27
3.9.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600 ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh
bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.9.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, lalu dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu
yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995.
3.10 Pemeriksaan metabolit sekunder
3.10.1 Pemeriksaan alkaloida
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dan ekstrak ditimbang kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas
penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Diambil tiga tabung, lalu ke dalam masing-masing tabung dimasukkan 0,5 ml filtrat.
Pada tabung I : ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih atau kuning.
28
Pada tabung II : ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk
endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan. Pada tabung III
: ditambahkan 2 tetes pereaksi Bourchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman.
Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan paling sedikit dua atau tiga dari percobaan di atas Depkes, 1995.
3.10.2 Pemeriksaan flavonoida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml
filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi
warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol Farnsworth,
1966. 3.10.3
Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran dari 7 bagian etanol 96 dengan 3 bagian air suling 7:3 dan 10 ml
asam klorida 2 N. Kemudian direfluks selama 10 menit, didinginkan, lalu disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II
asetat 0,4 M dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, perlakuan ini diulangi sebanyak 3
kali. Sari organik dikumpulkan dan ditambahkan Na
2
SO
4
anhidrat, disaring, kemudian diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50ºC, sisanya dilarutkan
dalam 2 ml metanol. Sari air digunakan untuk percobaan berikut, 0,1 larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian diuapkan di atas penangas
29
air. Sisanya ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes larutan pereaksi Molish, lalu ditambahkan dengan perlahan-lahan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding
tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula glikon atau glikosida Depkes RI, 1995.
3.10.4 Pemeriksaan saponin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok
kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes
asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Depkes RI, 1995.
3.10.5 Pemeriksaan tanin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g, disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan
diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin
Farnsworth, 1966.
3.10.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g kemudian dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap.
Sisanya ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah,
merah muda atau ungu meunjukkan adanya triterpenoida Harborne, 1987.
30
3.11 Persiapan penelitian 3.11.1 Pembuatan EEDP
Serbuk daun pacing diekstraksi dengan cara dimaserasi dengan etanol 70. Caranya adalah sebanyak 350 g serbuk daun pacing dimasukkan ke dalam
wadah tertutup tidak tembus cahaya, kemudian ditambahkan 10 bagian pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan
selama 18 jam. Maserat kemudian dipisahkan sehingga diperoleh bagian filtrat dan bagian ampas, diulangi penyarian pada ampas dengan jenis dan jumlah
pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental daun pacing EEDP
Ditjen POM, 2011.
3.11.2 Pembuatan suspensi Na CMC 0,5
Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi 20 ml air suling panas. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang
transparan. Setelah mengembang, digerus hingga terbentuk gel lalu diencerkan dengan sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml.
Volumenya dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda Anief, 1997.
3.11.3 Penentuan siklus estrus
Penentuan siklus estrus pada mencit betina dilakukan dengan metode cotton bud atau metode oles. Sel-sel vagina diambil dengan cotton bud yang
sebelumnya sudah dibasahi dengan larutan NaCl 0,9, kemudian dimasukkan ke dalam vagina mencit dan diputar secara perlahan, dioleskan pada kaca objek,
kemudian diwarnai dengan pewarna giemsa 10, dibiarkan sampai kering, dicuci dengan air suling dan dikeringkan kembali, ditetesi dengan minyak imersi dan