Uji Autokorelasi Uji Heterokedastisitas

2. H ditolak dan H 1 diterima apabila F hitung F tabel, artinya variabel independen secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3.2.6.3. Uji Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengetahui besarnya daya menerangkan dari variabel independen terhadap variabel dependen pada model tersebut. Nilai R 2 berkisar antara 0 R 2 1 sehingga kesimpulan yang diambil adalah: • Nilai R 2 yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel- variabel bebas dalam menjelaskan variabel-variabel tak bebas sangat terbatas. • Nilai R 2 mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi untuk memprediksi variasi variabel tak bebas. Dalam penelitian ini berarti, bila nilai R 2 memberikan hasil yang mendekati angka 1 , artinya kualitas lingkungan yang ditinjau dari tingkat emisi CO 2 , CH 4 , dan N 2 O dapat dijelaskan dengan baik oleh variasi variabel independen GDPI dan atau GDPI 2 , GDPP dan atau GDPP 2 . Sedangkan sisanya 100 - nilai R 2 dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

3.2.7. Uji Ekonometrika

3.2.7.1. Uji Autokorelasi

Istilah autokorelasi bisa didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota observasi yang diurut menurut waktu seperti data deret berkala atau ruang seperti data lintas sektoral. Autokorelasi biasanya berhubungan dengan data deret berkala time series walaupun memungkinkan terdapat pada data cross section. Uji yang paling dikenal untuk pendeteksian autokorelasi adalah uji yang dikembangkan oleh Durbin dan Watson, yang populer dikenal sebagai statistik d Durbin-Watson DW Test. Pengujian dengan DW Test hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantar variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah: H : tidak ada autokorelasi r = 0 H 1 : ada autokorelasi r ≠ 0 Tabel 3.2. Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan Hipotesis nol Keputusan Nilai DW Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tolak Tidak ada keputusan Tolak Tidak ada keputusan Tidak ditolak 0 d d L d L ≤ d ≤ d U 4 - d L d 4 4 - d U ≤ d ≤ 4 - d L d U d 4 - d U Sumber: Gujarati, 2003

3.2.7.2. Uji Heterokedastisitas

Suatu asumsi kritis dari model regresi linear klasik adalah bahwa gangguan u i semuanya mempunyai varians yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka mempunyai heteroskedasitas. Heteroskedasitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS. Tetapi penaksir ini tidak lagi mempunyai varians minimum atau efisien . Dengan perkataan lain, sehingga tidak lagi memenuhi asumsi BLUE. Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran ini dengan menggunakan White Heterocdasticity Test Gujarati, 2003. Nilai probabilitas ObsR-squared dijadikan sebagai acuan untuk menolak atau menerima H . Hipotesis yang akan diuji: H : homoskedastisitas H 1 : heteroskedastisitas Kriteria pengujiannya adalah: 1. Probabilitas ObsR-squared taraf nyata , maka tolak H 2. Probabilitas ObsR-squared taraf nyata , maka terima H Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot dan uji statistik. Uji grafik plot yang digunakan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Uji statistik yang digunakan adalah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residualnya terhadap variabel independen Gujarati, 2003. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

3.2.7.3. Uji Normalitas