Pangan segar Aturan Halal di Indonesia

Tabel 4. Regulasi Halal pada kelompok bisnis Pangan Segar Tahapan Regulasi Halal Izinpendaftaran 1registrasi produk hewan sebagai salah satu menjamin produk hewan yang ASUH aman sehat utuh dan halal, 2 pemda kabupatenkota wajib memiliki RPH yang memenuhi persyaratan teknis. 3 izin mendirikan RPH dan izin pemotongan hewan dan atau penanganan daging, 4 izin pemasukan daging dan karkas oleh pelaku usaha Produksi dan Label kemasan 1 Produk hewan yang diproduksi di danatau dimasukkan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal .2 Cara yang baik good practices di RPH, 3persyaratan RPH untuk menyediakan daging ASUH. Pasal 6 : pesyaratan lokasi yang terpisah secara fisik dari kompleks RPH babi atau dibatasi dengan tembok min.3 meter. Pasal 41 : juru sembelih harus memenuhi persyaratan minimal memiliki sertifikat sebagai juru sembelih halal, 4 Pemberian label f tanda halal bagi yang dipersyaratkan, 5 Instalasi karantina..harus mendapat menjamin produk didalamnya tidak mengalami perubahan fisik,mutu sertta memperhatikan aspek keamanan pangan dan kehalalan Distribusi dan peredaran termasuk peredaran produk impor 1 Produk hewan yang diproduksi di danatau dimasukkan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal, 2cara yang baik di tempat pengumpulan dan penjualan, pemisahan produk hewan yang halal dengan produk lain yang tidak halal. 3 karkas,daging ,jeroan dan atau olahannya yang mempunyai sertifikat halal harus terpisah dari wadah atau kontainer karkas,daging,jeroan,dan atau olahannya yang tidak mempunyai sertifikat halal Pengawasan : produk lokal dan impor 1pasal 31produk hewan dari negara yang telah disetujui wajib memiliki serrtifikat veteriner dan sertifikat halal bagi yang dipersyaratkan. Pasal 54 : sertifkat produk hewan meliputi sertifikat veteriner dan SH bagi yang dipersyaratkan, 2 persyaratan teknis : juru sembelih halal bagi yang dipersyaratkan, memiliki SJH,supervisi LP POM MUI yang dituangkan dalam bentuk sertifkat dari negara asal, 3 untuk produk susu dan olahannya, dokumen sertifkat halal diperlukan di karantina Sanski Sanksi administratif dan pidana Baik pasal yang terdapat pada PP No.95 tahun 2012 atau Permentan No.15 tahun 2011 menunjukkan bahwa jaminan kehalalan tidak wajib di Indonesia. Pasal pasal tersebut keberadaannya bertentangan dengan pasal yang terdapat pada aturan atau regulasi yang hirarkinya lebih tinggi, yaitu UU No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 58 ayat 4.

2. Produk Industri Rumah Tangga PIRT

Untuk pangan PIRT, perizinan diatur oleh Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.12.22052012. Materi halal sebagai materi pendukung dalam proses pemberian izin PIRT. Untuk proses produksi tidak ada aturan spesifik yang terkait dengan halal pada CPP PIRT Cara Produksi Pangan PIRT, peraturan KBPOM RI.No.HK.03.1.23.04.12.22062012. Aturan halal terkait dengan pelabelan sebagaimana yang tercantum pada Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.03.1.23.06.10.5166 tentang Pencantuman Informasi asal bahan tertentu, kandungan alkohol, dan batas kadaluwarsa pada penandaanlabel obat, obat tradisional, suplemen makanan dan pangan, PP No.691999 pasal 10 ayat 1 dan 2 terkait dengan aturan halal sebagai bagian dari persyaratan label kemasan Pada penjelasan pasal 10 PP 69 tahun 1999 dinyatakan bahwa terkait dengan pencantuman tulisan halal, maka kebenarannya tidak hanya dibuktikan dari segi bahan baku, bahan tambahan pangan atau bahan bantu yang digunakan dalam memproduksi pangan, tetapi harus pula dapat dibuktikan dalam proses produksinya. Sementara CPPB PIRT sama sekali tidak memuat aturan tentang halal, padahal PP No.691999 merupakan salah satu konsideran yang terdapat pada CPPB PIRT tersebut. Tabel 5 menunjukkan regulasi halal yang secara eksplisit tersedia pada kelompok bisnis pangan PIRT. Distribusi dan peredaran pangan PIRT yang terkait dengan jaminan kehalalan menjadi bagian dari pengaturan cara ritel, yang diatur dengan peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.123.12.11.105692011 tentang Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik. Sementara pengawasan terhadap pangan PIRT terkait pencantuman halal dapat merefer pada UU No. 81999 pasal 8 d, e, dan h. Monitoring terhadap izin PIRT dinyatakan oleh regulasi perizinan PIRT dilakukan setahun sekali. Sementara untuk sanksi yang berlaku selain yang terdapat pada UU No. 81999 juga dapat dilakukan pencabutan sertifikat PIRT oleh bupatiwalikota.

3. Produk Pangan Olahan Industri Menengah Besar

Aturan Halal untuk tahap registrasi produk pangan olahan industri menengah besar dalam negeri, diatur oleh Permenkes No. 9241996 yaitu tentang pencantuman tulisan halal pada label kemasan. Aturan ini merupakan tindak lanjut dari SKB Menteri Kesehatan dan Menteri Agama No. 427MenkesSKBMII1985 tentang pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan. Sama halnya dengan pangan PIRT, pada tahapan produksi tidak ada pernyataan terkait dengan isu halal pada aturan yang dikeluarkan oleh Mentri Perindustrian No.75M-INDPER72010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik. Sementara salah satu konsiderasi dari aturan tersebut adalah PP No.691999 yang memuat tata cara produksi yang harus memenuhi persyaratan halal jika produk mencantumkan halal pada kemasannya. Aturan label kemasan yang terkait halal diatur oleh PP No. 691999 pasal 10 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.06.10.5166 tentang Pencantuman informasi asal bahan tertentu, kandungan alkohol, dan batas kedaluwarsa pada penandaanlabel obat, obat tradisional, suplemen makanan dan pangan. Tabel 5. Regulasi Halal Pangan PIRT Tahapan Regulasi Izin Pendaftaran Lampiran D.Tata cara pemberian SPP-IRT : Materi Pendukung tentang pencantuman label halal Produksi dan label kemasan 1Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,bertanggungjawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada labelnya.2 Pernyataan tentang halal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa bagian yang tidak terpisahkan dari label Pasal 3 ayat 2 Dalam hal asal bahan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat1 dan atau produk yang mengandung asal bahan tertentu telah mendapat sertifikasi dari lembaga yang berwenang,maka keterangan sertfikat yang bersangkutan hrs dicantumkan dalam penandaanlabel. 3 dalam hal keterangan sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat diatas berupa label halal,maka pencantumannya harus sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat yang bersangkutan. Pasal 4 : yang mengandung babi harus mencantumkan berupa tanda khusus berupa tulisan” mengandung babi”. Atau ayat 3 jika proses pembuatan bersingungan dengan bahan yang berasal dari babi dituliskan : “Pada proses pembuatannya bersinggungan dengan bahan bersumber babi”. Ayat 5 untuk pangan selain berupa tulisan mengandung babi juga tanda gambar babi Distribusi dan peredaran termasuk peredaran produk impor Lamp.point 6.5 : Pangan mengandung babi harus terpisah transportasi,karyawan yang menangani,peralatan,adanya logo dan tulisan mengandung babi pada kemasan Point 7.6 penyimpanan pangan mengandung babi harus terpisah dari yang tdk mengandung babi Point 8.1.5 tidak menggunakan BTPingredien yang tidak jelas kehalalannya. Point 9.2.3. pemajangan pangan mengandung babi dipisah dengan yang tidak mengandung b abi dan ada peringatan “PANGAN MENGANDUNG BABI” Pengawasan : produk lokal dan impor Pasal 8 .Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang d tidak sesuai dengan kondisi,jaminan..sebagaimana dinyatakan dalam label, h tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label Pasal 10 ayat 1 setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label Sanksi Sanksi administratif dan pidana Tabel 6 menunjukkan regulasi halal eksplisit pada tahapan kelompok bisnis pangan olahan industri menengah besar. Untuk distribusi dan peredarannya aturan yang terkait dengan regulasi halal menjadi bagian dari Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.123.12.11.105692011 tentang Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik. Sementara pengawasan kelompok bisnis pangan olahan industry menengah besar