Label dan Iklan Pangan. Pasal 101 ayat 1 menyatakan bahwa setiap

dalam Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.436 tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan terhadap susu dan produk olahannya. A.3. Kegiatan Inspeksi Kegiatan Inspeksi dalam makalah ini dapat memiliki makna yang sama dengan kegiatan audit. Inspeksi terkait halal biasanya dilakukan oleh suatu negara yang pemerintah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan jaminan kehalalan. Sedangkan kegiatan audit dilakukan pada negara yang pemerintahnya tidak ikut berpartisipasi. Di Indonesia, pemastian jaminan kehalalan saat ini masih dilakukan melalui kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia LP POM MUI. Lembaga ini melakukan kegiatan audit dengan serangkaian pemeriksaan terhadap fasilitas dan sistem yang menjamin untuk produksi halal. Audit dilakukan pada sarana lokasi produksi. LP POM MUI juga memiliki lembaga yang melakukan sertifikasi disetiap daerah yang dinamakan sebagai LP POM MUI daerah. Hubungan antara LP POM MUI pusat dan daerah adalah koordinasi dan keputusan fatwa tetap berada pada MUI daerah. Pemerintah dalam hal ini BPOM melakukan kegiatan inspeksi untuk mendukung pelaksanaan jaminan kehalalan produk pangan olahan industry pangan menengah besar. Aktifitas tersebut merupakan rangkaian pemberian nomor registrasi kepada produk yang diproduksi oleh suatu produsen. Inspeksi yang dilakukan oleh BPOM sebelum produk diluncurkan ke pasaran pre market surveillance dan post market surveillance. Halal dapat menjadi bagian yang di inspeksi dalam proses ini dan dilakukan berdasarkan Permenkes No.9241996 tentang aturan pencantuman tulisan halal pada label makanan . A.4. Organisasi pelaksana Sertifikasi Halal Organisasi Pelaksana Sertifikasi Halal yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : Gambar 3. Organisasi pelaksana sertifikasi halal Dewan Pelaksana terdiri dari divisi : 1Auditing , 2 Sistem Jaminan kehalalan, 3 Penelitian dan Pengkajian Ilmiah, 4 Pembinaan LP POM Daerah, 5 Standard Halal dan Pelatihan 6 Sosialisasi dan Promosi, 7 Bidang Informasi. A.5. Prosedur Audit LP POM MUI melakukan proses audit halal berdasarkan alur proses dapat dilihat pada Gambar 5. Sejak tahun 2012, LP POM MUI sudah memberlakukan sistem sertifikasi on line, Cerol SS 23000. Melalui sistem ini perusahaan melakukan proses sertifikasi secara on line mulai dari pendaftaran dan pemantauan terhadap proses yang berjalan. Proses sertifikasi online seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Proses Sertifikasi Halal Gambar 5. Proses Sertifikasi Online A.6. Struktur Pembiayaan Basis pembiayaan sertifikasi di LP POM adalah per dua tahun dan dilakukan berdasarkan kontrakaqad antara perusahaan dan LP POM MUI. Aqad dibuat berdasarkan jumlah dan jenis produk berdasarkan kategori produk yang sudah ditetapkan ada 40 kategori produk untuk produk pangan, kosmetika dan obat. A.7. Pelayanan Laboratorium Jika diperlukan, analisis laboratorium dapat dilakukan. Dalam proses sertifikasi halal, produk yang masuk dalam kategori resiko tinggi seperti produk daging dan olahannya. Analisa laboratorium dilakukan untuk memastikan apakah produk tersebut bebas dari kontaminasi barang haram. sama halnya untuk kandungan alkohol terhadap produk tertentu yang juga dianggap perlu.Saat ini LP POM MUI menggunakan alat uji cepat untuk memastikan bahwa produk tidak tercemari barang hewan dengan meggunakan Pork detection Kit Prosedur untuk pengujian laboratorium terhadap pengujian kandungan babi dan turunannya terdapat pada prosedur HAS 23000:2 poin 4.7.1 dan pengujian kandungan alcohol pada poin 4.7.2. A.8. Edukasi, Informasi dan Komunikasi LP POM MUI memiliki lembaga sosialisasi dan training serta melakukan kegiatan tersebut secara aktif ke masyarakat dan perusahaan.Pelatihan dilakukan secara berkala baik di kelola oleh bagian Pelatihan atau dilakukan sebagai in house training langsung ke perusahaan yang berkepentingan. Setiap tahun LP POM MUI juga melakukan acara pertemuan dengan semua perusahaan pemegang sertifikat halal,dalam rangka memberikan informasi yang berkaitan dengan kebijakan kebijakan baru di LP POM MUI. Acara rutin tahunan lainnya adalah expo dan pertemuan Internasional untuk para lembaga sertifikasi halal di seluruh dunia dan semua perusahaan yang juga berada di luar Indonesia. Salah satu kegiatan sosialisasi dan komunikasi halal yang dilakukan oleh LP POM MUI adalah melalui media cetak yang bernama Jurnal Halal dan media internet melalui situs jaringan yang dikelola oleh LP POM MUI . Jurnal halal pernah memuat temuan-temuan terkait adanya pelanggaran terhadap penggunaan label halal atau tidak adanya keterangan mengandung babi pada makanan impor yang mengandung babi.

B. Arab Saudi dan Negara-Negara Teluk Gulf Countries

B.1. Legislasi Halal Aturan Nasional Arab Saudi berdasarkan syariah Islam. Sehingga Negara menjamin bahwa semua produk yang masuk harus memenuhi persyaratan halal. Tidak ada babi dan produk turunan atau yang mengandung babi diperbolehkan masuk ke Negara tersebut. Arab Saudi bagian dari gabungan Negara-negara Teluk. Negara yang tergabung dalam Negara-negara Teluk adalah ; 1 Negara Uni Emirat Arab, 2 Kerajaan Bahrain, 3 Kerajaan Arab Saudi, 4 Kesultanan Oman, 5 Qatar, 6 Kuwait dan 7 Republik Yaman. Ketentuan pengembangan standar di negara negara Teluk adalah jika sudah ada standar yang dikeluarkan oleh Gulf Countries Council GCC Standard Organization GSO , baik telah berlaku atau sekalipun masih dalam bentuk draft, maka tidak akan ada pengembangan standar tersebut di masing masing negara. Arab Saudi merupakan negara anggota Teluk yang memiliki pasar pangan dan minuman terbesar diantara Negara-negara Teluk. Arab Saudi merepresentasikan sekitar 63 persen dari 9 milyar US dollar dari pasar GCC. Aturan Halal untuk Negara Arab Saudi mengikuti ketentuan dari standar regional GSO GCC Standardization Organization. GSO telah menetapkan bahwa semua pangan kemasan berlabel harus sesuai dengan hukum Islam, harus menyatakan bahwa produk bebas dari babi dan turunannya. Standar Halal yang telah ditetapkan oleh GSO adalah : 1 GSO 91995 : Labeling of Prepackaged Foods 2 GSO 9931999 :Animal Slaughtering according to Islamic Law 3 GSO 19312009 Halal Food Part 1 : General Requirement. 4 GSO 20552010 : Halal Food Part 2 : Guideline for Halal Food Certification Bodies and their Accreditation Requirements. B.2. OrganisasiStruktur GSO Struktur organisasi dari Gulf Standard Organization adalah sebagai berikut : Gambar 6. Struktur GSO sumber website GSO Board of Directors terdiri dari para mentri yang kompeten dan bertanggung jawab pada standarisasi dari masing-masing anggota Negara gabungan. Jika salah satu dari mentri yang berkompeten dari masing masing Negara anggota tersebut tidak dapat berpartisipasi, maka perwakilannya harus memiliki level yang sama dengan menteri. Technical Council terdiri dari pimpinan organisasi standar di masing- masing Negara atau yang secara resmi mewakili organisasi standar dari masing- masing Negara tersebut. Adapun sekretaris umum sekjen organisasi dan sekjen dari perwakilan masing-masing Negara harus hadir dalam pertemuan technical council tanpa memiliki hak suara. Technical council dapat mengundang organisasi publik atau pribadi yang peduli pada masalah standar dari negara anggota dalam pertemuan , tetapi organisasi tersebut tidak memiliki hak suara. Pertemuan yang diselenggarakan untuk memutuskan suatu ketentuan hanya akan valid jika dihadiri oleh mayoritas anggota Negara Teluk. Uni Emirat Arab UEA adalah negara anggota yang juga juga merupakan gabungan dari 7 negara-negara Arab. Regulasi pangan Halal di UEA dilakukan oleh Emirat Authority for Standardization and Metrology ESMA dan UEA General Secretariat of Municipalities GSM. ESMA bekerjasama dengan anggota GSO lainnya untuk mengembangkan dan mengadopsi standar-standar internasional. GSM bertanggungjawab terhadap keberadaan aturan keamanan pangan berdasarkan rekomendasi yang dibuat oleh National Food Safety Committee NFSC dan Veterinary Committee VC serta berkoordinasi dengan negara-negara yang tergabung dalam Uni Emirat Arab. Skema regulasi Halal di UEA yang disampaikan oleh Samia A.,et al 2012 adalah sebagai berikut :  Standard dikeluarkan oleh ESMA atau oleh GSO seperti : persyaratan pemotongan halal, persyaratan untuk pusat-pusat akreditasi termasuk badan sertifikasi pangan halal, metode uji babi dan lemak babi lard dalam produk pangan, standard untuk komoditi pangan yang mengandung daging, alkohol dan gelatin.  Legislasi GSM berupa : 1 keputusan tentang turunan babi dan lemak babi, penyembelihan halal sebagai persyaratan dari Good Hygiene Practices GHP, persyaratan untuk pakan dan persyaratan untuk mengimpor daging, 2 keputusan tentang prosedur untuk akreditasi lembaga Islam dan rumah potong hewan RPH, daftar tanda tangan yang berwenang, RPH yang Dewan Pengarah Konsil Teknis Komite Pengarah Komite komite Sekretariat Umum Komite Teknis diakui, Islamic centers dan industry pangan, serta level alkohol yang diijinkan di dalam produk minuman dan jus.  Legislasi GSM juga berupa manual tentang : pemeriksaan terhadap RPH dan peternakan, pemeriksaan inspeksi daging pada checkpoint di perbatasan, pemeriksaan pada asosiasi muslim dan inspeksi daging pada toko toko yang menjual daging butcheries.  Legislasi GSM juga mengeluarkan persyaratan tentang importasi daging berupa persyaratan bagi RPH yang melakukan ekspor serta lembaga sertifikasinya berdasarkan keputusan 431982-4-3, persyaratan dan prosedur untuk akreditasi lembaga Islam yang terlibat dalam urusan sertifikasi halal berdasarkan keputusan GSM32. Fungsi GSM selain membuat aturan juga mengatur dan mencegah munculnya permasalahan halal dengan menetapkan antara lain : a. Pengaturan permasalahan Pork dan Lard melalui laporan wajib bebas “pork and pork derivatives”. b. Jika mengandung gelatin maka gelatin harus berasal dari hewan yang halal untuk muslim c. Mengeluarkan daftar RPH yang sudah diakreditasi beserta organisasi Islam d. Memberikan otorisasi kepada kedutaan UEA di berbagai negara untuk memonitor proses kehalalan Negara Uni Emirat Arab memiliki “Food Law” Nomor 2 tahun 2008 untuk pangan yang beredar di Uni Emirat Arab. Food Law dikeluarkan oleh Abu Dhabi Food Control Authority ADFCA. Food Law juga mengatur hal terkait halal pada pasal 8 ayat 2 dan pasal 16 ayat 3. 90 B.3. Kegiatan Inspeksi Kegiatan Inspeksi yang dilakukan terdiri atas ketersediaan daging dan proses penyembelihannya berdasarkan standar GSO 9931999. Inspeksi juga dilakukan untuk memantau produk pangan yang beredar di Arab Saudi dan Negara Teluk lainnya berdasarkan standar GSO 20552010 yaitu Guideline for Halal Food Certification Bodies and their Accreditation Requirements. Tidak ada lembaga sertifikasi halal di Arab Saudi. Negara ini menerapkan sistem akreditas sesuai yang dengan standar GSO 20552010, Guideline for Halal Food Certification Bodies and their Accreditation Requirements untuk lembaga sertifikasi yang akan memasukkan produknya ke dalam negara tersebut. Inspeksi yang dilakukan di Negara UEA adalah inspeksi terhadap pangan impor berdasarkan kategori kanal versus kriteria produk.Inspeksi yang dilakukan di Arab Saudi dilakukan oleh regulator yaitu Arab Saudi Food and Drug Authorithy sementara di negara UEA dilakukan oleh Abu Dhabi Food Control Authority .