94 permukiman perkotaan, industri, dan suspensi yang dibawa oleh aliran sungai.
Secara umum, TSS perairan Teluk Lampung sudah melampaui ambang batas baku mutu kualitas air laut untuk biota laut, dan dapat dindikasikan sudah tercemar.
Oksigen terlarut DO merupakan indikasi ketersediaan oksigen di dalam air yang dibutuhkan oleh mahluk hidup. secara umum peraian Teluk Lampung
menunjukkan indikasi DO masih memenuhi prasyarat yang dapat mendukung kehidupan biota laut.
Kebutuhan oksigen biologi BOD dan kimiawi COD merupakan parameter kualitas perairan yang mengindikasikan tingkat pencemaran. BOD dan
COD merupakan jumah oksigen dalam satuan mgl yang diperlukan untuk mendegradasi oksidasi polutan di dalam air secara biologi dan kimiawi. Baku
mutu kualitas air laut untuk biota laut Lampiran III, Kep-Men-LH No. 51 tahun 2004, hanya mensyaratkan nilai BOD. Perairan yang memiliki BOD 20 mgl,
dapat dinyatakan sebagai perairan yang mampu mendukung kehidupan biota laut dengan baik, dan sebaliknya bila nilai BOD sudah melebihi nilai ambang tersebut.
Secara umum terlihat bahwa poerairan Teluk Lampung sudah melampaui ambang batas baku mutu BOD, dan dapat dindikasikan sudah tercemar.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai kualitas air di perairan Teluk Lampung, maka dilakukan analisis data menggunakan
metode STORET-EPA United States-Environmental Protection Agency. Pada metode tersebut kualitas air diklasifikasikan dalam empat kelas, yaitu
Lampiran I Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 115 Tahun 2003:
1 Kelas A: baik sekali, skor = 0, yaitu memenuhi baku mutu 2 Kelas B: baik, -1
≥ skor ≥ -10, yaitu tercemar ringan 3 Kelas C: sedang, -11
≥ skor ≥ -30, yaitu tercemar sedang 4 Kelas D: buruk, skor
≤ -31, yaitu tercemar berat Dengan mengacu pada baku mutu kualitas air laut untuk biota laut
Lampiran III, Kep-Men-LH No. 51 tahun 2004, dilakukan penilaian skoring pada beberapa paramater kualitas air. Hasil analisis Storet disajikan pada Tabel
12, yang menunjukkan bahwa kualitas air Teluk Lampung, baik di pangkal maupun di mulut teluk tergolong tercemar sedang. Skor nilai pada pangkal dan
95 mulut teluk berturut-turut bernilai -19 dan -20. Parameter kualitas air yang
menunjukkan terjadinya pencemaran adalah meliputi kekeruhan, TSS, dan BOD.
Hasil analisis dengan metode STORET-EPA, semakin mempertegas bahwa air Teluk Lampung sudah terindikasi tercemar. Oleh karena itu,
pengelolaan perairan Teluk Lampung harus mendapat perhatian yang lebih serius, dan dilakukan secara terintegrasi dengan pengelolaan wilayah daratan.
Tabel 12 Kualitas air Teluk Lampung berdasarkan Metode STORET
No Parameter Satu-
an Baku
Mutu Pangkal Teluk 5°29’22,8” LS
dan 105°15’9,0” BT Mulut Teluk 5°50’02,4” LS
dan 105°37’8,8” BT Pasang Surut
Rata- rata
Skor Pasang Surut Rata-
rata Skor
Fisika 1 Kekeruhan NTU
5 10,8
4,6 7,7
-4 6,4
6,7 6,5
-5 2 TSS
mgl 20
50,4 55,4
52,9 -5
38,0 35,0
36,5 -5
Kimia 1 pH
- 7,0-8,5
7,6 7,7
7,6 7,7
7,8 7,8
2 Salinitas ‰
33-34 32,7
35,6 34,1
32,6 32,7
32,6 3 DO
mgl 5
7,5 7,4
7,4 6,8
6,4 6,6
4 BOD mgl
20 29,2
28,4 28,8
-10 24,8
22,8 23,8
-10 5 Amonia
mgl 0,3
0,05 0,05 0,05
0,05 0,05
0,05 6 Sianida
mgl 0,5
0,01 0,01 0,01
0,01 0,01
0,01 7 Hg
mgl 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
8 As mgl 0,012 0,002 0,002 0,002
0,002 0,002 0,002 9 Ni
mgl 0,05 0,02 0,02 0,02
0,02 0,02
0,02 Jumlah Skor
-19 -20
Keterangan: Kep-Men-LH No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, Lampiran III Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut
Sumber: Yusuf 2005
4.1.4 Biologi perairan
Perairan Teluk Lampung dihuni berbagai jenis ikan, baik demersal maupun pelagis. Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi
2000 dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007 menunjukkan bahwa di lima lokasi pengamatan di Teluk Lampung didapatkan
7.072 individu dari 31 suku dan 162 jenis ikan, 40 jenis diantaranya merupakan ikan target pangan. Kategori “major fish” yang terdiri dari 22 suku dengan 160
jenis. Untuk ikan target terdiri dari 9 suku dan 10 jenis, sedangkan ikan indikator terdiri dari 1 suku dengan 16 jenis kelimpahan ikan tertinggi terdapat di Pulau
Puhawang sisi barat dengan nilai 1.556 individu. Berdasarkan kategori ikan, Ikan
96 kelimpahan ikan “major” tertinggi didapatkan di Pulau Puhawang sisi barat,
sedangkan kelimpahan ikan target tertinggi dijumpai di Pulau Tegal sisi barat, dan kelimpahan ikan indikator tertinggi sebanyak 31 individu ditemukan pada Pulau
Puhawang sisi timur. Jumlah jenis ikan “major” tertinggi dijumpai di Pulau Legundi sisi timur, sedangkan untuk ikan target dan indikator jumlah jenis
tertinggi dijumpai di Pulau Sebuku pada sisi barat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ikan yang terdapat pada lima
pulau di Teluk Lampung menunjukkan kondisi yang kurang baik. Kondisi ini disebabkan banyaknya penangkapan ikan menggunakan cara-cara yang merusak
karang sebagai habitat ikan tersebut. Jenis ikan karang dan ekonomis penting masih dapat ditemukan, tetapi pada keragaman yang mendekati jarang. Kerusakan
karang juga akan mengakibatkan rendahnya ruang hidup bagi ikan karang. Terumbu karang dan padang lamun
Hasil penelitian Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007 menunjukkan bahwa Perairan Teluk Lampung mempunyai ekosistem terumbu
karang yang luas, umumnya tipe terumbu karang di Teluk Lampung adalah jenis fringing reefs
karang tepi. Pertumbuhan karang secara umum didominasi oleh karang yang bentuk hidupnya merayap encrusting, bercabang branching dan
lembaran foliose terutama dari famili Acroporidae, Pocilloporidae, Poritidae dan Faviidae.
Kondisi penutupan karang hidup pada 44 lokasi di Teluk Lampung, tergolong dalam kriteria buruk rusak sampai baik. Terumbu karang dalam
kondisi baik terdapat di perairan Pulau Kelagian, Pulau Balak, Tanjung Putus, dan Pantai Ketapang. Laju penurunan tutupan terumbu karang di perairan Teluk
Lampung pada lokasi tertentu di Pulau Tangkil, Pulau Tegal, Pulau Condong Darat, Pulau Kelagian, dan Pulau Puhawang selama kurun waktu 8 tahun 1998-
2007 adalah 3 pertahun. Kerusakan terumbu karang Teluk Lampung di sebabkan oleh: Kegiatan Pemboman dan pemutasan karang untuk mencari ikan
karang, Penambangan karang untuk bahan bangunan, jalan dan perhiasan, Sedimentasi akibat penebangan hutan dan pembukaan pertambakan dan
Kerusakan karang akibat pembuangan jangkar kapal di pulau-pulau kecil karena kurangnya pelampung tambat mooring buoy dan dermaga.
97 Ekosistem padang lamun tersebar di beberapa pantai dan pulau di kawasan
Teluk Lampung. Ekosistem padang lamun menyediakan fungsi ekologis sebagai pelindung pantai dari gelombang dan berfungsi sebagai filter alami yang menjaga
kualitas perairan supaya tetap jernih, dengan mengendapkan material tersuspensi dari pelumpuran siltasi di daratan. Padang lamun dengan kondisi baik yang
terdapat di kawasan Teluk Lampung menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi 2000 dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007
adalah pada Pulau tangkil, Pulau Puhawang, Pulau Tegal dan Pulau Legundi menunjukkan spesies yang beragam dan persentase penutupan lamun yang
bervariasi karena letak, tipe dan substrat perairannya. Plankton
Hasil penelitian Damar 2003 menunjukkan bahwa komunitas fitoplankton di perairan Teluk Lampung didominasi oleh diatome Chaetoceros
danicus, C. cf. debilis dan Pseudonitzschia spp. Sedangkan dinoflagellata dan
cyanophyceae hanya terdapat kurang dari 15, dengan sebaran tertinggi pada perairan sekitar muara sungai. Spesies tipikal dari dinoflagellata adalah Ceratium
furca, C. tripos spp., dan Dinophysis spp., serta cyanophyceae terutama adalah
Trichodesmium spp., yang biasa terdapat sekitar lokasi pertambakan di pantai
barat dan timur Teluk Lampung. Secara umum komunitas zooplankton di Teluk Lampung didominasi oleh
copepoda laut dan protozoa. Jumlah zooplankton terbesar dijumpai pada perairan sekitar muara-muara sungai, dengan jumlah dapat mencapai lebih dari 50.000
individum
3
, jumlah tersebut semakin menurun pada area tengah dan ke luar teluk. Pola tersebut bersesuaian sebaran fitoplankton, yang mengindikasikan hubungan
erat antara predator zooplankton dan mangsa fitoplankton Damar 2003. Dari analisis plankton dan pasokan nutrien ke perairan, Damar 2003
menyimpulkan bahwa peningkatan penduduk di wilayah Teluk Lampung telah dan akan menimbulkan masalah pencemaran eutrofikasi perairan. Peningkatan
dan perluasan sistem pengelolaan air limbah merupakan langkah yang harus segera dilakukan, di samping meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga
kelestarian lingkungan perairan Teluk Lampung.
98 Produktivitas primer perairan
Produktivitas primer perairan merupakan laju pembentukan senyawa organik yang kaya energi dari senyawa anorganik, yang seringkali dianggap sama
dengan laju fotosintesis. Produktivitas primer perairan merupakan parameter penting yang menunjukkan tingkat kesuburan perairan, dan juga dapat menjadi
indikasi bagi terjadinya pasokan nutrien yang berlebihan eutrofikasi perairan. Acuan produktivitas primer perairan yang utama adalah aktivitas fotosintesis
fitoplankton Nybaken 1982. Penggambaran produktivitas primer perairan Teluk Lampung, dilakukan dengan merujuk pada penelitian Damar 2003.
Hasil penelitian Damar 2003 menunjukkan bahwa estimasi produksi primer tahunan lebih tinggi pada perairan di dekat pantai kawasan perkotaan,
dan cenderung lebih rendah pada bagian tengah, dan bagian ke arah luar perairan Teluk Lampung. Di sekitar muara sungai Kota Karang di Bandar Lampung,
produksi primer tahunan sebesar 196,68 g C m
-2
tahun
-1
, sedangkan pada bagian tengah dan arah luar teluk, berturut-turut hanya 40,12 g C m
-2
tahun
-
1 dan 30,78 g C m
-2
tahun
-1
Penyebaran hutan mangrove di wilayah pesisir Teluk Lampung terdapat pada kawasan pulau-pulau kecil dan di sepanjang pantai yang umumnya
digunakan untuk pemukiman dan pertambakan. Hasil penelitian CRMP 1998a menunjukkan bahwa mangrove yang terdapat di pesisir Teluk Lampung tersebar
mulai dari wilayah pantai sampai pulau kecil dengan jumlah dan keragaman yang tinggi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi 2000 diacu dalam Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007 menyebutkan bahwa terdapat 27 jenis mangrove dan termasuk dalam 17 marga yang terdapat di pulau kecil dan
sepanjang pantainya. Secara umum mangrove yang dijumpai pada pulau-pulau kecil adalah jenis Rhizopora spp. dengan ketebalan 100 m. Pada kawasan pantai
. Berdasarkan tingkat trofik-nya, perairan di dekat pantai Teluk Lampung diklasifikasikan sebagai mesotrophic, dan perairan bagian tengah dan
arah luar teluk sebagai oligotrophic. Damar 2003 menyimpulkan bahwa produksi primer tahunan fitoplankton
perairan Teluk Lampung dipengaruhi oleh pasokan nutrien dan intensitas penyinaran matahari.
Mangrove
99 yang merupakan daerah pemukiman, tempat wisata dan pertambakan, hutan
mangrove yang dijumpai tinggal memiliki ketebalan 50 m, karena sudah dikonversikan sehingga diperlukan penanaman kembali.
Hasil penelitian CRMP 1998a juga mengungkapkan bahwa pada kawasan mangrove yang terdapat di Teluk Lampung memiliki luas sekitar 700 ha.
Hasil penelitian Zieren 1998 diacu dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007 menunjukkan bahwa pada tahun 1970-an luas mangrove kawasan
ini sekitar 1.000 ha. Penurunan kawasan magrove dapat diindikasikan turunnya luas kawasan mangrove disebabkan konversi kawasan mangrove menjadi
pemukiman, tempat wisata dan pertambakan. Pemanfaatan mangrove pada tahun 1970-an hanya untuk penyangga dan pagar rumah serta kayu bakar. Pada tahun
1990-an mulai terjadi konversi besar-besaran menjadi tambak dan tempat wisata.
4.2 Kependudukan
4.2.1 Jumlah, kepadatan, dan pertumbuhan penduduk
Jumlah penduduk di dalam wilayah penelitian pada tahun 2007 adalah sebesar 585.557 orang, atau sekitar 7,81 dari jumlah penduduk dan menempati
wilayah seluas 3,62 dari Provinsi Lampung. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Lampung Selatan, kemudian Kota Bandar Lampung. Dari
segi kepadatan penduduk, wilayah Bandar Lampung merupakan wilayah terpadat, yaitu Kecamatan Telukbetung Barat 26 orangha, Telukbetung Selatan 108
orangha, dan Panjang 29 orangha; sedangkan wilayah Kabupaten Pesawaran Kecamatan Punduh Pidada adalah yang terjarang, yaitu hanya 1 orangha.
Kondisi tersebut menujukkan distribusi penduduk wilayah pesisir Teluk Lampung tidak merata, dan hanya terkonsentrasi di Kota Bandar Lampung sebanyak
224.420 orang, Kecamatan Kalianda di Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 82.382 orang, dan Kecamatan Padang Cermin di Kabupaten Pesawaran sebanyak
93.017 orang. Informasi sebaran jumlah dan kepadatan penduduk, disajikan pada Gambar 21.
Pertumbuhan penduduk wilayah pesisir Teluk Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Provinsi Lampung. Rata-rata pertumbuhan
penduduk Provinsi Lampung tahun 1999-2007, adalah sebesar 1,26. Dalam
100 kurun waktu yang sama, pertumbuhan penduduk pesisir Teluk Lampung yang
direpresentasikan oleh Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan, berturut-turut adalah 1,35 dan 2,10 BPS Provinsi Lampung 2008a; BPS
Bandar Lampung 2008a; BPS Lampung Selatan 2008a; BPS Pesawaran 2008a. Informasi mengenai komponen pertumbuhan penduduk di wilayah penelitian,
disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Komponen pertumbuhan penduduk tahun 2007 No. Komponen Pertumbuhan
Persentase 1
Kelahiran 1,30
2 Kematian
0,24 3
Imigrasi 1,72
4 Emigrasi
0,46 Total pertumbuhan penduduk
2,32
Sumber: BPS Pusat 2008
Informasi pertumbuhan penduduk menunjukkan indikasi bahwa wilayah Teluk Lampung memiliki daya tarik yang besar, sehingga sebagian dari
pertambahan penduduk berasal dari imigrasi. Hasil kajian data potensi desa BPS, 2008 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah penelitian sampai
Gambar 21 Distribusi jumlah dan kepadatan penduduk wilayah pesisir Teluk Lampung BPS Bandar Lampung, 2008a; BPS Lampung Selatan,
2008a; BPS Pesawaran, 2008a
10 30
50 70
90 110
130
Pd g
. C e
rmi n
P dh.
P idada
T lb.
B ar
at T
lb. S
el at
an P
anj ang
K at
ibung S
idom ul
yo K
al ianda
R aj
abasa B
aka uheni
Pesawaran Bandar Lampung
Lampung Selatan P
enduduk r
ibu or ang
20 40
60 80
100 120
K epadat
an or
ang ha
Jumlah Penduduk Kepadatan
101 tahun 2007 adalah sebesar 2,32; dan komponen imigrasi yang masuk ke wilayah
penelitian adalah sebesar 1,72.
4.2.2 Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan bagian dari penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, yang aktif bekerja dalam kegiatan perekonomian, dan atau yang bersedia
bekerja. Di dalam wilayah penelitian, jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun pada tahun 2007 adalah berjumlah 402.719 orang 68,78 dari jumlah
penduduk. Dari jumlah tersebut, sebanyak 302.139 orang merupakan angkatan kerja. Tingkat pengangguran angkatan kerja yang mencari kerja adalah sejumlah
10.435 orang 3,45 dari angkatan kerja. Informasi mengenai tenaga kerja di wilayah penelitian, disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Penduduk usia lebih dari 15 tahun di wilayah pesisir Teluk Lampung tahun 2007
No Uraian
Jumlah orang
Terhadap usia 15 tahun
Terhadap penduduk
1 Angkatan
kerja Bekerja
291.704 72,43
49,82 Mencari kerja
10.435 2,59
1,78 Jumlah
302.139 75,02
51,60 2
Bukan angkatan
kerja Sekolah
40.973 10,17
7,00 Lainnya
59.607 14,80
10,18 Jumlah
100.580 24,98
17,18 Jumlah
402.719 100,00
68,78
Sumber: BPS Prov. Lampung 2001a, 2001b, 2008a, Dinas Tenaga Kerja Prov. Lampung 2005, BPS Pusat 2008
Angkatan kerja yang bekerja di dalam wilayah penelitian, terbanyak pada lapangan usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan sebesar 46,60. Lapangan usaha kedua yang banyak menyerap tenaga kerja adalah jasa, yaitu 19,12. Sektor jasa, banyak menyerap tenaga kerja di
wilayah perkotaan, di kecamatan Telukbetung Selatan, Telukbetung Barat, Panjang, dan Kalianda. Adapun lapangan usaha yang khas wilayah pesisir yaitu
perikanan merupakan penyerap tenaga kerja sebanyak 11.000 orang 4,04. Informasi mengenai lapangan usaha penyerap tenaga kerja di wilayah penelitian,
disajikan pada Tabel 15.