11
hidroksipanduratin Tuchinda, et al., 2002. Selain itu, rimpang temu kunci juga mengandung pati, damar, saponin, boesenbergin A, boesenbergin B, asam
kavinat, senyawa flavon 5,7-dimetoksiflavon; 3,5,7,4-tetrametoksiflavon; dan 3,5,7,3,4-pentametoksiflavon,
senyawa flavanon
5-hidroksi-7,4- dimetoksiflavanon, senyawa kalkon 2-hidroksi-4,6-dimetoksikalkon; 2,6-
dihidroksi-4-metoksikalkon; 2-hidroksi-4,4,6-trimetoksikalkon;
dan 2,4-
dihidroksi-6-metoksikalkon, panduratin B1, serta panduran B2 Hargono, 2000. Penelitian lain tentang penemuan senyawa metabolit sekunder dalam temu kunci
adalah Oka 2012 berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa pinostrobin 5-hidroksi-7-metoksi flavanon pada ekstrak n-heksana rimpang temu kunci,
Agus Chahyadi dkk 2014, minyak atsiri dan flavonoid.
c. Manfaat Temu Kunci
Boesenbergia pandurata
Boesenbergia pandurata Roxb. Zingiberaceae, lebih dikenal dengan nama
temu kunci merupakan salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia. Rimpang dari temu kunci secara tradisional telah banyak digunakan untuk pengobatan
beberapa penyakit. Rimpang dari temu kunci Boesenbergia pandurata mengandung minyak atsiri dan berbagai macam senyawa flavonoid yang memiliki
manfaat dalam dunia farmasi sebagai antijamur, antibakteri, antioksidan, dan lainnya. Kelebihan lain dari temu kunci yang menjadikan tanaman ini menarik
adalah adanya salah satu senyawa flavonoid, yakni panduratin yang memiliki aktivitas biologi terutama kemampuan yang kuat sebagai antijamur, antibakteri,
anti-inflamasi, dan antikanker Agus Chahyadi dkk, 2014.
12
Di Indonesia rimpang dari temu kunci dimanfaatkan sebagai bumbu masakan tradisional dan juga digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai
penyakit seperti asma, diare, demam, dan sakit perut Mulyadi, Tjitjik, dan Mulya, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi, Tjitjik, dan Mulya 2013
menemukan bahwa rimpang dari temu kunci memiliki beberapa senyawa flavonoid dan minyak atsiri, dan berhasil mengisolasi dua senyawa flavonoid
yaitu pinostrobin dan pinocembrin sebagai agen antioksidan dan sitotoksik.
2. Nanopartikel
Nanopartikel adalah partikel koloid atau padatan dengan diameter berkisar dari 10-1000 nm. Nanopartikel dengan menggunakan polimer dapat dimanfaatkan
untuk sistem penghantaran tertarget, meningkatkan bioavailabilitas, pelepasan obat terkendali, atau melarutkan obat untuk penghantaran sistemik. Juga dapat
digunakan untuk melindungi agen terapetik akibat adanya degradasi enzim nuklease
dan protease Rauhatun dan Iis, 2013. Menurut Tiyaboonchai 2003, secara sederhana nanopartikel yang terbuat
dari suatu polimer dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu nanosphere dan nanokapsul. Nanosphere merupakan nanopartikel dengan sistem matriks dimana
obat terdispersi seluruhnya di dalam matris tersebut, sedangkan nanokapsul merupakan nanopartikel dengan sistem reservoar yang terbuat dari membran
polimer yang mengelilingi intinya. Pada awalnya, nanopartikel dibuat menggunakan polimer non-biodegradable, namun jenis polimer ini segera
tergantikan oleh polimer yang biodegradable. Nanopartikel yang terbuat dari polimer biodegradable banyak dikembangkan sebagai sistem penghantaran obat.