Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

OLEH:

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

RINGKASAN

SUSI SANTI SIMAMORA. Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain (dibimbing oleh D. S. PRIYARSONO).

Masalah umum yang dihadapi banyak negara seperti negara Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah tersebut saling berkaitan yang tidak akan terpisahkan selama salah satu dari masalah tersebut belum terselesaikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 mencapai 30,88 persen atau mencapai 35,1 juta jiwa dan jumlah pengangguran sebanyak 11,19 juta jiwa, merupakan masalah yang harus diselesaikan. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan laju inflasi meningkat pesat yang berakibat pada penurunan taraf hidup rakyat Indonesia yang merosot tajam dan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Iklim investasi yang baik merupakan salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan melalui peningkatan investasi. Iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha.

Iklim investasi yang baik merupakan iklim investasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya bagi badan usaha saja. Peningkatan iklim investasi adalah daya penggerak bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Penelitian ini selanjutnya akan melakukan analisis statistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pengolahan data dilakukan dengan regresi linear berganda menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan menggunakan program Minitab 13 dan Microsoft Excel dengan data

cross section tahun 2002. Kemudian akan dilakukan uji signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Dari data yang diperoleh akan diketahui seberapa besar minat investor terhadap Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi di berbagai negara. Dengan melakukan survei terhadap 21 negara serta menyusun indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

Kebijakan-kebijakan dan berbagai tindakan pemerintah memainkan peranan penting dalam membentuk iklim investasi. Pemerintah bisa mempengaruhi iklim investasi melalui dampak dari kebijakan pemerintah atas biaya dan risiko serta tindakan pemerintah atas pembatasan bagi persaingan yang


(3)

dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Keputusan-keputusan tersebut memiliki implikasi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan di setiap negara. Memperbaiki kebijakan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah akan membentuk iklim investasi yang mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini diwujudkan pemerintah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 yaitu berupa paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006. Terdiri dari masalah kelembagaan pelayanan investasi, masalah sinkronisasi peraturan pemerintah pusat dan peraturan daerah serta kejelasan ketentuan kewajiban investor mengenai dampak lingkungan, masalah kepabeanan dan cukai, masalah perpajakan, masalah ketenagakerjaan, serta masalah Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK). Dalam penelitian ini lebih lanjut akan dianalisis relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia berdasarkan laporan Bank Dunia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pada persamaan regresi analisis iklim investasi di beberapa negara menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah administrasi perpajakan dan masalah perizinan berpengaruh signifikan pada derajat kepercayaan sepuluh persen (α = 10 %). Artinya, ke lima variabel bebas tersebut masih merupakan hambatan bagi berlangsungnya iklim investasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan analisis ekonomi, tidak semua variabel bebas yang digunakan dalam persamaan menghasilkan koefisien yang sesuai dengan tanda yang diharapkan dalam hipotesis. Tanda pada variabel masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti dan masalah tingkat tarif pajak tidak sesuai dengan hipotesis. Iklim investasi di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini terbukti dari data yang dilaporkan Bank Dunia bahwa Indonesia merupakan tujuan investor yang ke 155 negara. Di Asia Tenggara sendiri, iklim investasi Indonesia hanya lebih baik sedikit dibandingkan dengan negara Myanmar.

Iklim investasi Indonesia masih tergolong buruk, bila dibandingkan dengan iklim investasi negara-negara lain. Melihat keterpurukan iklim investasi di Indonesia, pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan dan peraturan yang dimuat dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 mengenai paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006. Tindakan ini merupakan langkah awal yang baik untuk memulihkan iklim investasi di Indonesia. Jika pemerintah dan swasta serius dalam melaksanakan kebijakan ini maka pemerintah bisa mengembalikan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.


(4)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

Oleh

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Susi Santi Simamora

NRP : H 14102059

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS NIP. 131 578 814

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

Susi Santi Simamora


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan, 13 Juli 1984 sebagai anak tunggal dari pasangan alm. Mesra Simamora dan Kartini Sigalingging. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Impres Simpang Tiga Sidikalang pada tahun 1996, kemudian menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Sidikalang pada tahun 1999 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Cijeruk Bogor pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Jehovah atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara lain” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Iklim investasi merupakan topik yang menarik karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di suatu negara, khususnya Indonesia.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan rasa penghargaan yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS selaku Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Ibu Wiwiek Rindayati, MSi sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Jaenal Effendi, MA sebagai dosen penguji wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Roy Sembel dan Ibu Fifi Sembel, sebagai orang tua bagi penulis dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk kuliah di IPB.

5. Orang tua dan keluarga besar, atas dukungan doa dan motivasi kepada penulis. 6. Semua mahasiswa/mahasiswi ekbang 39 atas kebersamaannya selama ini. 7. Keluarga besar UKM PMK IPB atas dukungan dan doanya bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada hal-hal yang kurang sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2006

Susi Santi Simamora H14102059


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Ruang Lingkup ... 9

1.5 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1. Pengertian Investasi ... 11

2.1.2. Definisi Iklim Investasi ………... 12

2.1.3. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) …...…... 13

2.1.4. Indikator yang Mempengaruhi Iklim Investasi …... 14

2.1.5. Metode Estimasi Parameter: Ordinary Least Square (OLS) ………...……….... 18

2.2. Penelitian Terdahulu ... 19

2.3. Kerangka Pemikiran ... 20

2.4. Kerangka Pemikiran Operasional …... 22

2.5. Hipotesis Penelitian ... 23

2.6. Definisi Operasional ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 27


(10)

3.2. Metode Analisis ... 28

3.2.1. Statistika Deskriptif ... 28

3.2.2. Statistika Inferensia : Analisis Regresi …………....… 29

3.3. Metode Evaluasi Kebijakan Iklim Investasi ………….……. 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Iklim Investasi di Indonesia ... 41

4.2. Gambaran Iklim Investasi di Beberapa Negara ... 44

4.3. Iklim Investasi di China, India dan Uganda ... 52

4.4. Hasil Estimasi Fungsi Regresi ... 55

4.4.1. Uji Ekonometrika ... 56

4.4.2. Uji Statistik Model ………... 58

4.5. Analisis Ekonomi ... 60

4.6. Relevansi Paket Kebijakan Pemerintah dengan Melihat Keadaan Iklim Investasi di Indonesia ... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 74

7.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(11)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

OLEH:

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(12)

RINGKASAN

SUSI SANTI SIMAMORA. Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain (dibimbing oleh D. S. PRIYARSONO).

Masalah umum yang dihadapi banyak negara seperti negara Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah tersebut saling berkaitan yang tidak akan terpisahkan selama salah satu dari masalah tersebut belum terselesaikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 mencapai 30,88 persen atau mencapai 35,1 juta jiwa dan jumlah pengangguran sebanyak 11,19 juta jiwa, merupakan masalah yang harus diselesaikan. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan laju inflasi meningkat pesat yang berakibat pada penurunan taraf hidup rakyat Indonesia yang merosot tajam dan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Iklim investasi yang baik merupakan salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan melalui peningkatan investasi. Iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha.

Iklim investasi yang baik merupakan iklim investasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya bagi badan usaha saja. Peningkatan iklim investasi adalah daya penggerak bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Penelitian ini selanjutnya akan melakukan analisis statistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pengolahan data dilakukan dengan regresi linear berganda menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan menggunakan program Minitab 13 dan Microsoft Excel dengan data

cross section tahun 2002. Kemudian akan dilakukan uji signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Dari data yang diperoleh akan diketahui seberapa besar minat investor terhadap Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi di berbagai negara. Dengan melakukan survei terhadap 21 negara serta menyusun indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

Kebijakan-kebijakan dan berbagai tindakan pemerintah memainkan peranan penting dalam membentuk iklim investasi. Pemerintah bisa mempengaruhi iklim investasi melalui dampak dari kebijakan pemerintah atas biaya dan risiko serta tindakan pemerintah atas pembatasan bagi persaingan yang


(13)

dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Keputusan-keputusan tersebut memiliki implikasi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan di setiap negara. Memperbaiki kebijakan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah akan membentuk iklim investasi yang mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini diwujudkan pemerintah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 yaitu berupa paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006. Terdiri dari masalah kelembagaan pelayanan investasi, masalah sinkronisasi peraturan pemerintah pusat dan peraturan daerah serta kejelasan ketentuan kewajiban investor mengenai dampak lingkungan, masalah kepabeanan dan cukai, masalah perpajakan, masalah ketenagakerjaan, serta masalah Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK). Dalam penelitian ini lebih lanjut akan dianalisis relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia berdasarkan laporan Bank Dunia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pada persamaan regresi analisis iklim investasi di beberapa negara menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah administrasi perpajakan dan masalah perizinan berpengaruh signifikan pada derajat kepercayaan sepuluh persen (α = 10 %). Artinya, ke lima variabel bebas tersebut masih merupakan hambatan bagi berlangsungnya iklim investasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan analisis ekonomi, tidak semua variabel bebas yang digunakan dalam persamaan menghasilkan koefisien yang sesuai dengan tanda yang diharapkan dalam hipotesis. Tanda pada variabel masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti dan masalah tingkat tarif pajak tidak sesuai dengan hipotesis. Iklim investasi di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini terbukti dari data yang dilaporkan Bank Dunia bahwa Indonesia merupakan tujuan investor yang ke 155 negara. Di Asia Tenggara sendiri, iklim investasi Indonesia hanya lebih baik sedikit dibandingkan dengan negara Myanmar.

Iklim investasi Indonesia masih tergolong buruk, bila dibandingkan dengan iklim investasi negara-negara lain. Melihat keterpurukan iklim investasi di Indonesia, pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan dan peraturan yang dimuat dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 mengenai paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006. Tindakan ini merupakan langkah awal yang baik untuk memulihkan iklim investasi di Indonesia. Jika pemerintah dan swasta serius dalam melaksanakan kebijakan ini maka pemerintah bisa mengembalikan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.


(14)

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI:

INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN

Oleh

SUSI SANTI SIMAMORA H14102059

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Susi Santi Simamora

NRP : H 14102059

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara Lain

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS NIP. 131 578 814

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2006

Susi Santi Simamora


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan, 13 Juli 1984 sebagai anak tunggal dari pasangan alm. Mesra Simamora dan Kartini Sigalingging. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Impres Simpang Tiga Sidikalang pada tahun 1996, kemudian menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Sidikalang pada tahun 1999 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Cijeruk Bogor pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK).


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Jehovah atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Perbandingan Iklim Investasi: Indonesia Versus Beberapa Negara lain” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Iklim investasi merupakan topik yang menarik karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di suatu negara, khususnya Indonesia.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan rasa penghargaan yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Ir. D. S. Priyarsono, MS selaku Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Ibu Wiwiek Rindayati, MSi sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Jaenal Effendi, MA sebagai dosen penguji wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Roy Sembel dan Ibu Fifi Sembel, sebagai orang tua bagi penulis dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk kuliah di IPB.

5. Orang tua dan keluarga besar, atas dukungan doa dan motivasi kepada penulis. 6. Semua mahasiswa/mahasiswi ekbang 39 atas kebersamaannya selama ini. 7. Keluarga besar UKM PMK IPB atas dukungan dan doanya bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada hal-hal yang kurang sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2006

Susi Santi Simamora H14102059


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Ruang Lingkup ... 9

1.5 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1. Pengertian Investasi ... 11

2.1.2. Definisi Iklim Investasi ………... 12

2.1.3. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) …...…... 13

2.1.4. Indikator yang Mempengaruhi Iklim Investasi …... 14

2.1.5. Metode Estimasi Parameter: Ordinary Least Square (OLS) ………...……….... 18

2.2. Penelitian Terdahulu ... 19

2.3. Kerangka Pemikiran ... 20

2.4. Kerangka Pemikiran Operasional …... 22

2.5. Hipotesis Penelitian ... 23

2.6. Definisi Operasional ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 27


(20)

3.2. Metode Analisis ... 28

3.2.1. Statistika Deskriptif ... 28

3.2.2. Statistika Inferensia : Analisis Regresi …………....… 29

3.3. Metode Evaluasi Kebijakan Iklim Investasi ………….……. 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Iklim Investasi di Indonesia ... 41

4.2. Gambaran Iklim Investasi di Beberapa Negara ... 44

4.3. Iklim Investasi di China, India dan Uganda ... 52

4.4. Hasil Estimasi Fungsi Regresi ... 55

4.4.1. Uji Ekonometrika ... 56

4.4.2. Uji Statistik Model ………... 58

4.5. Analisis Ekonomi ... 60

4.6. Relevansi Paket Kebijakan Pemerintah dengan Melihat Keadaan Iklim Investasi di Indonesia ... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 74

7.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia ... 1 1.2. Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan

Pengangguran di Indonesia ... 2 1.3. Perkembangan Investasi Swasta Domestik dan Investasi Asing

di 92 Negara-Negara Berkembang ... 4 1.4. Biaya dan Banyaknya Hari dalam Memulai

Suatu Usaha ... 5 2.1. Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 12 2.2. Kurva Hubungan Investasi dengan Tingkat

Suku Bunga ... 14 4.1. Perkembangan PMA dan PMDN di Indonesia

(1973-2002) ... 41 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Investasi

di Beberapa Negara ... 45 4.3. Perbandingan Masalah Perizinan Memulai Usaha, Masalah

Administrasi Perpajakan, Masalah Tingkat Tarif Pajak dan

Masalah Penyediaan Dana di Berbagai Negara ... 46 4.4. Masalah Korupsi dan Masalah Pembayaran Suap dalam

Berinvestasi ... 48 4.5. Perbandingan Masalah Peraturan Ketenagakerjaan dan

Masalah Keterampilan Tenaga Kerja ... 50 4.6. Masalah Ketersediaan Fasilitas Keuangan dan Listrik ... 51 4.7. Pertumbuhan Investasi Swasta Terhadap Tingkat

Kemiskinan di Cina, India dan Uganda ... 54 4.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Investasi Survei Bank

Dunia Terhadap 53 Negara ... 62 4.9. Masalah Fasilitas Pendanaan dan Masalah Infrastruktur di


(23)

Beberapa Negara ... 63 4.10. Jumlah Hari yang Dibutuhkan dalam Memulai Usaha ... 65 4.11. Persentase Tarif Pajak Perusahaan di Berbagai

Negara ... 70 4.12. Kontribusi Usaha Kecil dan Menengah Terhadap PDB ... 72


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Regresi ... 79 2. Uji Heteroskedastisitas ... 80 3. Uji Normalitas ... 81 4. Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia

(Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi) Nomor 3


(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah umum yang dihadapi banyak negara seperti negara Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah tersebut saling berkaitan yang tidak akan terpisahkan selama salah satu dari masalah tersebut belum terselesaikan. Tingkat kemiskinan yang tinggi disebabkan oleh rendahnya pendapatan per kapita di masyarakat. Pendapatan masyarakat yang rendah, pada umumnya disebabkan oleh gaji buruh yang tidak mencukupi dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

0 10 20 30 40 50 60

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Ju m la h ( J u ta) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P er se n tase ( % )

Jumlah Penduduk Miskin (juta) Persentase Penduduk Miskin

Sumber: BPS Statistik Indonesia 2005 (diolah).

Gambar 1.1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Gambar 1.1. jumlah penduduk miskin pada tahun 1996 adalah sebanyak 34,5 juta jiwa atau 33,5 persen dari penduduk Indonesia, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan pada tahun 1976, jumlah penduduk


(26)

miskin mencapai 40,1 persen atau mencapai 54,2 juta jiwa. Tahun 1997 jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan menjadi 49,5 juta jiwa, atau sekitar 47,6 persen dari penduduk Indonesia. Pada tahun 1998 jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami sedikit penurunan menjadi 45,6 persen atau sebanyak 48,4 persen. Angka kemiskinan pada tahun 2001 sebanyak 37,9 juta jiwa atau 34,63 persen dari jumlah penduduk Indonesia, mengalami penurunan dari tahun 2000 sebesar 2,35 persen. Jumlah penduduk miskin nasional sejak tahun 2002 sampai tahun 2005 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,88 persen atau mencapai 35,1 juta jiwa.

0 2 4 6 8 10 12

1996 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun P e ng a ng gur a n ( J ut a J iw a ) -15 -10 -5 0 5 10 P e rt um buh a n ( % )

Pengangguran (Juta Jiwa) Pertumbuhan Ekonomi (%)

Sumber: Depnakertrans Indonesia 2005.

Gambar 1.2. Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran di Indonesia

Masalah pengangguran, berdasarkan grafik Gambar 1.2. sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk yang menganggur adalah sebanyak 11,19 juta jiwa, merupakan angka penganguran yang sangat tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.


(27)

Menurut survei Badan Pusat Statistik laju pertumbuhan ekonomi yang paling cepat mengalami perubahan adalah pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1998, yaitu dari 7,82 persen menjadi -13 persen. Hal ini disebabkan terjadinya krisis moneter antara tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 di Indonesia. Berdasarkan grafik tersebut juga diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,66 persen dan selalu mengalami peningkatan sampai tahun 2005 yaitu sebesar 5,03 persen. Berdasarkan teori ekonomi seharusnya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan diikuti penurunan tingkat pengangguran, tetapi melalui grafik di atas untuk kasus di Indonesia teori tersebut tidak terjadi.

Memperbaiki iklim investasi merupakan hal penting yang memberikan berbagai kesempatan dan insentif bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong setiap badan usaha untuk berkembang. Oleh karenanya iklim investasi yang baik salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan dalam berbagai indikator perekonomian yang dapat mempengaruhi tingkat pembangunan suatu negara.

Pertumbuhan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. GDP merupakan ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. GDP mengukur pendapatan total dan pengeluaran total nasional terhadap output barang dan jasa


(28)

perekonomian. Pemerintah dapat meningkatkan perekonomian melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang dikendalikan oleh Bank Sentral.

Salah satu penghalang utama bagi setiap negara dalam mencapai pertumbuhan perekonomian adalah kekurangan pemenuhan akan modal. Apabila masalah kekurangan penyediaan akan modal tersebut dapat teratasi, maka terjadi proses pembangunan. Pemerintah diharapkan tidak selalu menggantungkan pertumbuhan ekonomi hanya pada konsumsi dan pengeluaran pemerintah saja, tetapi pemerintah perlu memperhatikan komponen lain yang lebih baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, misalnya melalui rangsangan pada investasi. Oleh karena itu, peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi tidak dapat diabaikankan. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1980 1990 2000

Tahun P e rs e n ta se T e rh ad ap P D B

Investasi Asing Investasi Swasta Domestik

Sumber: Laporan World Bank (2005).

Gambar 1.3. Perkembangan Investasi Swasta Domestik dan Investasi Asing di 92 Negara-Negara Berkembang

Berdasarkan laporan Bank Dunia terhadap survei yang dilakukan pada 92 negara berkembang bahwa pada umumnya sejak tahun 1980-an sampai tahun


(29)

2000-an investasi swasta domestik jauh mendominasi kontribusi terhadap PDB dibandingkan dengan investasi asing. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan investor asing untuk menanam modal di negara berkembang masih sangat rendah. Tapi dapat kita ketahui melalui Gambar 1.3. minat para investor asing setiap tahunnya mengalami peningkatan, yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang dan harus dipertahankan.

Jalannya kegiatan investasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya tidak terjadi sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan masih tingginya risiko berinvestasi, seperti permasalahan ketidakpastian hukum dan keamanan serta berbagai indikator-indikator yang dikemukakan oleh Bank Dunia. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan iklim investasi yang harus diselesaikan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Negara Berpendapatan Rendah Negara Berpendapatan Menengah Negara Berpendapatan Tinggi Negara P D B p e r kap it a 0 10 20 30 40 50 60 70 Ju m lah H a ri

Biaya Untuk Memulai Usaha Jumlah Hari Memulai Usaha

Sumber: Laporan World Bank (2005).

Gambar 1.4. Rata-Rata Biaya dan Banyaknya Hari dalam Memulai Suatu Usaha

Survei Bank Dunia melaporkan bahwa secara umum negara-negara yang berpendapatan rendah jauh lebih tinggi biaya untuk memulai suatu usaha dan dibutuhkan lebih banyak waktu untuk memulai suatu usaha. Bagi negara


(30)

berpendapatan menengah rata-rata dibutuhkan waktu sebanyak 48 hari dalam memulai suatu usaha, yang diikuti oleh negara berpendapatan tinggi rata-rata sebanyak 27 hari. Banyak regulasi yang menimbulkan biaya bagi para investor, baik dalam bentuk menyesuaikan usaha dengan persyaratan regulasi, untuk membayar pungutan lisensi, untuk menunggu kelambatan dalam mendapatkan persetujuan atau dalam bentuk waktu yang dihabiskan oleh pihak perusahaan untuk berurusan dengan lembaga pemerintahan.

Bank Dunia melaporkan (Business News, 21 November 2005) berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi, menyimpulkan bahwa iklim investasi di Indonesia adalah yang terburuk di Asia Tenggara, antara Kamboja dan Filipina. Ditambahkannya, bahwa iklim investasi yang paling baik di Asia Tenggara adalah Malaysia dan Singapura. Menurut hasil survei Bank Dunia juga, terhadap 155 negara di dunia maka Indonesia berada pada peringkat bawah yang menyangkut masalah instabilitas makro, masalah ketidakpastian kebijakan, masalah korupsi, serta masalah regulasi dan masalah administrasi perpajakan. Temuan lainnya Bank Dunia mengungkapkan bahwa Indonesia berada pada peringkat tertinggi dalam masalah biaya pemutusan kerja karyawan, jauh lebih buruk dibandingkan negara Vietnam.

Memperbaiki iklim investasi yang ada merupakan suatu hal yang penting bagi pemerintah di setiap negara. Suatu iklim investasi yang baik akan memberikan kesempatan-kesempatan dan insentif bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif dan menciptakan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu iklim investasi yang baik memainkan suatu peranan penting dalam


(31)

pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Iklim investasi yang baik akan meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan, yang memberikan berbagai kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan keadaan dirinya.

Melihat pentingnya iklim investasi bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara, maka faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi sangat penting untuk diperhitungkan oleh setiap negara. Berbagai indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi dapat dijadikan alat kendali pemerintah dalam upaya peningkatan iklim investasi yang kondusif, yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan perekonomian di berbagai negara di dunia.

1.2. Perumusan Masalah

Investasi memberikan kontribusi yang berarti terhadap perekonomian suatu negara. Iklim investasi yang baik akan mendorong tumbuhnya investasi sektor swasta yang produktif yang berfungsi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Hal ini juga akan menciptakan lapangan pekerjaaan bagi masyarakat. Iklim investasi yang baik akan memperluas jenis barang dan jasa yang tersedia yang akan mengurangi tingkat harga barang dan jasa yang bermanfaat bagi konsumen. Untuk jangka panjang perbaikan iklim investasi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini akan menganalisis secara deskriptif bagaimana keadaan iklim investasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Dengan melihat iklim investasi di Indonesia akan dilihat relevansi paket kebijakan yang disusun oleh


(32)

pemerintah yaitu Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 berupa paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006.

Penelitian ini juga akan menganalisis secara statistik bahwa iklim investasi di beberapa negara dipengaruhi oleh masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dianalisis lebih lanjut mengenai iklim investasi di beberapa negara yang dipengaruhi oleh berbagai indikator-indikator yang dikemukakan oleh Bank Dunia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar minat investor terhadap Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara lainnya?

2. Faktor-faktor apa yang secara signifikan mempengaruhi iklim investasi di beberapa negara?

3. Bagaimana relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia pada masa kini?

1.3. Tujuan Penelitian

Melihat permasalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis besarnya minat investor terhadap Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara lainnya.


(33)

2. Menganalisis faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi iklim investasi di beberapa negara.

3. Menganalisis relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia pada masa kini.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisis iklim investasi di 21 negara berdasarkan laporan survei Bank Dunia pada tahun 2005. Pengambilan sampel data dibatasi hanya terhadap 21 negara yaitu Albania, Armenia, Azerbaizan, Belarusia, Bulgaria, Republik Czech, Estonia, Hungaria, Indonesia, Kazakhstan, Kruasia, Latvia, Lithuania, Pakistan, Polandia, Rumania, Rusia, Serbia, Slovakia, Slovenia dan Turki, dikarenakan adanya keterbatasan data yang tersedia. Data kuantitatif berupa angka-angka yang merupakan indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi berdasarkan laporan survei Bank Dunia tahun 2005 yaitu berupa data masalah ketidakpastian kebijakan, data masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, data masalah peraturan administrasi perpajakan, data masalah tingkat tarif pajak, data masalah penyediaan fasilitas pendanaan, data masalah perizinan dan data masalah keterampilan tenaga kerja. Pengolahan data dilakukan dengan regresi linear berganda menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yaitu menggunakan program Minitab 13 dan Microsoft Excel


(34)

Iklim investasi yang dianalisis adalah dengan mendeskripsikan indikator-indikator yang mempengaruhi kegiatan iklim investasi di Indonesia dan beberapa negara lain. Penelitian ini selain menggambarkan iklim investasi di Indonesia dan juga melihat relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah berdasarkan keadaan iklim investasi di Indonesia pada masa kini.

1.5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis seputar kegiatan iklim investasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi para pembuat kebijakan dan perencana serta pelaksana pembangunan sehingga dapat menentukan strategi pembangunan perekonomian nasional melalui peningkatan iklim investasi. Di samping itu, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang peningkatan iklim investasi.

BAB II


(35)

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Investasi

Dalam konteks makroekonomi, investasi merupakan pergerakan arus pengeluaran yang dapat menambah stok modal secara fisik, seperti pembangunan rumah, pembelian mesin/peralatan, pembangunan pabrik dan kantor. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Investasi merupakan suatu bentuk penundaan konsumsi di masa sekarang untuk masa akan datang, yang di dalamnya terkandung risiko ketidakpastian, untuk itu dibutuhkan suatu kompensasi atas penundaan tersebut yaitu keuntungan dari investasi (www.e-bursa, 2005).

Menurut Mankiw (2000), investasi dalam indentitas pendapatan nasional merupakan investasi rumah tangga dan swasta. Selanjutnya, investasi pemerintah yang merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah dimana investasi tersebut berbentuk pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh tabungan. Perubahan dalam permintaan investasi dapat disebabkan oleh adanya pembatasan investasi oleh pemerintah melalui undang-undang perpajakan.

r S


(36)

B I2

A I1

Y

Gambar 2.1. Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan Gambar 2.1. dapat dilihat bahwa kenaikan dalam permintaan barang-barang investasi akan mengeser kurva investasi ke kanan pada tingkat tertentu, jumlah investasi mengalami peningkatan yang menyebabkan keseimbangan bergerak dari titik A ke titik B. Dalam hal ini, karena jumlah tabungan diasumsikan konstan maka kenaikan dari permintaan investasi (I) menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga (r) yang secara umum akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Y).

2.1.2. Definisi Iklim Investasi

Bank Dunia (Laporan Pembangunan Dunia, 2005) mendefinisikan bahwa iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha. Suatu iklim investasi yang baik akan mendorong produktivitas yang lebih tinggi dengan memberikan kesempatan-kesempatan dan insentif bagi badan-badan usaha untuk berkembang, menyesuaikan diri dan menerapkan cara-cara yang lebih baik dalam menjalankan investasi.

Iklim investasi yang kondusif akan memperkuat pertumbuhan ekonomi yang mendatangkan keuntungan dalam sektor perekonomian. Pertumbuhan


(37)

ekonomi merupakan satu-satunya mekanisme yang berkelanjutan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peningkatan iklim investasi merupakan daya penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Iklim investasi yang baik adalah iklim investasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya bagi badan usaha saja.

2.1.3. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)

PDB yang disebut juga GDP merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa (Mankiw, 2000). Para pemikir ekonomi menganggap PDB sebagai ukuran terbaik dalam menilai kinerja perekonomian suatu bangsa. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu. Dalam Mankiw (2000), PDB dibagi dalam empat kelompok pengeluaran yaitu:

1. Konsumsi (C) 2. Investasi (I)

3. Pengeluaran Pemerintah (G) 4. Ekspor Bersih (NX)

Dengan menggunakan simbol Y sebagai PDB, menjadi: Y = C + I + G + NX. Mankiw (2000) mengemukakan bahwa investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi di bagi menjadi tiga subkelompok: investasi tetap bisnis, investasi tetap residensi (perumahan) dan investasi persediaan. Jumlah investasi ditentukan oleh besarnya tingkat suku bunga (r). Tingkat suku bunga berhubungan negatif terhadap pertumbuhan


(38)

investasi. Berdasarkan Gambar 2.2. dapat disimpulkan bahwa kenaikan tingkat suku bunga akan menyebabkan penurunan investasi, yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tingkat Bunga Riil, r

Fungsi Investasi, I(r)

Investasi, I

Gambar 2.2. Kurva Hubungan Investasi dengan Tingkat Suku Bunga

Menurut Mankiw (2000), umumnya investasi dikategorikan dalam dua jenis yaitu, Real Asset dan Financial Asset. Aset riil merupakan aset berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan dan sebagainya, sedangkan aset keuangan adalah dokumen surat-surat klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

2.1.4. Indikator yang Mempengaruhi Iklim Investasi

Suatu iklim investasi yang baik akan meningkatkan kesempatan dan insentif bagi kegiatan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan pengembangan usaha yang merupakan kunci dalam mewujudkan pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan. Untuk mendapatkan iklim investasi yang baik pemerintah perlu memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhi jalannya iklim investasi tersebut.


(39)

1. Masalah ketidakpastian kebijakan

Masalah ketidakpastian kebijakan merupakan persentase ketidakpastian kebijakan ekonomi dan peraturan serta interpretasi peraturan-peraturan yang tidak dapat diduga. Regulasi-regulasi dapat meningkatkan risiko bagi perusahaan-perusahaan, apabila regulasi-regulasi tersebut sering mengalami perubahan, disusun secara samar maupun tidak jelas atau diinterpretasikan dan dilaksanakan secara tidak konsisten.

Akibat yang ditimbulkan oleh setiap hal tersebut menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar yang menyulitkan perusahaan untuk membuat keputusan-keputusan jangka panjang mengenai pemasaran, pemilihan teknologi, penyewaan dan pelatihan para pekerja. Ketidakpastian juga akan mengurangi respon terhadap upaya reformasi yang seharusnya memberikan manfaat.

2. Masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak properti

Masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti merupakan kendala bagi investor bahwa peradilan dapat menegakkan hak-hak kontraktual dan hak-hak atas properti dalam penyelesaian perselisihan-perselisihan usaha. Setiap pemerintahan memiliki hak untuk mengambil alih atau menyita properti pribadi dalam keadaan tertentu. Untuk mengurangi adanya keprihatinan atas pelaksanaan secara sepihak atas kewenangan ini dibutuhkan pencegahan-pencegahan yang kredibel (tidak terpercaya) terhadap penyitaan tanpa kompensasi yang cepat, memadai dan efektif.


(40)

Masalah administrasi perpajakan merupakan berbagai kendala yang di yang dihadapi para investor pada saat mengurus administrasi perpajakan. Peraturan yang berbelit-belit menyebabkan terbuangnya waktu dan biaya karena digunakan oleh pihak manajemen untuk berurusan dengan para pejabat pemerintahan. Birokrasi dan korupsi di administrasi perpajakan merupakan suatu hal yang umum yang melemahkan insentif untuk mematuhi aturan perpajakan dan memberikan kontribusi untuk melakukan kebocoran-kebocoran anggaran.

4. Masalah tingkat tarif pajak

Masalah tingkat tarif pajak merupakan salah satu kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan iklim investasi di suatu negara. Tarif pajak merupakan fungsi dari besarnya ukuran pemerintahan dan cara pembebanan dialokasikan di antara berbagai alternatif sumber daya. Meskipun terdapat perbedaan dalam pandangan tentang besar ukuran pajak sesuai pemerintahan, porsi pajak dalam PDB di banyak negara berkembang jauh lebih besar daripada di negara maju.

Bagian dari beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan-perusahaan dapat dipengaruhi oleh pertimbangan efisiensi dan keadilan serta kekhawatiran yang lebih pragmatis mengenai upaya pengumpulan pendapatan. Pajak perusahaan, pajak langsung atas barang dan jasa serta pajak perdagangan merupakan penerimaan pemerintah lebih dari 70 persen bagi negara-negara berkembang.


(41)

Masalah penyediaan fasilitas pendanaan merupakan ketersediaan fasilitas sumber pendanaan atau kebutuhan akan modal. Pasar finansial berfungsi sebagai sarana penyediaan jasa-jasa pelayanan pembayaran, mobilitas tabungan dan mengalokasikan pendanaan kepada perusahaan-perusahaan yang berniat melakukan investasi.

Pasar-pasar finansial bila berfungsi dengan baik akan menghubungkan perusahaan dengan para kreditor dan para investor yang bersedia untuk menanamkan dana mereka serta menanggung dari sebahagian dari risiko yang ada. Tantangan yang mendasar pada penyediaan dana adalah masalah informasi yang sering kali diperburuk oleh lemahnya perlindungan atas lemahnya hak-hak atas properti.

6. Masalah perizinan

Masalah perizinan merupakan masalah sulitnya mendapatkan berbagai perizinan dan lisensi usaha dalam suatu negara. Sistem administrasi yang lama, berbelit-belit dan membutuhkan biaya yang besar dalam mengurus suatu perizinan serta lisensi untuk kepentingan usaha, mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar dan banyak waktu yang terbuang. Keadaan ini akan memaksa para investor mengalami kerugian ataupun harus meninggalkan negara tersebut.

7. Masalah keterampilan tenaga kerja

Masalah keterampilan tenaga kerja merupakan masalah ketersediaan angkatan kerja yang terampil pada suatu negara. Memperbaiki iklim investasi harus seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Angkatan kerja


(42)

yang berketerampilan merupakan hal yang esensial bagi perusahaan untuk menggunakan teknologi baru yang lebih produktif.

Iklim investasi yang lebih baik akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi di bidang pendidikan yang berdampak pada peningkatan keterampilan. Pemerintah harus berupaya untuk membuat pendidikan semakin inklusif dan relevan dengan kebutuhan tingkat keterampilan pihak perusahaan, serta menciptakan iklim investasi yang baik bagi para penyedia jasa pendidikan dan pelatihan.

2.1.5. Metode Estimasi Parameter: Ordinary Least Square (OLS)

Metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan salah satu metode yang sering digunakan karena kemudahannya dalam pengolahan data.

Y = α0 + α1

x

1+ α2

x

2 +

+ αr

x

r Keterangan:

r = 1, 2, 3, ..., N

α0 = Intersep

αrxr = Koefisien kemiringan parsial

i = Observasi ke-i, dan N merupakan besarnya populasi.

Beberapa asumsi yang menyederhanakan model ini adalah sebagai berikut (Gujarati, 1993):

1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi e (galat) tergantung pada nilai tertentu variabel bebas (X) adalah nol.


(43)

3. Varians bersyarat dari e1 adalah konstan dan homoskedastitisitas

(penyebarannya sama).

4. Variabel yang menjelaskan (X) adalah non-stokastik/tidak acak (tetap dalam penyampelan berulang) atau jika stokastik didistribusikan secara independen dari gangguan e1.

5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan (X).

Semua asumsi di atas jika terpenuhi maka penaksir OLS dari koefisien regresi adalah penaksir tak bias linear terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator

(BLUE).

Analisis OLS menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X

(variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel terikat) yang merupakan akibat, dengan kata lain OLS merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis iklim investasi di beberapa negara dilakukan oleh Bank Dunia (Laporan Pembangunan Dunia, 2005). Penelitian tersebut menggunakan data primer dengan melakukan survei terhadap para usahawan di berbagai negara. Secara acak Bank Dunia memilih 53 negara sebagai bahan penelitian. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya iklim investasi adalah masalah ketidakpastian kebijakan, masalah korupsi, masalah pengadilan, masalah kriminalitas, masalah peraturan dan administrasi perpajakan,


(44)

masalah pendanaan, masalah tenaga listrik, masalah tenaga kerja dan berbagai masalah dalam menjalankan usaha proyek dari Bank Dunia sendiri.

Menurut Bank Dunia masih banyak negara yang kegiatan iklim investasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Diharapkan melalui iklim investasi yang baik akan berdampak besar bagi pertumbuhan perekonomian dan pengentasan kemiskinan di suatu negara. Berdasakan survei Bank Dunia bahwa negara Cina, India dan Uganda merupakan negara-negara yang berhasil dalam meningkatkan iklim investasi di negaranya. Dan menurut survei Bank Dunia, Indonesia masih merupakan negara yang memiliki iklim investasi terburuk di dunia yaitu berada di urutan ke 155 dari 175 negara.

Penelitian Bank Dunia ini bertujuan sebagai acuan bagi Bank Dunia dalam memberikan pinjaman bagi berbagai negara dan menjalankan proyek Bank Dunia di negara-negara tersebut. Hasil dari penelitian Bank Dunia tersebut juga dapat digunakan sebagai acuan setiap pemerintah negara dalam mengambil kebijakan serta sebagai acuan bagi para investor untuk menanam modal dalam suatu negara.

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 30,88 persen atau mencapai 35,1 juta jiwa dan jumlah pengangguran sebanyak 11,19 juta jiwa merupakan masalah yang harus diselesaikan. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan laju inflasi meningkat pesat yang berakibat pada penurunan taraf hidup rakyat Indonesia yang merosot tajam


(45)

dan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Oleh karenanya iklim investasi yang baik salah satu faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Memperbaiki kebijakan dan setiap tindakan pemerintah akan menciptakan suasana iklim investasi yang akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

Kebijakan-kebijakan dan berbagai tindakan pemerintah memainkan peranan penting dalam membentuk iklim investasi. Pemerintah bisa mempengaruhi iklim investasi melalui dampak dari kebijakan pemerintah atas biaya dan risiko serta tindakan pemerintah atas pembatasan bagi persaingan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Keputusan-keputusan tersebut memiliki implikasi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan di setiap negara. Memperbaiki kebijakan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah akan membentuk iklim investasi yang baik. Hal ini diwujudkan pemerintah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 yaitu berupa paket kebijakan perbaikan iklim investasi pada tanggal 27 februari 2006, yang terdiri dari masalah kelembagaan pelayanan investasi, masalah sinkronisasi peraturan pemerintah pusat dan peraturan daerah serta kejelasan ketentuan kewajiban investor mengenai dampak lingkungan, masalah kepabeanan dan cukai, masalah perpajakan, masalah ketenagakerjaan, masalah Usaha Kecil dan Menengah serta Koperasi (UKMK). Dalam penelitian ini lebih lanjut akan dianalisis relevansi paket kebijakan yang disusun pemerintah dengan melihat keadaan iklim investasi di Indonesia berdasarkan laporan Bank Dunia.


(46)

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi di berbagai negara. Dengan melakukan survei terhadap 21 negara serta menyusun indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

Penelitian ini selanjutnya akan melakukan analisis statistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Pengolahan data dilakukan melalui regresi linear berganda menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) pada periode tahun 2002. Kemudian akan dilakukan uji signifikansi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi. Selanjutnya akan dilakukan statistik deskriptif dengan mengekplorasi data hasil survei Bank Dunia terhadap para usahawan internasional tentang iklim investasi, sehingga dapat diketahui seberapa besar minat investor terhadap Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya.

2.4. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini menganalisis indikator-indikator yang menentukan iklim investasi di beberapa negara. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi dilakukan dengan:

1. Mengidentifikasi variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi kondisi iklim investasi suatu negara. Variabel-variabel ekonomi tersebut yaitu


(47)

masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak properti, masalah administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

2. Membuat model pendugaan untuk menganalisis faktor-faktor tersebut dengan menggunakan analisis regresi berganda. Model akan dianalisis untuk menjawab berbagai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mengenai analisis iklim investasi di beberapa negara: 1. Pengaruh masalah ketidakpastian kebijakan terhadap kondisi iklim investasi

di beberapa negara adalah negatif.

2. Pengaruh masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak properti terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara adalah negatif. 3. Pengaruh masalah administrasi perpajakan terhadap kondisi iklim investasi

di beberapa negara adalah negatif.

4. Pengaruh masalah tingkat tarif pajak terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara adalah negatif.

5. Pengaruh masalah penyediaan fasilitas pendanaan terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara adalah negatif.

6. Pengaruh masalah perizinan terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara adalah negatif.


(48)

7. Pengaruh masalah keterampilan tenaga kerja terhadap kondisi iklim investasi di beberapa negara beberapa adalah negatif.

2.6. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengukuran variabel dalam penelitian ini dipakai definisi operasional berdasarkan kriteria World Bank, yaitu:

1. Iklim investasi adalah suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha. Kisaran dari rating iklim investasi mulai dari 0 persen yang terpuruk sampai 100 persen merupakan yang terbaik.

2. Data masalah ketidakpastian kebijakan merupakan data persentase ketidakpastian kebijakan ekonomi dan peraturan serta interpretasi peraturan-peraturan yang tidak dapat diduga. Kisaran dari rating masalah ketidakpastian kebijakan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

3. Data masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti merupakan data para investor bahwa peradilan dapat menegakkan hak-hak kontraktual dan hak-hak atas properti dalam perselisihan-perselisihan badan usaha. Kisaran dari rating masalah ketidakpercayaan


(49)

terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

4. Data masalah administrasi perpajakan merupakan administrasi perpajakan yang berbelit-belit menyebabkan terbuangnya waktu dan biaya karena digunakan oleh pihak manajemen untuk berurusan dengan para pejabat pemerintahan dan membutuhkan waktu lama. Kisaran dari rating masalah administrasi perpajakan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen marupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

5. Data masalah tingkat tarif pajak merupakan data berupa kendala sangat besarnya tarif pajak di suatu negara. Kisaran dari rating masalah tingkat tarif pajak mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

6. Data masalah penyediaan fasilitas pendanaan merupakan data mengenai masalah akses terhadap pendanaan atau kebutuhan akan modal. Kisaran dari


(50)

rating masalah penyediaan fasilitas pendanaan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

7. Data masalah perizinan merupakan data sulitnya mendapatkan lisensi-lisensi dan perizinan-perizinan usaha dalam suatu negara. Kisaran dari rating masalah perizinan mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.

8. Data masalah keterampilan tenaga kerja merupakan data ketersediaan tenaga kerja terampil pada angkatan kerja suatu negara. Kisaran dari rating masalah keterampilan tenaga kerja mulai dari 0 persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari World Bank. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang diperlukan merupakan data yang diperoleh dari laporan World Bank terhadap beberapa negara yaitu Albania, Armenia, Azerbaizan, Belarusia, Bulgaria, Republik Czech, Estonia, Hungaria, Indonesia, Kazakhstan, Kruasia, Latvia, Lithuania, Pakistan, Polandia, Rumania, Rusia, Serbia, Slovakia, Slovenia dan Turki. Pengambilan sampel data dibatasi hanya 21 negara dikarenakan adanya keterbatasan data yang tersedia. Data kuantitatif berupa angka-angka yang merupakan indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi yaitu berupa data masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja.

Data kualitatif berupa informasi dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan data kuantitatif mengenai investasi maupun tentang faktor-faktor yang yang mempengaruhi investasi dan paket kebijakan perbaikan iklim investasi di Indonesia. Data tersebut diperoleh dari beberapa literatur yang diambil dari laporan World Bank, perpustakaan IPB, Badan Pusat Statistik Indonesia,


(52)

Depnakertrans Indonesia, jurnal-jurnal, media massa dan internet. Data yang diperoleh yaitu data sekunder akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan kondisi iklim investasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor berdasarkan kondisi perekonomian dunia. Beberapa hal yang terkait dengan variabel-variabel yang digunakan akan diuraikan secara deskriptif dan dengan bantuan gambar untuk lebih memperjelas uraian. Analisis kuantitatif akan dilakukan dengan menggunakan model regresi non-parametrik. Regresi yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) dan pengolahan data menggunakan program Minitab13 dan Microsoft Excel

dengan data cross section tahun 2002.

3.2. Metode Analisis 3.2.1. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif adalah bidang statistika yang membahas tentang cara atau metode mengumpulkan, menyederhanakan dan menyajikan data sehingga bisa memberikan informasi secara efektif. Statistika deskriptif belum sampai pada upaya menarik suatu kesimpulan, tetapi baru sampai pada tingkat memberikan suatu bentuk ringkasan data sehingga masyarakat awam dapat memahami informasi yang terkandung dalam data.

Dalam penelitian ini statistika deskriptif disiapkan untuk mengeksplorasi data hasil survei Bank Dunia terhadap para usahawan internasional di 21 negara tentang iklim investasi. Bank Dunia memberikan nilai pada faktor-faktor yang


(53)

mempengaruhi jalannya kegiatan iklim investasi, dengan kisaran mulai dari nol persen tidak ada masalah sampai 100 persen merupakan masalah terbesar. Dengan memeringkatkan pilihan angka yang terdiri atas lima tingkatan dari nilai terendah sampai tertinggi yaitu bukan merupakan hambatan, hambatan kecil, hambatan sedang, hambatan besar dan hambatan yang sangat besar. Sehingga semakin tinggi nilai dari indikator-indikator tersebut akan berdampak negatif terhadap jalannya kegiatan iklim investasi di suatu negara.

Dalam penelitian ini, analisis statistika deskriptif ditampilkan dalam bentuk grafik. Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui faktor-faktor apa yang masih merupakan hambatan bagi jalannya kegiatan investasi di suatu negara. Melalui gambaran deskriptif dari data tersebut, dapat diketahui indikator-indikator yang merupakan hambatan terbesar terhadap jalannya iklim investasi di setiap negara. Berdasarkan statistika deskriptif juga dapat dilihat seberapa besar minat para investor terhadap Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

3.2.2. Statistika Inferensia: Analisis Regresi

Dalam mengevaluasi hasil pendugaan model pada penelitian ini digunakan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi, kriteria statistika dan kriteria ekonometrika. Berdasarkan kriteria ekonomi, hasil pendugaan akan dicocokkan dengan teori ekonomi. Menurut kriteria statistik, digunakan standar error untuk menentukan apakah koefisien yang dihasilkan berbeda nyata dengan nol, jika berbeda nyata dengan nol maka dapat diartikan bahwa peubah bersangkutan mempunyai pengaruh yang nyata secara statistik terhadap peubah yang dijelaskan.


(54)

Kriteria ekonometrika digunakan untuk mengetahui apakah asumsi-asumsi dari ekonometrika tersebut dapat terpenuhi atau terjadi pelanggaran.

Penelitian ini mengangkat beberapa permasalahan yang mempengaruhi iklim investasi. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh World Bank tentang indikator-indikator yang mempengaruhi iklim investasi adalah memakai variabel masalah ketidakpastian kebijakan, masalah ketidakpercayaan terhadap pengadilan mengenai hak-hak atas properti, masalah peraturan administrasi perpajakan, masalah tingkat tarif pajak, masalah penyediaan fasilitas pendanaan, masalah perizinan dan masalah keterampilan tenaga kerja. Model yang didapat merupakan penyesuaian dari riset yang dilakukan World Bank dan teori yang ada sehingga untuk menjawab berbagai permasalahan dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan model sebagai berikut:

IC =

α

0 +

α

1PuC +

α

5TR +

α

7EC+

α

8LR+

α

9RBP +

α

11LC +

α

13LS + e

Keterangan:

IC = Iklim Investasi (persen)

PuC = Masalah Ketidakpastian Kebijakan (persen)

TR = Masalah Ketidakpercayaan terhadap Pengadilan Mengenai Hak Atas Properti (persen)

EC = Masalah Administrasi Perpajakan (persen)

LR = Masalah Tingkat Tarif Pajak (persen)

RBP = Masalah Penyediaan Dana (persen)


(55)

LS = Masalah Keterampilan Tenaga Kerja (persen)

e = Error term

Setelah koefisien masing-masing variabel eksogen dihasilkan maka akan dilakukan uji signifikansi model dan pengujian hipotesis penelitian yang telah dibuat. Pengujian masalah-masalah ekonometrika seperti heteroskedastisitas dan multikolinieritas dilakukan setelah uji signifikansi model dan pengujian hipotesis penelitian.

Pengolahan model dalam penelitian ini menggunakan metode estimasi OLS (Ordinary Least Square) yang merupakan salah satu pengolahan data dari ekonometrika. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dimana terdapat dua variabel yaitu variabel bebas X dan variabel terikat Y. Variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikat.

1. Pengujian Terhadap Model

Uji F-statistik digunakan untuk menduga persamaan secara keseluruhan. Uji F-statistik dapat menjelaskan kemampuan variabel bebas secara bersama dalam menjelaskan keragaman dari variabel terikat.

Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, hal ini disebut sebagai hipotesis nol. Untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara serentak (uji F-statistik), mekanisme yang digunakan adalah:

H0 : α1 = α2 = ... = αi = 0

(tidak ada pengaruh nyata variabel-variabel dalam persamaan ) H1 : minimal salah satu αi≠ 0


(1)

pemeriksaan kepabeanan.

kepabeanan.

b. Pengembangan sistem EDI di Dirjen Bea Cukai.

c. Persiapan penerapan sistem aplikasi impor ekspor dengan teknologi Webbase untuk mendu-kung penerapan National Single Window 2008. d. Menetapkan kriteria yang jelas dan transparan serta melaksanakan dengan konsisten penggunaan jalur hijau dan jalur merah didukung dengan peralatan dan teknologi yang tepat.

e. Menetapkan kriteria yang jelas dan transparan serta melaksanakan dengan konsisten penggunaan jalur prioritas didukung dengan peralatan dan teknologi yang tepat.

f. Menyusun pedoman proses penetapan klasifikasi barang utama tertentu dalam rangka penetapan tarif yang jelas dan transparan.

dengan prosedur pemeriksaan kepabeanan.

Hasil pengembangan sistem EDI di Dirjen bea cukai sehingga mengura-ngi Time Release Target: 1) Jalur hijau menjadi 30 menit.

2) Jalur merah menjadi 3 hari.

Penambahan sistem aplikasi impor dan ekspor dengan teknologi Webbase.

Perubahan peraturan yang berkaitan dengan penggunaan jalur hijau dan jalur merah di dukung dengan peralatan dan teknologi yang tepat sehingga pemakai jalur merah menjadi :

1) 20%. 2) 15%. 3) 10%.

Perubahan peraturan yang berkaitan dengan penggu-naan jalur prioritas didukung dengan peralatan dan teknologi yang tepat sehingga pemakai jalur prioritas bertambah dari 71 importir menjadi : 1) 100 importir. 2) 130 importir.

Penetapan klasifikasi barang utama tertentu.

Juni 2006. Desem-ber 2006.

Juni 2006. Septem -ber 2006. Desem ber Juni 2006.

Desem ber 2006.

Juni 2006.

Menkeu. Menkeu.

Menkeu.

Menkeu.

Menkeu. barang.

2. Percepatan pemprosesan kargo dan pengurangan

biaya di Pelabuhan

Tanjung Priok dan Bandara Internasional Soekarno Hatta.

a. Persiapan penerapan NSW 2008, yang meliputi Trade-Net dan Port-Net.

b. Percepatan penanganan kargo dan pengurangan biaya di pelabuhan.

c. Audit investigasi terhadap kegiatan kepelabuhanan.

d. Penertiban tata ruang kepelabuhanan.

Keputusan Menko Perekonomian tentang Tim Persiapan NSW dalam kerangka keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2002 tentang tim koordinasi kelancaran arus barang ekspor dan impor. 1) Berkurangnya waktu penanganan kargo. 2) Hapusnya biaya-biaya yang tidak di dasarkan kepada peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan audit investigasi terhadap kegiatan kepelabuhanan. Terwujudnya rencana penertiban tata ruang kepelabuhanan.

Maret 2006.

Desem-ber 2006. Desem ber 2006. Desem ber 2006.

Menko Pere-konomian.

Menhub.

Menhub.

Menhub.

B.Pengem -bangan Peranan

1. Perluasan fungsi Tempat Penimbunan

Mengubah Pasal 44 s/d 47 UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Perubahan Pasal 44 s/d 47 UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Segera setelah RUU di


(2)

Kawasan Berikat.

Berikat (TPB) dan perubahan beberapa konsep tentang kawasan berikat agar menarik bagi investor untuk melaku-kan investasi. 2. Penyempur-naan ketentuan TPB.

3. Otomasi kegiatan di TPB 4. Peningkatan pemberian fasilitas kepabe-anan di kawa-san berikat.

Membuat draft pengganti ketentuan TPB (PP, PMK dan PDJBC).

Persiapan penerapan sistem aplikasi pelayanan di TPB secara mandatori. Menerapkan sistem kepabeanan yang berlaku di Batam ke kawasan berikat lainnya.

Ketentuan TPB di sesuaikan dengan peruba-han UU kepabeanan.

Penerapan sistem aplikasi pelayanan di TPB secara mandatori.

Peraturan Menkeu.

sahkan.

2 bulan setelah RUU kepa-beanan disah-kan. Septem ber 2006 Berlan-jut.

Menkeu.

Menkeu.

Menkeu.

C. Pembe-rantasan penyelu-dupan.

Peningkatan kegiatan pemberantasan penyelundupan.

a. Meningkatkan koordina-si dengan instankoordina-si terkait. b. Mengintensifkan pengawasan melalui kegiatan audit di bidang kepabeanan dan cukai.

Mempercepat proses hukum tindak pidana penyelundupan.

Daftar Rencana Obyek Audit (DROA) dengan sistem profiling dan targeting, serta meningkat-kan joint audit dengan Ditjen Pajak dan BPKP: 50 perusahaan akan diaudit.

Berlan-jut. Desem ber 2006.

Jaksa Agung.

Menkeu.

D. Debi-rokratisasi di Bidang Cukai.

Mempercepat proses registrasi dan

permohonan fasilitas cukai.

Permohonan registrasi dan fasilitas tidak perlu melalui Kanwil Ditjen Bea & Cukai.

Perubahan Peraturan Menkeu.

Agus-tus 2006.

Menkeu.

III. Perpajakan

Kebijakan Program Tindakan Keluaran Sasaran

Waktu

Penanggung jawab A.

Insen-tif perpa-jakan un-tuk inves-tasi.

1. Melakukan penyempur-naan atas UU tentang keten-tuan umum dan tata cara perpajakan, pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai barang & Jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.

2. Pemberian fasilitas pajak penghasilan kepada

Menilai kembali usulan perubahan:

a. UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan,

b. UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan,

c. UU Nomor 18 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang & jasa dan pajak penjualan atas barang mewah. Menetapkan bidang bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang dapat diberikan fasilitas

Keputusan mengenai status RUU yang sudah disampaikan ke DPR.

Perubahan PP Nomor 148 tahun 2000 tentang Fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di

Maret 2006.

Juni 2006.

Menkeu


(3)

bidang bidang usaha tertentu. 3. Menurun-kan tarif pajak daerah yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga/jasa.

perpajakan sesuai dengan Pasal 31A UU Pajak Penghasilan.

a. Menurunkan tarif pajak kendaraan bermotor untuk jenis kendaraan angkutan umum.

b. Menurunkan tarif pajak penerangan jalan bagi industri dan non industri. c. Menyelesaikan masalah pungutan pajak/retribusi daerah:

1) Tower telekomunikasi, 2) Jembatan timbang, 3) Lalu lintas barang.

bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah daerah tertentu.

Peraturan Mendagri dengan usulan/rekomen-dasi Menkeu.

Perubahan PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Menteri terkait dengan rekomendasi Menkeu.

Mei 2006.

Juni 2006. Mei 2006.

Mendagri.

Menkeu.

Menkeu.

B. Melak-sanakan sistem "selfasses ment" secara konsisten.

1. Mengubah tarif PPh.

2. Peninjauan ketentuan pembayaran pajak bulanan (prepayment/ installment). 3. Perbaikan jasa pelayan-an pajak untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pembayaran pajak.

a. Mengubah tarif pajak atas pendapatan hasil usaha dan tarif tunggal untuk Wajib Pajak Badan, di turunkan dari 30% menjadi 28% tahun 2007 dan menjadi 25% tahun 2010. b. Mengubah perkiraan penghasilan netto sebagai dasar withholding tax. Memberikan kelonggaran waktu pembayaran pajak bulanan bagi wajib pajak tertentu.

a. Membuat proyek percontohan pembentukan meja pelayanan kepada masyarakat di kantor pajak untuk memberikan infor-masi mengenai pengisian SPT (Tax return).

b. Melaksanakan sosialisasi perubahan UU di bidang perpajakan melalui website, seminar dan berbagai publikasi.

Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana di ubah terakhir dengan UU nomor 17 tahun 2000.

Peraturan Direktur Jende-ral Pajak tentang perkiraan penghasilan netto untuk Withholding Tax.

Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana di ubah terakhir dengan UU nomor 17 tahun 2000. Terbentuknya meja pelayanan di seluruh Kanwil Pajak.

Penerimaan pajak meningkat.

Segera setelah RUU disah-kan.

Juni 2006.

Segera setelah RUU di sahkan.

Desem ber 2006.

Segera setelah RUU disah-kan.

Menkeu.

Menkeu.

Menkeu.

Menkeu.

Menkeu.

C. Peru-bahan Pajak Per-tambahan Nilai (PPN) untuk mempro-mosikan ekspor.

1. Menghapus penalti PPN.

2. Meningkat-kan daya saing ekspor jasa.

3. Meningkat-an daya saing produk pertanian

Menghapus 2% penalti administrasi yang di-timbulkan sebagai akibat penyampaian invoice pajak tanpa identitas pembeli untuk pengurangan biaya usaha.

Menerapkan tarif 0% atas ekspor jasa tertentu untuk peningkatan ekspor.

Mengubah status PPN atas produk pertanian (Primer) menjadi barang bukan kena pajak untuk peningkatan

Perubahan UU nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan Pajak penjualan barang atas barang mewah sebagai mana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU nomor 18 tahun 2000.

Perubahan UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan Pajak penjua-lan barang atas barang mewah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU nomor 18 tahun 2000.

Perubahan-peraturan pemerintah yang terkait

Segera setelah RUU disah-kan.

Segera setelah RUU disah-kan.

Segera setelah rancan-gan PP

Menkeu.

Menkeu.


(4)

IV. Ketenagakerjaan

Kebijakan Program Tindakan Keluaran Sasaran

Waktu

Penanggung jawab 1. Mengubah

UU Nomor 13 tahun 2003 tentang ketena-gakerjaan.

Menyusun draft perubahan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 terutama meliputi ketentuan mengenai: a. PHK, pesangon dan hak-hak pekerja/buruh lainnya, b. Perjanjian kerja bersama, c. Ketentuan mengenai pengupahan,

d. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT),

e. Penyerahan sebagian pekerjaan kepada pihak lain (outsourcing),

f. Izin mempekerjakan tenaga Kerja Asing (TKA).

g. Ketentuan mengenai istirahat panjang.

Penyampaian Draf perubahan UU nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagaker-jaan ke DPR.

April 2006.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menaker-trans). A.

Men-ciptakan iklim hubungan industrial yang men-dukung perluasan lapangan kerja.

2. Mengubah peraturan pelaksanaan UU Nomor 13 tahun 2003 tentang

ketenagaker-jaan.

Penyusunan Draft peraturan pendukung (PP, Keppres dan Kepmen) Ketentuan mengenai:

a. Perjanjian Kerja, b. Cuti Panjang, c. Uang Lembur, d. Outsourcing, e. Pengupahan,

f. Prosedur memperkerjakan TKA.

Perubahan PP, Perpres dan Peraturan Menakertrans.

Segera setelah perubahan UU Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga-kerjaan disahkan.

Menaker-trans.

B. Perlin-dungan dan pe-nempatan TKI di luar negeri

Mengubah UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang

penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di

Menyusun draft perubahan UU Nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di Luar Negeri terutama meliputi ketentuan mengenai:

a. Menghilangkan syarat pelaksana penempatan tenaga

Penyampaian draft perubahan UU nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di Luar Negeri ke DPR.

Oktober 2006.

Menaker-trans.

(Primer). daya saing. terkait

konsul-tasi dgn DPR D.

Melin-dungi hak wajib pajak.

1. Menerap-kan kode etik petugas/ pejabat pajak. 2. Merefor-masi sistem pembayaran pajak.

Meningkatkan good gover-nance, terutama terkait dengan audit, keberatan dan penerapan peraturan perpajakan secara benar. Perbaikan sistem pembaya-ran pajak, antara lain dalam periode proses kebe-ratan (objection process).

Penerapan kode etik petugas/pejabat pajak di semua Kanwil pajak.

Perubahan UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Desem-ber 2007.

Segera setelah RUU di sahkan.

Menkeu.

Menkeu.

E. Mem- promosi-kann tran-sparansi dan disclosure.

1. Tax Audit, Investigation dan Disclosure

2. Meningkat-kan pengeta-huan masya-rakat menge-nai Pajak.

a. Menyusun ketentuan pemeriksaan dan investigasi perpajakan yang baku dan transparan. b. Melaksanakan pelatihan yang menyangkut metode tax audit yang baru. Menyusun Data Base dan membangun knowledge base dari berbagai ketentuan perpajakan.

Peraturan Menkeu.

Up Grading SDM DJP.

Website dan Call Center yang lengkap dan berfungsi.

2007.

2007.

Maret 2008.

Menkeu.

Menkeu.


(5)

Luar Negeri kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) wajib memiliki unit pelatihan kerja untuk menda-patkan Surat Izin PPTKIS. b. Pendidikan dan pelatihan. C.

Penye-lesaian ber-bagai per-selisihan hubungan industrial secara ce-pat, murah dan ber-keadilan.

Implementasi UU Nomor 2 tahun 2004 tentang

penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

a. Melaksanakan pelatihan bagi calon mediator, konsiliator, arbitrer dan hakim ad hoc.

b. Membuat sistem informasi yang berisikan berbagai keputusan tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Pelatihan.

Tersedia informasi tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Berlanjut

Berlanjut

Menaker-trans.

Menaker-trans.

D. Mem-percepat Menkum & HAM proses penerbitan perizinan ketenaga-kerjaan

Mengubah UU dan peraturan/ surat, keputusan/ surat edaran terkait.

a. Menyederhanakan prosedur pemberian visa dan izin tinggal bagi investor/TKA, cukup mempunyai dua jenis izin: IMTA dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan KITAS dari Kantor Imigrasi

b. Mempercepat proses: 1) Sertifikasi kompetensi tenaga kerja dari 1 bulan menjadi 2 minggu.

2) Akreditasi balai latihan kerja luar negeri dari 23 hari menjadi 14 hari.

3) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dari 23 hari menjadi 14 hari. 4) Akreditasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari 3 bulan menjadi 2 bulan. 5) Hubungan industrial: a) fasilitas pengesahan dari

10 hari menjadi 7 hari. b) fasilitas perjanjian kerja

dari 7 hari menjadi 6 hari.

Perubahan UU dan peraturan/surat keputusan/surat edaran terkait.

Perubahan UU dan peraturan/surat keputusan/surat edaran terkait.

Maret 2006.

Maret 2006.

Menkum & HAM.

Menaker-trans.

E. Pencip-taan pasar tenaga kerja fleksibel dan produktif.

Pengembangan bursa kerja dan informasi pasar kerja.

Pemberdayaan bursa kerja online dan meningkatkan mekanisme pelaksanaan pengelolaan informasi pasar kerja.

1) Efektifitas pela-yanan penempatan tenaga kerja.

2) Tersedianya infor-masi pasar kerja, seperti lowongan dan pencari kerja yang optimal.

Berlanjut. Menaker-trans.

F. Tero-bosan para-digma pembangu-nan trans-migrasi tu-uan perlu-asan lapa-ngan kerja.

Mengubah UU Nomor 15 Tahun 1997 tentang

ketransmigra-sian

Menyusun draft perubahan UU Nomor 15 Tahun 1997 tentang ketransmigrasian, terutama meliputi ketentuan mengenai:

a. Hal-hal yang berkaitan dengan otonomi daerah. b. Peran serta sektor swasta dalam program transmigrasi.

Penyampaian draft perubahan

penyempurnaan UU nomor 15 tahun 1997 tentang ketrans-migrasian ke DPR.

Agustus 2006.

Menaker-trans.

V. Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi

Kebijakan Program Tindakan Keluaran Sasaran

Waktu

Penanggung jawab

Pember-dayaan Usaha Kecil,

1. Penyempurna-an peraturPenyempurna-an yPenyempurna-ang terkait dengan perizinan bagi

Pembuatan pedoman penyem-purnaan dan penyederhanaan pemberian izin bagi UKMK dan pengembangan sistem pelayanan

Peraturan Mendagri.

April 2006.


(6)

UKMK. perizinan satu atap satu pintu. 2. Pengembangan

jasa konsultasi bagi industri kecil dan menengah (IKM).

Penyusunan Peraturan Menteri tentang pengembangan jasa konsultasi bagi IKM.

Peraturan Menperin.

Juni 2006.

Menteri Perindustrian (Menperin).

3. Peningkatan akses UKMK kepada sumber daya finansial dan sumber daya produktif lainnya.

a. Penyusunan kebijakan dan strategi nasional pengembangan keuangan mikro.

b. Pengembangan skema kredit investasi bagi UKMK.

c. Penyediaan insentif fiskal bagi UKMK yang memanfaatkan teknologi inovatif.

d. Pemberian sertifikasi tanah bagi UKMK untuk peningkatan akses kepada kredit perbankan.

e. Pengembangan kawasan industri UKMK.

Perpres.

Rancangan skema kredit investasi bagi UKMK. Peraturan Menkeu

Perubahan peratu-ran perundang undangan yang terkait dengan insentif fiskal bagi pengembangan UKMK:

1) Rancangan insentif fiskal.

2) Peraturan Menkeu, 10.250 sertifikat tanah milik UKMK. Nota kesepahaman (MoU) diantara instansi terkait tentang pengem-bangan kawasan industri untuk UKMK.

Okto-ber 2006. Juni 2006. Septem ber 2006. Juni 2006.

Septem ber 2006. Desem ber 2006. Maret 2006.

Menkeu.

Meneg Koperasi dan UKM. Menkeu.

Menkeu.

Meneg Koperasi dan UKM.

Menperin. Menengah

dan Koperasi/ UKMK

4. Penguatan kemitraan usaha besar dan UKMK.

a. Mengubah Keppres Nomor 127 Tahun 2001 tentang bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau besar dengan syarat kemitraan sesuai dengan daftar bidang usaha tertutup (Negative List) dan terbuka dengan syarat. b. Mengubah PP Nomor 16 Tahun 1997 tentang waralaba.

Perubahan

Keppres Nomor 127 tahun 2001.

Perubahan PP Nomor 16 Tahun 1997.

Juni 2006.

Juni 2006.

Mendag.

Mendag.