahun. Sementara pada pola kebun karet ternyata secara keseluruhan atau 100 responden yang terlibat dalam kegiatan
agroforestri pola kebun karet adalah termasuk kategori tinggi yaitu semuanya berumur diatas 55 tahun. Untuk pola agroforestri pola bawas ditemukan bahwa
responden yang ikut serta dalam kegiatan agroforestri adalah 9 responden 30 termasuk kategori sedang yaitu berumur 17 sampai 55 tahun, dan 21 responden
70 termasuk kelas umur tinggi yaitu berumur diatas 55 tahun. Selanjutnya untuk agroforestri pola lalang dilihat dari aspek umur ternyata 5 respondenpetani
17 termasuk ketegori sedang yaitu berumur antara 17 sampai 55 tahun, dan 25 respondenpetani 83 termasuk kategori tinggi yaitu berumur diatas 55 tahun.
Pada Tabel 7 juga terlihat bahwa pada semua pola agoroforestri yang dilaksanakan pada projek SFDP-PPHK di Sanggau ternyata tidak ditemukan
respondenpetani yang berumur dibawah 17 tahun kategori rendah yang terlibat dalam kegiatan agroforestri tersebut.
Secara umum dilihat dari aspek umur bahwa petani yang terlibat dalam kegiatan agroforestri berumur antar 22 sampai 73 tahun, dengan umur rata-rata
46,1 tahun. Untuk itu petani pada kegiatan agroforestri tersebut termasuk dalam kategori umur produktif, tentunya akan terpengaruh terhadap keberhasilan
pelaksanaan program agroforestri tersebut. Dalam hal ini kemampuan kerja petani juga sangat dipengaruhi oleh tingkat umur petani tersebut, produktivitas kerja
akan terus menurun dengan semakin lanjutnya usia petani. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir, dimana umur
seseorang berkaitan erat dengan kematangan psikologis dan kemampuan fisiologisnya. Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tingkat kemampuan
fisiologisnya hingga sampai pada titik tertentu, namun setelah melewati titik tersebut, semakin tinggi umur seseorang akan semakin menurun kemampuan
fisiologisnya.
1.2. Tingkat Pendidikan