Kinerja Perawat Analisa Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai

Berdasarkan tabel 5.4 hasil uji statistik secara komputerisasi menggunakan pearson correlation. Koefisien korelasi stres kerja dengan kinerja perawat diperoleh 0,682 berarti korelasi stres kerja dengan kinerja perawat mempunyai hubungan yang kuat dan nilai p- value pada kolom sig 2-tailed sebesar 0,000. Angka ini lebih kecil dari nilai a= 0,05. Hal ini diinterpretasikan bahwa Ho di tolak, yang artinya ada hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

2. Pembahasan

2.1. Stres Kerja

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas perawat mengalami stres kerja sedang sebanyak 19 perawat 42,2 yang memberikan gambaran tentang bahwa masih adanya faktor yang mempengaruhi timbulnya stres pada perawat terkait dengan lingkungan kerja dan faktor beban kerja yang berlebihan dan kesulitan menjalin hubungan dengan staf yang lain yang dirasakan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai. Stres kerja pada kategori sedang pada penelitian ini salah satunya merupakan kondisi tempat kerja yang kurang sehat dikarenakan masih adanya resiko penularan penyakit di setiap ruangan rawat inap dan perawat mayoritas masih mempunyai keterbatasan tenaga, masih mempunyai beban kerja yang berat dan masih mempunyai konflik dengan teman sejawat sehingga menimbulkan stres pada perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Griffin 2004 yang mengatakan bahwa tuntutan fisik terkait dengan lingkungan kerja yaitu kondisi tempat kerja yang kurang sehat dapat menimbulkan stres. Penyebab stres juga dikemukakan oleh Dewe 1989, dikutip dalam Abraham, 1997 yang menyatakan bahwa beban kerja yang terlalu berlebihan, masalah keterbatasan tenaga dan kesulitan menjalin hubungan dengan teman staf lain seperti mengalami konflik dengan teman sejawat. Hasil penelitian sebelumnya yang di kemukakan oleh Febriani 2009 juga mengatakan bahwa semakin banyak jumlah pasien yang dirawat dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat kebutuhan juga bisa memicu terjadinya stres. Menurut asumsi peneliti, jika dilihat dari status kepegawaian, rata- rata tenaga keperawatan masih berstatus Tenaga Kerja Lepas TKL, ini berarti adanya perbedaan atau diskriminasi struktur organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab dalam suatu pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat National Safety Council 2004 salah satu penyebab stres adalah kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja. Di lihat dari besar gaji dan tunjangan perbulan, penghasilan responden yang paling banyak adalah antara Rp. 800.000- Rp. 1 Juta perbulan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang 44,4. Menurut National Safety Council 2004 faktor penyebab organisasional salah