Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

(1)

Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap

Kinerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan

SKRIPSI

Oleh:

Mei Junita Nainggolan 061101082

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan Peneliti : Mei Junita Nainggolan Jurusan : Sarjana Keperawaan (S.Kep) Nim : 061101082

Tahun : 2010 Tanggal Lulus : 3 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Salbiah, S.Kp. M.kep Farida Linda Sari, S.Kep. M.kep NIP. 197510132001122001 NIP. 19780320 200501 2 003

Penguji II

Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep NIP.19740505 200212 2 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan

Medan, 9 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan pujian penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Salbiah, S.Kp. M.kep selaku dosen pembimbing skripsi penelitian penulis yang penuh kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp. MARS selaku dosen penasehat akademik saya. Ibu Farida Linda Sari, S.Kep. M.kep selaku dosen penguji I dan Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kp. M.Kep selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang memberikan ilmu yang berharga kepada penulis dan seluruh staf kepegawaian Fakultas USU yang memperlancar proses akademik dan administrasi penulis.

5. Seluruh pihak Rumah Sakit Islam Malahayati Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.

6. Ibu Liberta Lumbantoruan Skp. Mkep yang telah memvalidkan kuesioner saya dan memberi masukan yang berharga terhadap penelitian ini.

7. Teristimewa kepada keluargaku tercinta Ayahanda R. Nainggolan (Alm) dan Ibunda T. Sinaga, atas didikan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Serta kepada abang-abangku tersayang (Maradu Nainggolan, Sandy Nainggolan, dan Lerenof Nainggolan) yang selalu memberi motivasi, doa dan kasih sayang.

8. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini, teman Kelompok Kecil ku (K’Marta, Henny, Yohana, Yunita dan Murni) Terimakasih buat doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepadaku, buat sahabatku (Desyi, Ester, Desita, Valentina, Ernita, Bella, Tiur, Fida, Ocy, Junita, Merlyn, Ledy, Mona dan k’ everina), Terimahkasih buat motivasi yang telah diberikan, dan buat teman-teman satu kosku (K’Lely, K’Jo,V3,Vera).

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, maupun dalam menyelaesaikan perkuliahan di fakultas keperawatan USU


(5)

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa mencurahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan khusunya profesi keperawatan.

Medan, Juni 2010


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... ix

Daftar Skema ... x

Abstrak ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Supervisi ... 7

1.1. Pengertian Supervisi ... 7

1.2. Manfaat dan Tujuan Supervisi ... 8

1.3. Frekuensi pelaksanaan Supervisi ... 9

1.4. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi ... 9

1.5. Pelaksana Supervisi ... 10

1.6. Teknik Supervisi ... 11

2. Supervisi Keperawatan ... 13

2.1. Pelaksana Supervisi Keperawatan ... 14

2.2. Sasaran Supervisi Keperawatan ... 15

2.3. Kompetensi Supervisor Keperawatan ... 16

3. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan ... 16

3.1.Teknik Supervisi Keperawatan ... 17

3.1.1 Teknik Supervisi secara Langsung... 17

3.1.2 Secara Tidak Langsung ... 19

3.2. Prinsip Supervisi Keperawatan ... 20

3.3. Kegiatan Rutin Supervisor ... 21

3.4. Model-model Supervisi Keperawatan ... 22

4. Kinerja ... 23

4.1. Defenisi Kinerja ... 23

4.2. Sistem Penelitian Kinerja ... 24

4.3. Kinerja Perawat ... 26

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat ... 26

4.5. Penilaian Kinerja Perawat ... 28


(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konsep ... 34

2. Defenisi Operasional ... 36

3. Hipotesa ... 37

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 38

2. Populasi dan sampel penelitian ... 38

2.1. Populasi Penelitian ... 38

2.2. Sampel Penelitian ... 38

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4. Pertimbangan Etik ... 39

5. Instrumen Penelitian ... 39

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

7. Proses Pengumpulan Data ... 45

8. Analisa Data ... 45

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian... 48

1.2 Distribusi Karasteristik Responden ... 48

1.3 Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan ... 49

1.3.1 Tenik Supervisi ... 50

1.3.2 Prinsip Supervisi ... 50

1.3.3 Kegiatan Rutin Supervisi... 51

1.3.4 Model Supervisi ... 51

1.4 Kinerja Perawat Pelaksana ... 52

1.4.1 Pengkajian ... 53

1.4.2 Diagnosa ... 53

1.4.3 Perencanaan ... 54

1.4.4 Implementasi ... 54

1.4.5 Evaluasi ... 55

1.5 Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... 56

2. Pembahasan ... 57

2.1 Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan ... 57

2.1.1 Tehnik Supervisi ... 58

2.1.2 Prinsip Supervisi ... 59

2.1.3 Kegiatan Rutin Supervisi... 60

2.1.4 Model Supervisi ... 60

2.2 Kinerja Perawat Pelaksana ... 61

2.2.1 Pengkajian ... 62

2.2.2 Diagnosa ... 62

2.2.3 Perencanaan ... 63

2.2.4 Implementasi ... 63


(8)

2.2 Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... 65

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 68 2. Saran ... 69 Daftar Pustaka ... 70 Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Jadwal Tentatif

4. Anggaran Biaya Penelitian

5. Izin Penelitian dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan 6. Hasil reliabilitas

7. Tabel hasil distribusi frekuensi kuesioner penelitian 8. Hasil analisa data korelasi


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karasteristik Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan... 47 Tabel 2 Distribusi frekuensi tehnik supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan. ... 48 Tabel 3 Distribusi frekuensi prinsip supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan. ... 49 Tabel 4 Distribusi Frekuensi kegiatan rutin supervisi kepala ruangan di Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan. ... 49 Tabel 5 Distribusi frekuensi model supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan. ... 50 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan di Rumah

Islam Malahayati Medan ... 50 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pada Pengkajian oleh perawat pelaksana di Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan. ... 51 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Diagnosa oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan. ... 52 Tabel 9 Distribusi frekuensi Perencanaan oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... 52 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Diagnosa oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan. ... 53 Tabel 11 Distribusi Frekuensi Evaluasi oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan ... 53 Tabel 12 Distribusi Frekuensi Kategori Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah

Islam Malahayati Medan ... 53 Tabel 13 Hasil analisa pengaruh pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Konsep pengaruh pelaksanaan Supervisi kepala RuanganTerhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... ....35


(11)

Judul Penelitian :Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perwat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Peneliti : Mei Junita Nainggolan Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2010

ABSTRAK

Penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Studi oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan bahwa masih banyak perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan system monitoring dan evaluasi kinerja perawat. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh pelaksanaan supervisi terhadap kinerja perwat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Malahayati Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 orang. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Hasil penelitian didapat bahwa 86,5% pelaksanaan supervisi sudah dalam kategori baik dan 83,8% kinerja perawat pelaksana sudah dalam kategori baik. Analis Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana,diukur dengan menggunakan uji Chi Square p= 0,03 (<0,05). Sehingga kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi untuk mengurangi bias pada hasil penelitian.


(12)

Judul Penelitian :Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perwat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Peneliti : Mei Junita Nainggolan Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2010

ABSTRAK

Penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Studi oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan bahwa masih banyak perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan system monitoring dan evaluasi kinerja perawat. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengaruh pelaksanaan supervisi terhadap kinerja perwat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Malahayati Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 orang. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Hasil penelitian didapat bahwa 86,5% pelaksanaan supervisi sudah dalam kategori baik dan 83,8% kinerja perawat pelaksana sudah dalam kategori baik. Analis Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana,diukur dengan menggunakan uji Chi Square p= 0,03 (<0,05). Sehingga kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi untuk mengurangi bias pada hasil penelitian.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian di rumah sakit (Aditama 2003). Tenaga perawat yang mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001).

Undang - undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa perawat dituntut sebagai pemberi jasa untuk mampu memberikan pelayanan bermutu sesuai standar pelayanan yang ditentukan. Kira-kira 40 - 60% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Budyanto, 2006).

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan kontribusi pada ekonomi. Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi motivasi dan kepentingan (Wibowo,2007).


(14)

Penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Studi oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan 47,4 persen perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9 persen perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8 persen perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan system monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasanbasri, 2007). Pada tahun 2005 ditemukan kinerja perawat baik 50 %, sedang 34,37 %, dan kurang 15,63 %. Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat > 75 % (Maryadi, 2006). Hasil survei di RSU Swadana Tarutung, terhadap 152 pasien rawat inap berkaitan dengan kinerja perawat pelaksana menunjukkan bahwa sebanyak 65% menyatakan perawat kurang perhatian, 53% mengatakan perawat sering tidak di ruangan, 42% menyatakan perawat bekerja tidak disiplin (Siregar, 2008).

Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang rawat dikordinatori oleh kepala ruang rawat. Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien (Rachman, 2006). Kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala ruangan antara lain perencanaan, (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi), pengawasan serta pengendalian (controlling), dan evaluasi. Dari beberapa fungsi manajerial kepala ruangan


(15)

tersebut terlihat bahwa salah satu yang harus dijalankan oleh kepala ruangan adalah bagaimana melakukan supervisi untuk meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan keperawatan (Arwani, 2005).

Supervisi melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarly dan Bahtiar, 2009 ). Menurut Thora Korn (1987) dalam Suarly dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi, secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar adil serta bijaksana. Dengan demikian diharapkan setiap perawat dapat memberi asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat yang bersangkutan.

Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya (Suarli dan Bahtiar, 2009). Supervisi yang tepat dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi perawat. Kepuasan kerja bagi perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya yang berdampak pada, disiplin dan prestasi kerja (Rahcman, 2006). Kepuasan kerja perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan. Hubungan kepuasan kerja perawat pelaksana dengan


(16)

kompetensi supervisi kepala ruangan dapat dipengaruhi oleh karakteristik perawat pelaksana tersebut (Hasniaty A.G, 2002).

Berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan pada bulan Juni 2009 terhadap 10 orang perawat pelaksana di rumah Sakit Islam Malahayati Medan didapatkan data bahwa supervisi dilakukan oleh pengawas, kepala ruangan maupun kepala keperawatan. Proses supervisi dilakukan setiap hari pada saat pertukaran dinas. Pelaksanaan supervisi dilakukan sebagai pengawasan untuk melihat apakah tindakan keperawatan itu dilakukan atau tidak. Kepala ruangan melakukan supervisi di setiap ruangan, dimana dalam satu ruangan terdiri dari 9-16 perawat pelaksana. Dengan adanya pelaksanaan supervisi yang maksimal, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja perawat pelaksana akan semakin meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, dan fenomena yang terjadi di lapangan, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi bagaimana pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap perawat pelaksana dan pengaruhnya terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

2. Pertanyaan Penelitian

2.1 Bagaimana pelaksanaan supervisi kepala ruangan di ruang rawat inap rumah sakit Islam Malahayati Medan?

2.2 Bagaimana kondisi kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan?


(17)

2.3 Bagaimana pengaruh pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan?

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan umum

Mengidentifikasi sejauh mana pengaruh pelaksanaan supervisi terhadap kinerja perwat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Malahayati Medan.

3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi bagaimana pelaksanaan supervisi kepala ruangan yang dinilai dari tehnik supervisi, prinsip supervisi, kegiatan rutin supervisi dan model supervisi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

2. Mengidentifikasi bagaimana kinerja perawat pelaksana yang dinilai berdasarkan standar asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi di ruang rawat inap Rumah Sakit Malahyati Medan.

4. Manfaat Penelitian 4.1 Praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan supervisi yang baik bagi para


(18)

kepala ruangan dan faktor-faktor apa saja yang harus ditingkatkan dalam praktek pelaksanaan supervisi dan peningkatan kinerja perawat.

4.2 Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan penelitian tentang supervisi dan kinerja perawat.

4.3 Rumah Sakit Malahayati

Dengan diketahuinya pengaruh pelaksanaan supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap maka dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kepala ruangan untuk memperbaiki proses pelaksanaan supervisi yang belum maksimal dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, kemudian untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan kinerja yang baik sesuai dengan standard yang ada.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Supervisi

1.1.Pengertian Supervisi

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).

Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).


(20)

1.2.Manfaat dan Tujuan Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :

1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

1.3.Frekuensi Pelaksanaan Supervisi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi selalu


(21)

dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan.

Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.

1.4.Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):

1) Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.

2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.


(22)

3) Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.

4) Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.

5) Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.

6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan.

1.5.Pelaksana Supervisi

Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah:


(23)

1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

2) Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.

3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.

4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.

5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.

1.6.Teknik Supervisi

Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):


(24)

1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).

b. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya. c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan

berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.


(25)

2. Kerja sama

Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.

2. Supervisi Keperawatan

Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).


(26)

2.1.Pelaksana Supervisi Keperawatan

Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung jawab antara lain (Suyanto,2008):

1) Kepala ruangan

Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).

2) Pengawas perawatan (supervisor)

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

3) Kepala bidang keperawatan

Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.


(27)

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuahan keperawatan.

2.2.Sasaran Supervisi Keperawatan

Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)

Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008).


(28)

2.3.Kompetensi Supervisor Keperawatan

Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):

a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.

b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.

c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan keperawatan.

d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.

f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.


(29)

3. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan 3.1.Tehnik Supervisi keperawatan

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.

3.1.1. Teknik Supervisi Secara Langsung.

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan


(30)

bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):

a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan disupervisi.

b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.

c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.

d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.


(31)

3.1.2. Secara Tidak Langsung.

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.

Langkah-langkah Supervisi tak langsung.

a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam medik perawat.

b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.

d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.

e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar.

3.2. Prinsip Supervisi Keperawatan

Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas hubungan


(32)

professional dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).

Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain: 1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi, 2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan, 3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard, 4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana. 5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik, 6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi, 7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.


(33)

3.3. Kegiatan Rutin Supervisor

Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :

3.3.1. Persiapan.

Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi: 1) Menyusun jadwal supervisi, 2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen dokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana

3.3.2. Pelaksanaan supervisi.

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi, 2) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan. 3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk masing-masing tahap, 4) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian asuhan keperawatan, 4) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap, 5) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan keperawatan, 6) Mencatat hasil supervisi.


(34)

3.3.3. Evaluasi.

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi: 1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di arahkan, 2) Memberikan reinforcement pada perawat, 3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi

3.4. Model-model Supervisi Keperawatan

Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):

3.4.1 Model konvensional

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan

3.4.2 Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur,


(35)

instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.

3.4.3 Model klinis

Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.

3.4.4 Model artistic

Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.

4. KINERJA

4.1 Defenisi Kinerja

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak pekerja memberi kontribusi kepada perusahaan yang antara lain termasuk kuantitas, output, kualitas output, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif (Mathis & Jackson, 2002). Menurut Prawirosentono, (1999) bahwa kinerja merupakan hasil karya yang dapat dicapai seseorang atau kelompok


(36)

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

4.2 Sistem Penilaian Kinerja

Setiap pimpinan harus dapat melakukan penilaian objektif terhadap kinerja karyawan sehingga perlu dikembangkan instrument penilaian kinerja. Penilaian kinerja dalam organisasi adalah proses organisasi mengevaluasi hasil kerja atau prestasi kerja para pemegang jabatan. Ada beberapa alasan dan pertimbangan mengapa kinerja harus dinilai yaitu: 1) penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian promosi dan penetapan gaji; 2) Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun karyawan untuk elkukan instrospeksi dan meninjau kembali perilakuk selama ini, baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dirumuskan kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh kembangnya budaya organisasi secara keseluruhan; 3) Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatiahan dan pelatiahn kembali (retraining) serta pengembangan (Soeroso, 2003).

Nicholls (2000) menggambarkan dampak negatif penilaian kinerja sebagai efek sisipus. Ada beberapa efek negatif yang ditimbulkan penilaian kinerja diantaranya:


(37)

1. Penurunan tingkat produktivitas yang biasanya terjadi dalam waktu penurunan 1-6 bulan pertama setelah evaluasi kinerja dilakukan. Penurunan tingkat produktivitas dalam skala besar dapat menimbulkan kerugian yang bermakna.

2. Penurunan kinerja jangka panjang terjadi apabila standard kinerja yang dibuat hanya yang realistis dan mudah dicapai sehinnga dalam jangka panjang yang terjadi justru kemerosotan kinerja.

3. Setiap penilaian menimbulkan dampak emosional seperti stress, depresi, kegelisahan dan lain-lain.

4. Apabila sistem penilaian dianggap tidak adil, dapat merusak moral dan motivasi.

5. Hanya menekankan pada kinerja individu dan bukan kinerja tim.

6. Mendorong pandangan jangka pendek dan berfokus pada kinerja jangka pendek. Hal ini terjadi apabila penilaian kinerja yang dilakukan adalah untuk kinerja jangka pendek sehingga karyawan kurang mementingkan kinerja jangka panjang.

7. Melembagakan budaya dan gaya kepemimpinan paternalistik. Hal ini kuarang menguntungkan terutama apabila system manajemen kinerja justru digunakan untuk mempertahankan status quo.

8. Hasil penilaian kinerja dapat menjadi hukuman seumur hidup. 9. Biaya penerapan system manajemen kinerja cukup mahal


(38)

4.3 Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar hukum, aturan serta sesuai moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa. Untuk aktifitas seorang perawat adalah mengumpulkan data kesehatan mengenai pasien, membuat diagnosis menurut ilmu keperawatan, menetapkan tujuan keperawatan, melaksanakan keperawatan, serta evaluasi terhadap perawatan. Selain aktivitas perawat tersebut terkait dengan kinerja perawat dapat dilihat dari pelayanan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasiennya (Tanjary, 2009).

Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan dalam waku tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya disebut indikator kinerja (Prajawanto,2009). Kinerja perawat dapat dilihat sesuai dengan peran fungsi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

4.4 Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat

Menurut Asa’ad (2000) dalam Tanjary, 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat adalah karakteristik, motivasi, kemampuan, keterampilan, persepsi, sikap serta lingkungan kerja. Adapun yang termasuk dalam karakteristik perawat meliputi umur, pendidikan, tingkat pengetahuan, masa kerja, serta status. Umur berpengaruh terhadap kinerja perawat karena


(39)

semakin berumur seorang perawat memiliki tanggung jawab moral dan loyal terhadap pekerjaan serta lebih terampil karena lama bekerja menjadi perawat.

Pendidikan perawat berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin tinggi pendidikan yang ditempuh semakin banyak ilmu pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh perawat sehingga akan dapat membantu dalam meningkatkan kinerjanya (Tanjary, 2009). Perawat pelaksana yang berpendidikan D3 keperawatan memiliki kinerja yang lebih baik daripada perawat pelaksana berpendidikan SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan).

Tingkat pengetahuan seorang perawat berpengaruh terhadap kinerja karena semakin tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh perawat akan dapat membantu perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Masa kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin lama masa kerja seorang perawat semakin banyak pengalaman yang diperolehnya dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Status pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin tinggi jabatan yang diembannya maka semakin tinggi motivasi dalam pekerjaannya sehingga akan dapat meningkatkan kinerja perawat (Tanjary,2009).

Motivasi juga mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu penghargaan psikis dalam hal ini sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan


(40)

diperhatikan serta dibimbing manakala melakukan suatu kesalahan (Bactiar & Suarly, 2009).

4.5 Penilaian Kinerja Perawat

Penilaian kinerja merupakan suatu komponen dari system manajemen kinerja yang digunakan organisasi untuk memotivasi pekerja. Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki kinerja. Penilaian kinerja perawat adalah pengukuran efesiensi, kompetensi dan efektifitas proses keperawatan dan aktivitas yang digunakan oleh perawat dalam merawat klien guna untuk mempertahankan, memperbaiki dan memotivasi perawat (Huber, 2000).

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi.perawat manajer dapat menggunakan proses aprasial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2002).

Ada beberapa manfaat dari penilaian kerja tersebut, dapat dijabarkan menjadi 6 yaitu (Nursallam, 2002):

a. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi


(41)

kebutuhan aktualisasi di dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan RS.

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.

c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.

d. Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan perawatan dimasa depan.

e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja meningkastkan gajinya atu system imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.

Dengan manfaat diatas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karirnya dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta tanggung jawab yang lebih besar pada masa yang akan datang atau mendapatkan imbalan yang lebih baik. Sedangkan karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya serta motivasi dan sikap yang


(42)

kurang baik maka perlu dilakukan pembinaan yang berupa teguran atau konseling oleh atasannya langsung (Nursalam, 2002).

4.6 Cara Penilaian Kinerja Perawat

Dalam hal peningkatan tenaga keperawatan, Carpetino 1999 (dalam Nursalam, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan pelayanan keperawatan saat ini telah melahirkan paradigma keperawatan yang menuntut adanya pelayanan keperawatan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari adanya dua fenomena sistem pelayanan keperawatan yakni perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dan terjadinya pergeseran fokus pelayanan asuhan keperawatan. Fokus asuhan keperawatan berubah dari peran kuratif dan promotif menjadi peran promotif, pereventif, kuratif dan rehabilitatif.

Untuk menilai atau mengukur kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar keperawatan dapat digunakan sebagai instrumen penilaian kerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan sampai evaluasi keperawatan (Nursallam, 2002).

A. Standar I: Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan meliputi:


(43)

1) Pengimpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisisk serta dari pemeriksaan penunjang.

2) Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan rekam medis dan catatan lain.

3) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis- psikologis-sosial-spiritual, respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, resiko-resiko tinggi.

B. Standar II: Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun kriteria dalam proses ini adalah:

1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa masalah keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (p), penyebab (E), dan tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalh dan penyebab (PE). 3) Bekerja dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi

diagnosa keperawatan.

4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

C. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya meliputi:


(44)

1) Perncanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan perawatan.

2) Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

4) Mendokumentasikan rencana keperawatan D. Standar IV : Implementasi keperawatan

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuahan keperawatan. Kriteria dalam proses ini meliputi:

1) Bekerja sama dengan klien dalam tindakan rencana keperawatan. 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. 4) Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep,

keterampilan asuahan diri serat membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawtan berdasarkan respon klien

E. Standar V : Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya adalah:


(45)

1) Menyusun rencana evaluasi dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembanagn ke arah pencapaian tujuan.

3) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat. 4) Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana

asuahan keperawatan.

5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi hasil perencanaan.

Standard tersebut adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan ada kulaitas struktur, proses atau hasil yang dapat dinilai (Nursallam, 2002). Tujuan pendokumentasikan asuhan keperawatan adalah untuk memudahkan menentukan kualitas perawat, klien, menjamin pendokumentasian kemajuan dan hubungan dengan hasil yang berfokus pada klien dan memudahkan konsistensi antar disiplin dan mengkomunikasikan tujuan tindakan dan kemajuan. Sumber penilaian adalah dokumentasi keperawatan yang merupakan bukti tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan disimpan pada masing-masing status atau pada tempat khusus, sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat (Doenges, 2000)


(46)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat merekomendasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti). Dalam penelitian ini variabel yang diteliti terdiri dari variabel independen (pelaksanaan supervisi kepala ruangan) dan variabel dependen (Kinerja perawat pelaksana). Kerangka konsep membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2003).

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dan melihat pengaruhnya terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan


(47)

Berdasarkan teori dan tujuan yang diteliti dalam penelitian ini maka kerangka konsepnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka Konsep pengaruh pelaksanaan Supervisi kepala RuanganTerhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Kinerja Perawat Standard praktik keperawatan:

1. Standard I: pengkajian

keperawatan.

2. Standard II: diagnosis

keperawatan.

3. Standard III: Perencanaan keperawatan.

4. Standard IV: Implementasi keperawatan.

5. Standard V: Evaluasi kperawatan Pelaksanaan Supervisi:

1. Tehnik Supervisi 2. Prinsip supervisi.

3. Kegiatan rutin

supervisor.

4. Model supervisi yang dilakukan.


(48)

2. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN No Variabel Defenisi

operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Variabel Independen: pelaksanaan supervisi kepala ruangan Pelaksanaan kegiatan-kegiatan terencana yang dilakukan oleh kepala ruangan yang meliputi bagaimana tehnik pelaksanaanya, prinsip, kegiatan rutinnya, dan model supervisi yang digunakan oleh kepala ruangan Kuesioner sebanyak 28 pertanyaan dengan pilihan jawaban : 4 = selalu dilakukan 3 = Sering dilakukan 2 = kadang-kadang dilakukan 1 = Tidak dilakukan sama sekali Hasil yang akan didapat: 1. Kurang baik = 28-70 2. Baik = 71-112 Ordinal

2. Variabel dependen: kinerja perawat pelaksana Tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat pelaksana sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Kuesioner sebanyak 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban : 4 = selalu dilakukan 3 = Sering dilakukan 2 = kadang-kadang dilakukan 1 = Tidak dilakukan Hasil yang akan didapat: 1. Kurang baik = 20-50 2. Baik = 51-80


(49)

3. Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu adanya pengaruh antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.


(50)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Rancangan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1.Populasi penelitian.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dengan jumlah 86 orang.

2.2.Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian atau yang mewakili populasi yang diteleiti (Arikunto, 2002). Tehnik Pengambilan sampel dilakukan dengan Totally

sampling dimana keseluruhan populasi perawat di ruang rawat inap Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan dijadikan sebagai sampel penelitian ini tetapi yang memiliki criteria dengan tingkat pendidikannya minimal D3 dan usia maksimal 55 tahun. Pengambilan sampel dilakukan pada 8 ruangan rawat inap di Rumah Sakit Malahayati Medan.


(51)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan yang berada di jalan P. Diponegoro No. 2-4 Medan. Alasan peneliti memilih Rumah Sakit Islam Malahayati Medan sebagai tempat penelitian Karena penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang dilakukan oleh senior mengenai kemampuan kepala ruangan dalam melaksanakan supervisi di rumah sakit ini. Desain penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah quoasi eksperimen dengan memberikan pelatihan tentang kemampuan dalam melaksanakan supervisi kepada semua kepala ruanagan. Sehingga setelah diintervensi perlu dilihat bagaimana pengaruh pelaksanaan supervisi yang sudah dilakukan kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana. Selain itu lokasi rumah sakit ini strategis dan memiliki jumlah perawat yang memadai untuk dijadikan sebagai responden penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Mei 2010 sampai Juni 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Dalam melaksanakan penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari tekanan fisik maupun tekanan sosial. Dalam melaksanakan penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari tekanan fisik maupun tekanan sosial). Jika ada perawat yang menolak


(52)

berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan dan dilaporkan sebagai hasil riset.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu: pertama data demogarfi responden, kedua kuesioner pelaksanaan supervisi kepala ruangan dan kuesioner kinerja perawat.

5.1. Data demografi responden.

Kuesioner data demografi perawat pelaksana meliputi nama (inisial), jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama bekerja dan unit bekerja. Data demografi responden tidak dianalisis hanya untuk mengetahui karasteristik responden.

5.2. Kuesioner pelaksanaan supervisi kepala ruangan.

Kuesioner pelaksanaan supervisi kepala ruangan ini dibuat oleh peneliti sendiri yang berisi tentang bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan meliputi tehnik supervisi, prinsip supervisi, kegiatan rutin supervisi, dan model supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan. Kuesioner ini terdiri dari 28 pernyataan yaitu tehnik supervisi terdiri dari 9 pernyataan, prinsip supervisi terdiri dari 7 pernyataan, kegiatan rutin supervisi terdiri dari 7 pernyataan dan model supervisi terdiri dari 5 pernyataan. Pengukuran kuesioner ini menggunakan skala likert, yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu, tidak


(53)

dilakukan sama sekali, kadang-kadang dilakukan, sering dilakukan dan selalu dilakukan.

Cara pemberian skor pada pernyataan yang diajukan adalah nilai 4 untuk “selalu dilakukan”, nilai 3 untuk “sering dilakukan”, nilai 2 untuk “kadang-kadang dilakukan” dan nilai 1 untuk “tidak dilakukan sama sekali”. Skor tertinggi yang didapat yaitu 112 point dan skor terendah adalah 28 point. Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana, (1992)

p = rentang kelas/banyak kelas

p merupakan panjang kelas, dan rentang kelas yaitu selisih dari nilai tertinggi dan terendah sebesar 84, dan banyak kelas ada 2 yaitu supervisi yang baik dan supervisi yang kurang baik. Sehingga didapatlah nilai p = 42. Dengan menggunakan nilai p maka pelaksanaan supervisi dikategorikan atas interval sebagai berikut:

28 – 70 = Supervisi dikatakan kurang baik 71 – 112 = Supervisi dikatakan baik 5.3. Kuesioner kinerja perawat

Kuesioner kinerja perawat ini dimodifikasi dari Nursalam yang berisi tentang standar asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pernyataan yang dimodifikasi yaitu pernyataan no 9, 17 dan 19. Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan. Pengkajian terdiri dari 4 pernyataan, diagnosa terdiri dari 3 pernyataan, perencanaan terdiri dari 5 pernyataan, implementasi terdiri dari 5 pernyataan dan evaluasi terdiri dari 3 pernyataan.


(54)

Pengukuran kinerja perawat pelaksana dengan menggunakan sakla likert yang terdiri dari 4 bentuk pilihan jawaban. Cara pemberian skor pada pernyataan yang diajukan adalah nilai 4 untuk “selalu dilakukan”, nilai 3 untuk “sering dilakukan”, nilai 2 untuk “kadang-kadang dilakukan” dan nilai 1 untuk “tidak dilakukan sama sekali”. Skor tertinggi didapat 80 point dan skor terendah didapat 20. Kinerja perawat pelaksana dibagi menjadi 2 kategori yaitu kinerja perawat yang baik dan kinerja perawat yang kurang baik. Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana, (1992)

p = rentang kelas/banyak kelas

p merupakan panjang kelas, dan rentang kelas yaitu selisih dari nilai tertinggi dan terendah sebesar 60, dan banyak kelas ada 2 yaitu kinerja perawat yang baik dan kinerja perawat yang kurang baik. Sehingga didapatlah nilai p =30. Dengan menggunakan nilai p maka kinerja perawat pelaksana dikategorikan atas interval sebagai berikut:

20 – 50 = kinerja perawat dikatakan kurang baik 51 – 80 = kinerja perawat dikatakan baik

5. Validitas dan Realibilitas Instrumen

Kuesioner pelaksanaan supervisi kepala ruangan dibuat oleh peneliti sendiri, sedangkan kuesioner lembar kerja perawat dimodifikasi dari Nursalam (2002). untuk itu penting dilakukan uji validitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid apabila


(55)

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002).

Adapun pengujian validitas yang dilakukan yaitu pengujian validitas isi (content validity) yaitu instrument dibuat berdasarkan isi dan menjelaskan isi. Kemudian dilakukan pengujian validitas isi dengan memberikan konsep yang digunakan kepada seorang yang ahli dibidangnya. Ahli yang diminta untuk melakukan uji validitas adalah staf perawat bidang keperawatan di RSU H. Adam Malik Medan yaitu ibu Liberta Lumbantoruan S.Kp. M. Kep. Proses validasi dilakukan dengan memberikan keterangan mengenai tujuan penelitian dan selanjutnya ibu Liberta menelaah lanjut isi proposal. Pada beberapa item kuesioner ada yang dilakukan perubahan sebelum instrument ini dikatakan valid. Pada kuesioner pelaksanaan supervisai pada item no 7 menambahkan kata keperawatan, pada item no 5 menghapus kata selalu karena pada jawaban kuesioner sudah ada jawaban selalu. Pada kuesioner kinerja pada item 1 mengganti saat menjadi sejak, pada item no 2 mengganti kata terus menerus menjadi secara periodik dan pada item no 10 kata membuat catatan keperawatan diganti menjadi mencatat seluruh tindakan keperawatan. Untuk menunjukkan bahwa hasil uji valid dikatakan valid dilihat dari Coefisient Validity Index (CVI).

Coefisient (r) berada diantara 0.00 dan 1.00. Jika Coefisient (r) mencapai 0.70

maka instrument sudah dikatakan valid (Polit & Hungler, 1995). Uji validitas yang dilakukan setelah penghitungan melalui CVI di dapat hasilnya pada kuesioner pelaksanaan supervisi yaitu 0,77, sedangkan pada kuesioner kinerja


(56)

perawat yaitu 0,87 sehingga instrument penelitian ini sudah dikatakan valid (Lampiran 3).

Uji realibilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji dilakukan sebelum mengumpulkan data kepada 30 responden yang sesuai dengan kriteria subjek studi kemudian peneliti menilai responnya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputerisasi dengan analisis Cronbach alpha pada item berskala. Untuk instrument yang baru akan reliable jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler, 1995). Uji realibilitas pada penelitian ini dilakukan pada perawat di rumah sakit Herna dan Martha Friska yang terdiri dari 15 orang dari Rumah Sakit Herna, dan 15 orang dari rumah sakit Martha Friska yang telah memiliki kriteria yang sama dengan responden penelitian. Kuesioner pelaksanaan supervisi didapat hasilnya 0.77, sedangkan pada kuesioner kinerja perawat didapat hasilnya 0.99 (Lampiran 6).

7. Proses Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Mengajukan permohonan pelaksanaan izin penelitian pada pendidikan Fakultas Keperawatan USU.

2. Mengirimkan surat permohonan izin penelitian ke tempat penelitian (Rumah Sakit Islam Malahayati Medan).


(57)

3. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, peneliti bekerja sama dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana untuk pengumpulan data penelitian.

4. Dalam pengambilan data peneliti didampingi oleh kepala perawat untuk menyebarkan kuesioner pada setiap ruang rawat inap.

5. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian (informed consent).

6. Setiap sore hari peneliti dibantu oleh kepala ruangan untuk menyebarkan kuesioner ke setiap ruang rawat inap kemudian menemui salah seorang perawat pelaksana yang jaga di ruangan tersebut.

7. Kemudian peneliti menjelaskan cara pengisian kuesionernya kepada perawat yang jaga di ruangan tersebut agar disampaikan pada perawat yang lainnya.

8. Setelah satu minggu peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah selesai diisi erawatnya. Jika ada perawat yang belum mengisi kuesionernya, peneliti datang kembali pada hari berikutnya.

9. Peneliti mengecek jumlah setiap perawat yang bekerja pada satu ruangan dan menyesuaikannya dengan jumlah kuesioner yang terkumpul.


(58)

11. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data atau analisis data. Analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama editing, yaitu mengecek atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat mengoreksi. Kedua coding, yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Ketiga yaitu tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan (Hasan, 2002). Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Statistik univarat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat akan digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel indepen ( pelaksanaan supervisi) dan variabel dependen (kinerja perawat pelaksana). Untuk menganalisa variabel pelaksanaan supervisi dan kinerja perawat pelaksana akan dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.


(59)

Statistik bivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis hubungan antar dua variabel. Untuk melihat pengaruh antara variabel independen (pelaksanaan supervisi kepala ruangan) terhadap variabel dependen (kinerja perawat pelaksana) digunakan uji Chi-Square karena variabel independen (pelaksanaan supervisi kepala ruangan) berskala kategorik dan variabel dependen (kinerja perawat pelaksana) berskala kategorik juga. Selain itu penelitian ini bersifat independen (unpaired) yaitu jawaban satu subjek tidak berpengaruh terhadap jawaban subjek lain atau satu subjek hanya satu kali digunakan dalam analisis (Budiarto, 2002). Hasil analisa akan diperoleh nilai p. jika nilai p<0,05 ini berarti ada pengaruh antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana (Dahlan, 2000)


(60)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian mengenai Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2010-Juni 2010 di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 74 orang, yaitu semua perawat pelaksanan yang berpendidikan minimal D3 dengan usia maksimal 55 tahun.

Hasil penelitian ini dibagi atas tiga bagian yaitu, karasteristik responden, pelaksanaan supervisi dan kinerja perawat pelaksana. Penelitian ini akan dianalisa apakah ada pengaruh antara pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana.

1.1 Distribusi Karateristik Responden

Data distribusi frekuensi karasteristik responden pada tabel 1 terlihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, hampir seluruh perawat pelaksana yang terlibat dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 66 orang (89,2%), tingkat pendidikannya rata-rata D3 sebanyak 73 orang (98,6%). Berdasarkan usia rata-rata berada pada usia 21-33 tahun sebanyak 54 orang (73%) dan lama bekerja berada pada rentang 1-10 tahun sebanyak 46 orang (62,2%) (Tabel 1).

Disrtibusi responden berdasarkan unit kerja di ruang rawat inap, diambil secara merata dari setiap ruangan. Ruang rawat inap terdiri dari 8 ruangan yaitu


(61)

ruang ICU, ruang VK, ruang UGD, ruang OK, ruan g PHA, ruang PHB, ruang TA, ruang Anak.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karasteristik Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Karakteristik Demografi Responden n = 74

F %

1. Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan Total

2. Tingkat Pendidikan Sarjana D3 Total 3. umur 21-33 Tahun 34-44 Tahun 45-55 Tahun Total

4. Lama Kerja < 1 Tahun 1-10 Tahun 11-20 Tahun 21-30 Tahun Total

5. Unit Bekerja ICU VK UGD OK PHA PHB TA ANAK Total 8 66 74 1 73 74 54 17 3 74 10 46 15 3 74 12 11 11 7 8 9 6 10 74 10,8 89,2 100 1,4 98,6 100 73 23 4 100 13,5 62,2 20,3 4 100 16,2 14,9 14,9 9,5 10,8 12,2 8,1 13,5 100


(62)

1.2 Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan

Pelaksanaan supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan diidentifikasi dengan menggunakan instrument berupa kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari beberapa indikator yaitu tehnik supervisi, prinsip supervisi, kegiatan rutin supervisi, model supervisi.

Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh masing-masing perawat maka diperoleh gambaran indikator dari masing-masing variabel dalam penelitian ini.

1.2.1 Tehnik Supervisi

Berdasarkan hasil analisa data dan persepsi perawat tentang tehnik supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan di Rumah Sakit Islam Malahyati Medan diperoleh 91,9% tehnik supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan sudah baik.

Tabel 2 Distribusi frekuensi pelaksanaan supervisi kepala ruangan berdasarkan tehnik supervisi di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

N=74

Kriteria Frekuensi %

1 Baik 68 91.9

2 Kurang Baik 6 8.1

Jumlah 74 10

1.2.2 Prinsip Supervisi

Hasil analisa data dan berdasarkan persepsi perawat pelaksana tentang pelaksanaan prinsip supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan diperoleh sebanyak 93,3 % prinsip supervisi yang dilakukan kepala ruangan baik.


(63)

Tabel 3 Distribusi frekuensi pelaksanaan supervisi kepala ruangan berdasarkan prinsip supervisi di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

(N=74)

No Kriteria Frekuensi %

1 Kurang Baik 5 6,8

2 Baik 69 93,2

Jumlah 74 100

1.2.3 Kegiatan Rutin Supervisi

Berdasarkan hasil analisa data dan persepsi perawat pelaksana tentang pelaksanaan kegiatan rutin yang dilakukan oleh kepala ruangan tentang pelaksanaan kegiatan rutin supervisi diperoleh 85,5% pelaksanaan kegiatan supervisi dalam kategori baik.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi pelaksanaan supervisi kepala ruangan berdasarkan kegiatan rutin di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

(N=74)

No Kriteria Frekuensi %

1 Kurang Baik 10 13,5

2 Baik 64 85,5

Jumlah 74 100

1.2.4 Model supervisi

Berdasarkan hasil analisa data dan persepsi perawat pelaksana tentang bagaimana model supervisi yang digunakan oleh kepala ruangan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan diperoleh 85,1 % model supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dalam kategori baik.


(64)

Tabel 5 Distribusi frekuensi pelaksanaan supervisi kepala ruangan berdasarkan model supervisi di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

(N=74)

No Kriteria Frukuensi %

1 Kurang Baik 11 14,9

2 Baik 63 85,1

Jumlah 74 100

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari 74 responden tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dari setiap indikator yaitu tehnik supervisi, prinsip supervisi, kegiatan rutin supervisi, dan model supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan secara keseluruhan sudah dalam kategori baik 86, 5% . Hasil distribusi frekuensi pelaksanaan supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan di Rumah Islam Malahayati Medan.

(N=74) No Pelaksanaan Supervisi Frekuensi %

1 Baik 64 86,5

2 Kurang Baik 10 13,5

Jumlah 74 100

1.3 Kinerja Perawat Pelaksana

Kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner yang merupakan penerapan standar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.


(65)

Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh 74 orang perawat perawat pelaksana di setiap ruangan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dapat diketahui gambaran dari masing-masing indikator dalam penelitian ini.

1.3.1 Pengkajian

Berdasarkan hasil analisa data dari kuesioner yang diisi oleh perawat pelaksana di setiap ruangan yang ada di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan diperoleh bahwa pada indikator pengkajian yang dilakukan oleh perawat pelaksana diperoleh sebanyak 86,5% pengkajian yang dilakukan perawat dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7

Tabel 7 Distribusi Pada Pengkajian oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

(N=74)

No Kriteria Frekuensi %

1 Kurang Baik 10 13,5

2 Baik 64 86,5

Jumlah 74 100

1.3.2 Diagnosa

Berdasarkan hasil analisa data dari kuesioner yang telah diisi oleh perawat pelaksana yang diambil dari setiap ruangan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan pada indikator diagnosa hampir seluruh perawat pelaksana melakukan diagnosa sudah dalam kategori baik yaitu sebanyak 94,6%. Hasil distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 8


(1)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 37 50,0 50,0 50,0

SD 33 44,6 44,6 94,6

SLD 4 5,4 5,4 100,0

Total 74 100,0 100,0

K4(Pengkajian)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 10 13,5 13,5 13,5

SD 48 64,9 64,9 78,4

SLD 16 21,6 21,6 100,0

Total 74 100,0 100,0

K5(Diagnosa)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TD 2 2,7 2,7 2,7

JD 24 32,4 32,4 35,1

SD 39 52,7 52,7 87,8

SLD 9 12,2 12,2 100,0

Total 74 100,0 100,0

K6(Diagnosa)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 20 27,0 27,0 27,0

SD 43 58,1 58,1 85,1

SLD 11 14,9 14,9 100,0

Total 74 100,0 100,0

K7(Diagnosa)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 23 31,1 31,1 31,1

SD 37 50,0 50,0 81,1

SLD 14 18,9 18,9 100,0

Total 74 100,0 100,0


(2)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 19 25,7 25,7 25,7

SD 46 62,2 62,2 87,8

SLD 9 12,2 12,2 100,0

Total 74 100,0 100,0

K9(Perencanaan)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 8 10,8 10,8 10,8

SD 58 78,4 78,4 89,2

SLD 8 10,8 10,8 100,0

Total 74 100,0 100,0

K10(Perencanaan)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TD 2 2,7 2,7 2,7

JD 10 13,5 13,5 16,2

SD 51 68,9 68,9 85,1

SLD 11 14,9 14,9 100,0

Total 74 100,0 100,0

K11(Perencanaan)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 3 4,1 4,1 4,1

SD 51 68,9 68,9 73,0

SLD 20 27,0 27,0 100,0

Total 74 100,0 100,0

K12(Perencnaan)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 24 32,4 32,4 32,4

SD 33 44,6 44,6 77,0

SLD 17 23,0 23,0 100,0

Total 74 100,0 100,0


(3)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid JD 23 31,1 31,1 31,1

SD 43 58,1 58,1 89,2

SLD 8 10,8 10,8 100,0

Total 74 100,0 100,0

K14(Implementasi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 17 23,0 23,0 23,0

SD 46 62,2 62,2 85,1

SLD 11 14,9 14,9 100,0

Total 74 100,0 100,0

K15(Implementasi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 4 5,4 5,4 5,4

SD 53 71,6 71,6 77,0

SLD 17 23,0 23,0 100,0

Total 74 100,0 100,0

K16(Implementasi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 12 16,2 16,2 16,2

SD 48 64,9 64,9 81,1

SLD 14 18,9 18,9 100,0

Total 74 100,0 100,0

K17(Implementasi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 11 14,9 14,9 14,9

SD 43 58,1 58,1 73,0

SLD 19 25,7 25,7 98,6

33 1 1,4 1,4 100,0

Total 74 100,0 100,0


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TD 1 1,4 1,4 1,4

JD 9 12,2 12,2 13,5

SD 46 62,2 62,2 75,7

SLD 18 24,3 24,3 100,0

Total 74 100,0 100,0

K19(Evaluasi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 6 8,1 8,1 8,1

SD 51 68,9 68,9 77,0

SLD 17 23,0 23,0 100,0

Total 74 100,0 100,0

K20(Evaluasi)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JD 13 17,6 17,6 17,6

SD 44 59,5 59,5 77,0

SLD 17 23,0 23,0 100,0


(5)

Hasil uji Chi Square

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Supervisi * Kinerja 74 100,0% 0 ,0% 74 100,0%

Supervisi * Kinerja Crosstabulation

Kinerja

Total Kurang Baik Baik

Supervisi Kurang Baik Count 4 5 9

Expected

Count 1,5 7,5 9,0

% within

Supervisi 44,4% 55,6% 100,0%

% within

Kinerja 33,3% 8,1% 12,2%

Baik Count 8 57 65

Expected

Count 10,5 54,5 65,0

% within

Supervisi 12,3% 87,7% 100,0%

% within

Kinerja 66,7% 91,9% 87,8%

Total Count 12 62 74

Expected

Count 12,0 62,0 74,0

% within

Supervisi 16,2% 83,8% 100,0%

% within


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6,009(b) 1 ,014

Continuity

Correction(a) 3,877 1 ,049

Likelihood Ratio 4,742 1 ,029

Fisher's Exact Test ,033 ,033

Linear-by-Linear

Association 5,928 1 ,015

N of Valid Cases 74

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,46.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Supervisi

(Kurang Baik / Baik) 5,700 1,261 25,769 For cohort Kinerja =

Kurang Baik 3,611 1,359 9,593

For cohort Kinerja = Baik ,634 ,351 1,144