10
c. Ekstrak cair
Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet Depkes RI, 2000.
2.3 Keluarga Berencana KB
Meskipun telah dilakukan pengembangan secara terus-menerus namun sampai saat ini kita masih menghadapi masalah kependudukan Meilani, dkk.,
2010. Pertambahan jumlah penduduk pada negara-negara berkembang, menimbulkan masalah kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhan pangan
dan pendidikan, pada negara-negara industri, masalah pertambahan penduduk berbeda dengan negara berkembang karena perbedaan gaya hidup dan perbedaan
tingkat kesejahteraan Zain, 2013. Upaya mengatasi masalah kependudukan tersebut dilakukan oleh banyak
pihak dari berbagai instansi atau departemen secara bersama-sama. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menurunkan tingka pertumbuhan penduduk dengan
menurunkan tingkat fertilitas, menurunkan TFR antara lain dengan gerakan KB nasional Meilani, dkk., 2010.
Menurut WHO World Health Organization keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga Suratun, dkk., 2002.
11
Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan, memiliki arti yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif. Tujuan yang ingin dicapai, bukan hanya bertumpu pada aspek demografis kuantitatif, tetapi lebih ditekankan pada
peningkatan kualitas hidup individu kualitatif Suratun, dkk., 2008.
2.4 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan Suratun, dkk., 2008. Kerja kontrasepsi pada dasarnya adalah meniadakan pertemuan antara sel telur
ovum dengan sel mani sperma. Tiga cara untuk mencapai tujuan ini, baik yang bekerja sendiri maupun bersamaan adalah pertama menekan keluarnya sel telur
ovulasi misalnya dengan penggunaan pil kontrasepsi kombinasi. Pil kontrasepsi kombinasi bekerja di hipotalamus dengan menghambat gonadotropin releasing
hormon sehingga menekan sekresi liteinizing hormon LH dan sedikit folicle stimulating hormon FSH. Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak
terjadi Siswosudarmo, dkk., 2001. Kedua menahan masuknya sperma ke dalam saluran pada kelamin wanita,
contohnya penggunaan pil kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron yang dikenal dengan Minipill. Minipill mengandung progesteron dengan dosis yang
lebih rendah dibanding dengan progesteron yang terkandung di dalam pil kombinasi dimana mekanisme dari pil ini adalah dengan mengentalkan lendir
serviks, sehingga sperma sulit masuk lebih jauh Siswosudarmo, dkk., 2001.
12
Metode ketiga adalah dengan menghalangi implantasi Siswosudarmo, dkk., 2001. Implantasi dapat dihambat oleh apa yang disebut sebagai morning
after pill, yaitu jenis kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dengan dosis tinggi yang diminum selama beberapa hari setelah kemungkinan terjadinya
konsepsi. Obat ini mencegah implantasi dengan menimbulkan degenerasi prematur korpus luteum, sehingga hormon yang menunjang pertumbuhan
endometrium menghilang Sherwood, 2001. Cara kontrasepsi yang ideal sampai sekarang belum ada. Kontrasepsi yang
ideal adalah kontrasepsi yang memenuhi persyaratan yaitu dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan pada saat koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan Wiknjosastro, dkk., 2009.
2.4.1 Kontrasepsi hormonal
Hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin Folicle Stimulating Hormone FSH dan Luteinizing Hormone LH di bawah pengaruh hipotalamus.
Hormon-hormon ini dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Dua hormon ini menumbuhkan endometrium pada waktu siklus haid,
pada keseimbangan tertentu menyebabkan ovulasi, dan penurunan kadarnya mengakibatkan desintegrasi endometrium dan haid. Penyelidikan lebih lanjut
menunjukkan baik estrogen maupun progesteron dapat mencegah ovulasi. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi estrogen dan
13
progesteron sebagai cara kontrasepsi dengan jalan mencegah terjadinya ovulasi Anwar, dkk., 2011.
Beberapa jenis kontrasepsi hormonal berdasarkan cara penggunaannya, yaitu:
1. Oral
a. Kombinasi Combine Oral ContraceptionCOC.
b. Progestin Progestin only pillPOP.
2. SuntikInjeksi
a. Suntikan kombinasi.
b. Suntikan progestin.
3. Alat kontrasepsi bawah kulit AKBKImplant Meilani, 2010.
2.4.2 Kontrasepsi non-hormonal
Jenis-jenis kontrasepsi non-hormonal antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Kontrasepsi tanpa menggunakan alatobat a.
Senggama terputus Koitus Interuptus b.
Pembilasan pascasenggama Postcoital Douche c.
Pantang berkala Rhythm Method 2.
Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki kondom 3.
Kontrasepsi sederhana untuk perempuan a.
Diafragma vaginal b.
Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida Anwar, 2011. 4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDRIUD Meilani, 2010.
2.5 Hormon ovarium
14
2.5.1 Estrogen
Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17β-estradiol, estron dan estriol. Hormon-hormon ini terutama disekresikan oleh sel granulosa folikel
ovarium, korpus luteum dan plasenta. Ganong, 2008. FSH maupun LH diperlukan untuk sintesis dan sekresi estrogen oleh folikel, tetapi
hormon-hormon ini bekerja pada sel-sel yang berbeda dan pada tahapan jalur pembentukan estrogen yang berbeda pula. Sel granulosa maupun sel teka
berpartisipasi dalam pembentukan estrogen. Perubahan kolesterol menjadi estrogen memerlukan sejumlah langkah berurutan, dengan langkah akhir adalah
perubahan androgen menjadi estrogen. Sel-sel teka banyak menghasilkan androgen tetapi kapasitas mereka merubah androgen menjadi estrogen terbatas.
Sel-sel granulosa, di pihak lain, mudah mengubah androgen menjadi estrogen tetapi tidak mampu membentuk androgen sendiri. LH bekerja pada sel-sel teka
untuk merangsang pembentukan androgen, sementara FSH bekerja pada sel-sel granulosa untuk meningkatkan perubahan androgen menjadi estrogen. Karena
kadar basal FSH yang rendah sudah cukup mendorong perubahan menjadi estrogen, maka kecepatan sekresi estrogen oleh folikel terutama bergantung pada
kadar LH dalam darah, yang terus meningkat selama fase folikel Sherwood, 2001.
Estrogen sintetis yang ditemukan dalam kontrasepsi hormonal di Amerika Serikat yaitu etinil estradiol dan mestranol. Sebagian besar kontrasepsi oral
kombinasi berisi estrogen pada dosis 20 sampai 50 mcg etinil estradiol, dan pada transdermal dirilis 20 mcg etinil estradiol perhari Dipiro, dkk., 2008.
2.5.2 Progesteron
15
Progesteron disekresi oleh ovarium terutama dari korpus luteum selama fase pertengahan kedua siklus menstruasi, kecuali di ovarium, hormon ini juga
disintesis di testis, korteks adrenal dan plasenta Gunawan, 2009. Hormon ini merupakan zat antara yang penting dalam biosintesis steroid di semua jaringan
yang menyekresi hormon steroid. Progesteron memiliki waktu paruh yang singkat dan diubah menjadi pregnanediol di hati, yang kemudian dikonjugasi dengan
asam glukoronat dan diekskresikan di dalam urin Ganong, 2008. Kadar progesteron pada pria adalah 0,3 mcgmL sedangkan pada wanita
kadarnya sekitar 0,9 mcgmL selama fase folikular siklus haid. Sekresi progesteron mulai meningkat sampai mencapai kadar puncak sekitaar 18 mcgmL
pada fase luteal yang disekresikan oleh korpus luteum Ganong, 2008. Jenis progesteron sintetik yang digunakan sebagai kontrasepsi, yaitu yang
berasal dari 19 nortesteron dan yang berasal dari 17 alfa-asektosi-progesteron. Progesteron yang berasal dari 17 alfa-asektosi-progesteron akhir-rkhir ini di
Amerika Serikat tidak dipergunakan lagi untuk kontrasepsi oleh karena pada binatang percobaan pil yang mengandung zat ini, bila dipergunakan pada waktu
yang lama dapat menimbulkan tumor mamma. Derivat 19 nortesteron yang banyak digunakan untuk pil kontrasepsi adalah noretinodrel, norethindron asetat,
etinodiol asetat, etinodiol diasetat, dan norgestrel Wiknjosastro, dkk., 2009.
2.6 Siklus haid
Secara klinis haid dinilai berdasarkan tiga hal yaitu siklus haid, lama haid dan jumlah darah yang keluar selama satu kali haid Anwar, 2011. Rata-rata
siklus haid terjadi selama 28 hari, namun bisa juga terjadi dalam rentang 21
16
sampai 40 hari. Umumnya, perbedaan ini paling besar terjadi pada fase folikuler terutama tahun-tahun setelah menarke dan sebelum menopouse Dipiro, dkk.,
2008. Siklus haid dipengaruhi oleh hubungan antara hipothalamus, pituitari
anterior, dan ovarium Dipiro, dkk., 2008. Terdapat dua siklus yang mempengaruhi siklus haid, yaitu siklus ovarium yang terdiri dari fase folikel,
ovulasi dan fase luteal. Selain itu siklus uterus juga mempengaruhi siklus haid yang terdiri dari fase proliferasi dan fase sekretori Sherwood, 2001.
Gambar 2.1 Siklus haid
Selama fase folikel, folikel ovarium mengeluarkan estrogen di bawah pengaruh FSH, LH, dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang awalnya rendah
dan terus meningkat menyebabkan penghambatan terhadap sekresi FSH yang terus menurun sampai akhir fase folikel, dan menekan sekresi LH yang terus
meningkat pada masa folikel. Keadaan saat sekresi tertinggi estrogen, kadar estrogen tersebut memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan
LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen terus menurun tajam sewaktu folikel mati pada ovulasi Sherwood, 2001.
17
Sel-sel folikel yang telah mengalami ovulasi diubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron serta estrogen pada masa luteal, dimana
progesteron lebih dominan dibandingkan dengan estrogen. Progesteron sangat menghambat FSH dan LH, yang terus menurun selama fase luteal. Korpus luteum
berdegenerasi dalam waktu sekitar dua minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi dan tidak tertanam di uterus. Kadar progesteron dan estrogen
menurun secara tajam pada saat korpus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormon ini kembali
meningkat dan merangsang berkembangnya folikel baru seiring dimulainya fase folikel Sherwood, 2001. Fase-fase di uterus yang terjadi pada saat yang
bersamaan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Awal fase folikel, lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan pembuluh darah
terlepas. Pelepasan itu terjadi akibat turunnya estrogen dan progesteron ketika korpus luteum tua berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya. Akhir fase
folikel, kadar estrogen yang meningkat menyebabkan endometrium menebal. Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum menimbulkan perubahan vaskuler
dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi. Sewaktu korpus luteum
berdegenerasi, dimulailah fase folikel dan fase haid uterus yang baru Sherwood, 2001.
2.7 Siklus estrus