36
serbuk rimpang temu kunci. Rangkaian proses ini dimaksudkan agar senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam rimpang temu kunci dapat terlarut
sempurna nantinya ketika direndam menggunakan pelarut yang digunakan. Sepuluh kilogram rimpang temu kunci basah didapatkan 3 kg serbuk rimpang
temu kunci. Serbuk temu kunci kemudian ditempatkan pada gelas beker berukuran 2000 mL. Selanjutnya ke dalam gelas beker tersebut ditambahkan
etanol teknis 96 hingga seluruh serbuk temu kunci terendam. Perendaman dilakukan selama ±24 jam dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan
volume etanol ±4 L untuk satu kali maserasi. Maserat kemudian disaring, selanjutnya filtrat dievaporasi dengan tujuan untuk menguapkan pelarut yang
digunakan sehingga didapatkan ekstrak pekat temu kunci. Ekstrak pekat yang didapatkan seberat 47,261 gram berwarna cokelat tua Gambar 6.
2. Pembuatan Koloid Nanopartikel Ekstrak Etanol Temu Kunci
Boesenbergia pandurata dengan Karakterisasi Menggunakan PSA dan Zeta Sizer
Pembuatan koloid nanopartikel temu kunci-kitosan diawali dengan menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan. Dalam satu kali preparasi
diperlukan ekstrak etanol temu kunci, asam asetat glasial, kitosan, NaTPP, akuades, etanol p.a. Jumlah bahan-bahan yang diperlukan dapat dilihat pada
Lampiran 1. Ekstrak etanol yang telah ditimbang seberat 1 gram dilarutkan dalam 35 mL etanol p.a dan 15 mL akuades. Larutan ini diaduk terlebih dahulu
menggunakan magnetic stirrer hingga larut. Selanjutnya ditambahkan 100 mL larutan kitosan bubuk kitosan dilarutkan dalam 1 asam asetat glasial dan 350
37
mL larutan NaTPP sedikit demi sedikit sambil tetap diaduk sehingga terbentuk suspensi nanopartikel. Setelah semua larutan tercampur, pengadukan dilanjutkan
selama ±2 jam dengan kecepatan yang stabil agar proses crosslinking berlangsung sempurna. Crosslinker polianion yang digunakan adalah natrium tripolifosfat
NaTPP karena bersifat tidak toksik. Penggunaan kitosan pada pembuatan nanopartikel ini karena kitosan merupakan biomaterial yang memiliki sifat-sifat
istimewa seperti mukoadhesif, biokompatibel, biodegradable, nontoksik, dan tingkat imonogenisitas yang rendah, serta dalam penggunannya sangat
menjanjikan sebagai pembawa carrier pada sistem penghantaran obat. Bentuk kitosan dalam ukuran nano juga sangat menjanjikan untuk meningkatkan
bioavailabilitas biomolekul, karena memiliki kemampuan difusi dan penetrasi yang lebih baik ke dalam lapisan mukus. Proses pembentukan partikel
menggunkan metode gelasi ionik. Metode ini dipilih dikarenakan prosesnya yang sederhana, tidak menggunakan pelarut organik, dan dapat dikontrol dengan
mudah. Pembentukan partikel terjadi akibat adanya interaksi ionik antara gugus amino pada kitosan yang bermuatan positif dengan polianion yang bermuatan
negatif membentuk struktur network inter- danatau intramolekul tiga dimensi. Koloid yang terbentuk setelah pengadukan selama ±2 jam disimpan dalam
lemari es dengan suhu ±3
o
C. Selanjutnya, koloid yang telah terbentuk dikarakterisasi menggunakan PSA Particle Size Analizer untuk mengetahui
ukuran partikel yang terbentuk. Setiap komposisi menghasilkan ukuran partikel yang berbeda-beda Tabel 1. Ukuran partikel dalam bentuk nano yang paling