147 berbeda. Pengujian perbedaan kedua nilai tengah data dilakukan dengan
menggunakan uji-t dua arah two tail pada taraf nyata 5. Hasil pengujian model menunjukkan bahwa nilai tengah antara data historis dan data pemodelan dari
peubah yang diuji, tidak berbeda nyata. Ringkasan hasil pengujian, disajikan pada Tabel 35, sedangkan data lengkap disajikan pada Lampiran 8.
Berdasarkan validasi struktur dan perilaku, dapat disimpulkan bahwa model yang dibangun adalah valid. Dengan demikian, maka terdapat cukup alasan
untuk dapat menggunakan model yang dibangun dalam menggambarkan dinamika wilayah pesisir Teluk Lampung.
Tabel 35 Pengujian nilai tengah mean data historis dan data pemodelan
No Peubah Satuan
Mean Data Nilai-t
Kesim- pulan
Historis Model
Hitung Tabel
1 Populasi
orang 557.058
554.682 0,19
2,31 TB
2 Angkatan Kerja
orang 268.422
270.995 -0,29
2,31 TB
3 Aktivitas Ekonomi
Rp juta 2.963.912 2.960.503 0,02
2,31 TB
4 Investasi
Rp juta 237.155
211.585 0,29
2,31 TB
5 Produk Sektor Industri
Rp juta 422.347
426.668 -0,15
2,31 TB
6 Produk Sektor Pertanian
Rp juta 456.599
456.594 0,00
2,31 TB
7 Produk Sektor Perikanan
Rp juta 458.866
458.213 0,01
2,31 TB
8 Produk Sektor Angkutan
Laut dan Penyeberangan Rp juta
138.826 139.214
-0,05 2,31
TB 9
Produk Sektor Pariwisata Rp juta
68.993 68.292
0,28 2,31
TB 10 Produk Sektor Lain
Rp juta 1.418.281 1.411.522 0,09
2,31 TB
11 Lahan Permukiman dan Perkotaan
ha 3.990
3.941 0,21
2,31 TB
12 Lahan Budidaya Pesisir Tambak
ha 3.733
3.517 0,37
2,31 TB
Keterangan: TB = tidak berbeda nyata menurut uji t-student dua arah, pada taraf nyata 5.
6.2 Informasi Geografis Wilayah
6.2.1 Penutupan lahan
Luas lahan wilayah pesisir Teluk Lampung yang termasuk dalam wilayah penelitian adalah 127.902 ha. Berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat TM-7
tahun 2009, diketahui bahwa penutupan lahan yang dominan adalah pertanian lahan kering. Penutupan lahan terluas berupa campuran tanaman pangan, tanaman
kebun, dan semak, meliputi 40,85 lahan; kemudian disusul oleh penutupan yang didominasi oleh tanaman kebun sebesar 33,68. Penutupan lahan berupa
bangunan yang meliputi permukiman, perkotaan, dan industri hanya sekitar 3,87; dan pada areal yang berbatasan dengan perairan adalah tambak 4,88.
148 Kondisi penutupan hutan di wilayah pesisir Teluk Lampung, sudah sangat
sedikit. Hutan primer hanya tersisa sekitar 1.585 ha 1,24 yang terkonsentrasi di Lampung Selatan Gunung Rajabasa di Kecamatan Rajabasa, dan hutan bekas
tebangan seluas 9.957 ha 7,78 yang terkonsentrasi di Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran. Pada areal yang berbatasan dengan perairan, penutupan
hutan mangrove sudah hampir habis, yaitu hanya tersisa sekitar 342 ha 0,27, yang terdapat di Pesawaran. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penutupan
lahan oleh vegetasi alami hutan di wilayah pesisir Teluk Lampung, sudah cukup kritis dan memerlukan tindakan penataan yang efektif. Informasi mengenai
penutupan lahan, disajikan pada Tabel 36 dan Gambar 36.
6.2.2 Kemampuan lahan
Pengelompokan kelas kemampuan lahan di wilayah pesisir Teluk Lampung dilakukan mengikuti sistem USDA Klingibeel dan Montgomery 1961
diacu dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007. Dalam sistem tersebut, lahan
dikelompokkan dalam delapan kelas yaitu kelas 1 sampai kelas 8, yang berturut- turut mencirikan tingkat besarnya faktor penghambat penggunaan lahan yang
bersangkutan. Deskripsi dari masing-masing kelas kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:
1 Lahan kelas 1, sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus. Lahannya datar,
bersolum dalam, bertekstur agak halus atau sedang, drainase baik, mudah diolah, dan responsif terhadap pemupukan, tidak mempunyai penghambat
atau ancaman kerusakan. 2 Lahan kelas 2, mempunyai beberapa penghambat yang memerlukan usaha
pengawetan tanah tingkat sedang. Faktor penghambat adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat: lereng, kepekaan erosi atau erosi yang telah
terjadi, kedalaman tanah, struktur tanah, sedikit gangguan salinitas atau Na tetapi mudah diperbaiki, kadang tergenang atau banjir, drainase buruk
yang mudah diperbaiki, dan iklim sedikit menghambat. 3 Lahan kelas 3, mempunyai penghambat yang agak berat dan memerlukan
usaha pengawetan tanah khusus. Faktor penghambat adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat: lereng agak curam, kepekaan erosi agak tinggi
atau erosi yang telah terjadi cukup berat, sering tergenang banjir,