Prinsip Supervisi yang Efektif

23 pelaksanaan yang boleh luput dari sasaran dan cakupan pengawasan. Agar pengawasan terselenggara dengan efektif, dalam arti berhasil menemukan secara faktual hal-hal yang terjadi dalam penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional, baik yang sifatnya positif maupun yang berupa penyimpangan, penyelewengan atau kesalahan, diperlukan berbagai instrumen, seperti standar hasil yang direncanakan untuk dicapai, anggaran, data-data statistik, laporan, auditing, dan observasi langsung Siagian, 1992. Pelaksanaan supervisi haruslah dilakukan pada sasaran yang tepat. Adapun tugas dan tanggung jawab supervisor yaitu 1 merencanakan tugas sehari-hari: pembagian beban kerja, perincian penggunaan waktu dan batas kewenangan, 2 menggunakan kewenangan dengan tepat: bertindak efektif dan efisien serta mampu mengatasi masalah, transformasi baik dari atasan maupun bawahan dan sebaliknya, melaksanakan petunjuk, menyaring dan menyampaikan informasi atasan, mengusahakan hasil kerja maksimal Depkes, 2008.

2.1.4 Prinsip Supervisi yang Efektif

Siagian 1992 mengatakan bahwa pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari efektivitas manajerial seorang pemimpin. Oleh karenanya, agar pengawasan terlaksana dengan baik diperlukan suatu sistem informasi yang andal sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Teknik pengawasan yang dilakukan harus sesuai dengan Universitas Sumatera Utara 24 informasi yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan, seperti siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan. b. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi atau penyimpangan dari rencana agar dapat segera ditangani atau dilakukan tindakan pencegahannya. c. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategik tertentu. Manajer mampu menentukan kegiatan apa yang perlu dilakukan sendiri dan kegiatan apa yang didelegasikan pada orang lain, mampu melihat dan menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang langsung harus ditangani sendiri. d. Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Pengawasan dilaksanakan berdasarkan standar prestasi kerja yang memenuhi persyaratan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. e. Keluwesan pengawasan. Pengawasan harus bersifat fleksibel. Pelaksanaan pengawasan harus tetap bisa berlangsung meskipun organisasi menghadapi perubahan karena timbulnya keadaan yang tidak diduga sebelumnya atau bahkan juga bila terjadi kegagalan. f. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi. Kemampuan dan tanggung jawab adalah hal yang penting dalam melakukan pengawasan baik dalam melakukan pembagian tugas, pendelegasian wewenang, pola pertanggungjawaban, jalur komunikasi dan jaringan informasi. Universitas Sumatera Utara 25 g. Efisiensi pelaksanaan pengawasan. Perhatian utama pengawasan ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai strategik bagi organisasi sehingga apabila terjadi penyimpangan dari rencana, dampaknya bagi organisasi akan bersifat negatif yang akan berpengaruh pada kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sasaran kegiatan. h. Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat. Para manajer selaku pelaksana kegiatan pengawasan harus dapat menentukan pengawasan bagaimana yang dibutuhkan dan alat bantu yang perlu dikuasai dan dimiliki. i. Pengawasan mencari yang tidak beres. Pengawasan adalah merupakan usaha untuk mencari dan menemukan apa yang tidak beres dalam organisasi atau adanya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. j. Pengawasan harus bersifat membimbing. Apabila pada saat melakukan pengawasan ditemukan penyimpangan, siapa yang salah serta faktor-faktor penyebabnya, seorang manajer harus berani mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan bersifat membimbing, mendidik, objektif dan rasional. Muninjaya 1999 mengemukakan bahwa ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial, yaitu: a. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur. Misalnya, tentang waktu dan tugas-tugas pokok Universitas Sumatera Utara 26 yang harus diselesaikan oleh staf harus dapat dipantau oleh pimpinan sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan, atau pengawasan yang lemah, berbagai penyalahgunaan wewenang akan mudah terjadi. c. Standar unjuk kerja standard of performance harus dijelaskan kepada semua staf. Karena kinerja staf akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja. Jika hal ini dapat dilaksanakan, staf akan lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga pengawasan akan lebih objektif. Adapun standar pengawasan yang dimaksud, antara lain 1 standar norma, yaitu standar yang dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang akan dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu, 2 standar kriteria, yaitu standar yang diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan profesionalisme staf. Swansburg 1999 mengemukakan bahwa supervisi merupakan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja. Pengawasan yang dilakukan dapat berupa aturan-aturan yang sifatnya mengikat. Pengendalian diri self-control merupakan elemen atau aspek penting dalam melakukan pengawasan. Adapun karakteristik sistem supervisi pengawasan yang baik, yaitu 1 pengawasan harus didasarkan pada sasaran dan tujuan kegiatan, 2 apabila terdapat kesalahan pada saat Universitas Sumatera Utara 27 melakukan pengawasan, segera dilaporkan, 3 pengawasan berorientasi pada tujuan masa yang akan dating, 4 pengawasan harus bersifat kritis, 5 pengawasan harus objektif, 6 pengawasan harus fleksibel, 7 pengawasan harus berdasarkan pola organisasi, 8 pengawasan harus ekonomis, 9 pengawasan harus dapat dipahami, 10 pengawasan mengarah pada tindakan perbaikan. Sementara itu, menurut Arwani 2005, supervisi yang dilaksanakan oleh seorang manajer memiliki prinsip, antara lain didasarkan atas hubungan profesional dan bukan hubungan pribadi, kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana, dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri self evaluation, bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja perawat dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu, kegiatan supervisi dilaksanakan atas dasar data obyektif yang diperoleh dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan, menggunakan berbagai instrumen pengumpulan data agar memperoleh hasil yang baik angket, observasi, pedoman wawancara, dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus Depkes, 2008. Oleh karena itu, intensitas supervisi harus disesuaikan dengan persyaratan situasional, kebutuhan pegawai dan kecakapan kepemimpinan si manajer. Universitas Sumatera Utara 28 Supervisi harus tepat dalam jenis dan kuantitas bagi kelompok kerja untuk menjalankannya secara tepat. Intensitas supervisi sebaiknya disesuaikan secara perseorangan untuk mencocokkan kebiasaan perilaku kepribadian setiap pegawai guna mencegah adanya persepsi yang salah terhadap pelaksanaan supervisi. Selain itu, intensitas supervisi sebaiknya tidak bergantung hanya pada keingintahuan manajer menyangkut rincian penampilan perawat namun juga pada rasio supervisor dalam mengarahkan perawat Gillies, 1989. Suarli dan Yanyan 2009 mengemukakan bahwa supervisi harus dilakukan dengan frekuensi. Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasilingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu, agar organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut, yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan. Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Supervisi dilaksanakan bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan. Wiyana 2008 mengatakan bahwa supervisi berfungsi untuk mengatur dan mengorganisir proses atau mekanisme pelaksanaan kebijakan dan standar kerja. Selain itu, supervisi juga berfungsi untuk membimbing, memberikan contoh, mengarahkan, dan menilai atau mengevaluasi. Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, Universitas Sumatera Utara 29 observasi, dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap- tiap proses keperawatan. Agar fungsi supervisi dapat dicapai optimal, maka seorang supervisor seharusnya: a. Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi perawat dalam bekerja Supervisor dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dengan selalu mengingatkan pada perawat pelaksana untuk melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan. b. Mengembangkan rasa percaya dan keterbukaan perawat Supervisor secara terbuka menjelaskan tujuan supervisi bukan untuk mencari kesalahan dan siap memberikan masukan dan arahan pada kegiatan supervisi asuhan keperawatan, memberikan kesempatan pada perawat mengungkapkan ide-ide dan permasalahan yang dihadapi dalam pendokumentasian. c. Menggunakan teknik wawancara agar terjalin komunikasi dua arah Supervisor melakukan supervisi dengan mengedepankan teknik diskusi. Artinya supervisor siap memberikan arahan dan siap mendengarkan umpan balik dari perawat yang disupervisi. d. Mengumpulkan data secara terbuka dan obyektif Supervisor menjelaskan setiap kegiatan supervisi pendokumentasian yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara 30 e. Menilai secara obyektif Supervisor memberikan penilaian hasil supervisi berdasarkan format yang sudah disosialisasikan dan memberikan kesempatan pada perawat yang disupervisi memberikan umpan balik terhadap hasil penilai.

2.1.5 Model-Model Supervisi