17 diprediksi oleh remaja. Remaja yang baik memiliki ketiga unsur
tersebut dengan nilai yang positif selaras dengan norma sekitar.
B. Kajian Tentang Kebutuhan Berprestasi Bidang Akademik
1. Definisi Kebutuhan Berprestasi Arti kata kebutuhan berprestasi dan motivasi berprestasi adalah
sama, hal ini didukung oleh pendapat Sugiyanto 2011: 4 dimana Murray memakai istilah kebutuhan berprestasi need for achievement
untuk motivasi berprestasi, yang dideskripsikan sebagai hasrat atau tendensi untuk mengerjakan sesuatu yang sulit dengan secepat dan
sebaik mungkin. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang dorongan individu dalam memaksimalkan kinerja. Selanjutnya
menurut McClelland Awan, Noureen, dan Ghazala, 2011: 73 achievement motivation has been defined as the extent to which
individuals differ in their need to strive to attain rewards, such as physical satisfaction, praise from others and feelings of personal
mastery. Dari pendapar tersebut memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang motivasi berprestasi terutama dalam hasil atau tujuan
yang diinginkan atau ingin diperoleh. Kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan dari seorang individu
untuk menyelesaikan sesuatu yang sulit dengan baik dan mandiri, menghadapi rintangan dan mencapai standar yang tinggi, serta
keberanian untuk melakukan persaingan Ratna Haryati, 2014: 1 . Pendapat tersebut masih bersifat umum serta belum dispesifikkan
18 akan tetapi sudah memberikan gambaran tentang motivasi berprestasi.
Pendapat lain tentang orang yang memiliki kebutuhan berprestasi muncul dari Sondang P Saigan 2004: 168 yaitu seseorang yang
berusaha berbuat sesuatu misalnya dalam penyelesaian tugas yang dipercayakan kepadanya lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
Gambaran individu tersebut memberikan pembeda dengan individu lain yang tidak memiliki kebutuhan untuk berprestasi. Selain itu orang
yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi mendorong dirinya mengembangkan kreatifitas dan mengarahkan semua kemampuan dan
energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal Malayu Hasibuan SP, 2008: 112. Tambahan tentang individu yang
memiliki kebutuhan berprestasi memberikan pelengkap terutama pada hasil yang akan diraih yaitu kreatifitas dan prestasi kerja.
Selanjutnya definisi terakhir diungkapkan oleh Schunk, Pintrich, Meece 2010: 378 yang mengungkapkan bahwa
kebutuhan berprestas adalah the motive or desire to besuccessful, to strive for achievement outcomes, such as obtaining high grades.
Dorongan atau motif yang dikemukakan tersebut memberikan penjelasan tentang sebab akibat adanya motivasi berprestasi.
Pemaparan-pemaparan diatas memiliki perbedaan pada setiap pendapatnya. Selanjutnya, dari pendapat-pendapat tersebut dapat
diambil garis tengah yaitu kebutuhan atau dorongan seseorang
19 menyelesaikan tugas secara maksimal dan mandiri yang memiliki
standar diri yang tinggi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Kebutuhan Berprestasi Bidang Akademik Penelitian ini dikhususkan variabel motivasi berprestasi pada
bidang akademik agar tidak terlalu luas. Akademik sendiri menurut Imam Barnadib 2001: 13 adalah hal-ikhwal yang meliputi keilmuan.
Apabila dirujuk lagi maka hal-hal keilmuan dalam ranah persekolahan adalah mata pelajaran. Mata pelajaran dalam ranah sekolah bisa
diambil contoh ilmu tentang berhitung atau matematika, ilmu tentang bahasa atau pelajaran bahasa dan lain sebagainya. Apabila disatuka
antara motivasi berprestasi dengan akademik maka batasannya akan menjadi motivasi berprestasi akademik atau motivasi berprestasi yaitu
kebutuhan atau dorongan seseorang menyelesaikan tugas secara maksimal dan mandiri yang memiliki standar diri yang tinggi untuk
mencapai hasil yang diinginkan yang berkaitan dengan bidang-bidang keilmuan atau mata pelajaran dalam persekolahan.
20 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Kebutuhan Berprestasi
Kebutuhan berprestasi menurut Sondang P Saigan 2004: 168 memiliki dua karakteristik atau tipe yaitu sebagai berikut:
a. Insan minimalis Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi rendah,
adalah individu yang menetapkan standar pegangan pencapaian lebih rendah dibanding dengan standar orang lain atau
lingkungannya. Bisa juga standar orang ini sama dengan standar lingkungannya. Biasanya orang yang minimalis ini adalah orang
yang konformis. b. Insan maksimalis
Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi, individu yang menetapkan standar pegangan pencapaian yang
tinggi bahkan mungkin melebihi standar yang ditetapkan secara ekstrisik atau oleh lingkungan. Individu ini memiliki dorongan
dan tanggung jawab yang kuat terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan tugasnya dan tidak melemparkan
tanggung jawab kepada orang lain. Pembahasan dari insan maksimalis dan minimalis tidak
lepas kaitannya dengan standar keunggulan atau standart of excelent. Menurut Monk dan Knoers Lili Garliah Fatma K S
Nasution, 33 :2005 menyebutkan dimana standar tersebut berhubungan dengan:
21 1 Prestasi orang lain artinya bahwa anak ingin berbuat lebih
baik daripada apa yang telah diperbuat oleh orang lain. 2 Prestasi diri sendiri yang telah lampau, berarti bahwa anak
ingin berbuat melebihi prestasinya yang lalu, ingin menghasilkan lebih baik daripada apa yang telah
dihasilkannya semula. 3 Tugas yang harus dilakukannya berarti bahwa anak ingin
menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Jadi tugasnya sendiri merupakan tantangan bagi anak
Pada pendapat tersebut pembagian antara insan maksimalis dan minimalis telah dipaparkan jelas batasan dengan cirinya.
Selain itu menurut Mc Clelland Sugiyanto, 2011: 8 mengungkapkan individu tersebut memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: 1 Mempunyai keinginan untuk bersaing secara sehat dengan
dirinya sendiri maupun dengan orang lain. 2 Mempunyai keinginan bekerja dengan baik.
3 Berfikir realistis, tahu kemampuan serta kelemahan dirinya.
4 Memiliki tanggung jawab pribadi 5 Mampu membuat terobosan dalam berfikir
6 Berfikir strategis dalam jangka panjang 7 Selalu memanfaatkan umpan balik untuk perbaikan
22 Pendapat tersebut menjabarkan karakteristik individu ditinjau dari
motivasi berprestasi dibagi dua yaitu rendah dan tinggi ditambah dengan terdapat ciri untuk membedakan mana yang rendah dan mana
yang tinggi. Dari ciri yang dipaparkan terdapat ciri yang berasala dalam diri seperti sikap individu tersebut, cara pikir, dan keinginan.
Selain ciri yang berasal dalam diri, terdapat pula ciri yang berasal dari lingkungan luar seperti pengaruh orang lain, persaingan, serta jenis
tugas. 4. Faktor yang Mempengaruhi Bebutuhan Berprestasi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan berprestasi seseorang. Menurut Marianah Sugiyanto, 2011: 5
motivasi berprestasi atau kebutuhan berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
a. Faktor Individu intern 1 Kemampuan
Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk bertindak yang dicapai oleh manusia melalui latihan belajar. Konteks
proses motivasi, kemampuan tidak mempengaruhi secara langsung tetapi lebih mendasari fungsi dan proses motivasi.
Individu yangmempunyai
motivasi berprestasi
tinggi biasannya juga mempunyai kemampuan tinggi pula.
23 2 Kebutuhan
Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan oleh karena itu timbul kehendak untuk emenuhi
atau mencukupinya. Kehendak itu sendiri adalah tenaga pendorong untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laku. Ada
kebutuhan pada individu menimbulkan keadaan tak seimbang, rasa ketegangan yang dirasakan sebagai rasa tidak
puas dan menuntut pemuasan. Bila kebutuhan belum terpuaskan maka ketegangan akan tetap timbul. Keadaan
demikian mendorong seseorang untuk mencari pemuasan. Kebutuhan merupakan faktor penyebab yang mendasari
lahirnya perilaku seseorang, atau kebutuhan merupakan suatu keadaan yang menimbulkan
dorongan. 3 Minat
Seseorang yang berminat akan mendorong dirinya untuk memperhatikan orang lain, benda-benda, pekerjaan atau
kegiatan tertentu. Minat juga menjadi penyebab dari suatu keaktifan dan basil daripada keikutsertaannya dalam
keaktifan tersebut. 4 Harapan keyakinan
Menurut Moekijat Sugiyanto, 2011: 6 harapan atau keyakinan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk
memenuhi suatu kebutuhan tertentu dari seseorangindividu
24 yang didasarkan atas pengalaman yang telah lampau; harapan
tersebut cenderung untuk mempengaruhi motif pada seseorang. Seseorang anak yang merasa yakin sukses dalam
ulangan akan lebih terdorong untuk belajar giat, tekun agar dapat mendapatkan nilai setinggi-tingginya.
b. Faktor Lingkungan ekstern 1 Adanya norma standar yang harus dicapai
Lingkungan secara tegas menetapkan standar kesuksesan yang harus dicapai dalam setiap penyelesaian tugas, baik
yang berkaitan dengan kemampuan tugas, perbandingan dengan hasil yang pernah dicapai maupun perbandingan
dengan orang lain. Keadaan ini mendorong seseorang untuk berbuat yang sebaikbaiknya
2 Adanya situasi kompetitif Konsekuensi adanya standar keunggulan, timbullah
situasi kompetitif. Perlu juga dipahami bahwa situasi kompetitif tersebut tidak secara otomatis dapat memacu
motivasi seseorang manakala individu tersebut tidak beradaptasi di dalamnya.
3 Jenis tugas dan situasi yang menantang Jenis tugas dan situasi yang menantang adalah tugas yang
memungkinkan sukses dan gagalnya seseorang. Setiap individu terancam gagal apabila kurang berusaha.
25 Pemaparan faktor internal dan eksternal tersebut telah terpisah
secara jelas. Dari faktor eksternal dua dari tiga faktor erat kaitannya dengan pengaruh dari orang lain. Selain faktor yang diungkap di atas,
terdapat pendapat lain tentang faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi dari Fernald dan Fernald Lili Garliah Fatma K S
Nasution, 2005: 34 yaitu sebagai berikut: a. Keluarga dan kebudayaan
family and cultural. Motivasi berprestasi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial
seperti orangtua dan teman Eastwood, 1983. Sedangkan McClelland Schultz Schultz, 1994 menyatakan bahwa
bagaimana cara orangtua mengasuh anak mempunyai pengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Bernstein Fernald Fernald,
1999 menyatakan bahwa kebudayaan dapat mempengaruhi kekuatan motivasi berprestasi individu. Kebudayaan pada suatu
negara seperti cerita rakyat atau hikayat-hikayat sering mengandung tema-tema prestasi yang dapat meningkatkan
semangat masyarakatnya. b. Konsep diri
self concept. Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berfikir mengenai dirinya sendiri. Apabila individu
percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga
berpengaruh dalam bertingkah laku.
26 c. Jenis kelamin
sex roles. Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak para wanita
belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para pria, yang menurut Stein Bailey Fernald
Fernald, 1999 sering disebut sebagai motivasi menghindari kesuksesan. Morgan, dkk. 1986 menyatakan bahwa banyak
perempuan dengan motivasi berprestasi tinggi namun tidak menampilkan karakteristik perilaku berprestasi layaknya laki-laki.
Hal ini berkaitan dengan Horner Morgan, dkk. 1986 yang menyatakan bahwa pada wanita terdapat kecenderungan takut
akan kesuksesan yang artinya pada wanita terdapat kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya
memperoleh kesuksesan. d. Pengakuan
dan prestasi
recognition and
achievement. Individu lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila diri merasa dipedulikan atau diperhatikan oleh orang
lain. Faktor yang diungkapkan tersebut tidak memisah bagian
dari luar diri ataupun dari dalam diri. Terdapat beberapa faktor tambahan yang terdapat dalam pendapat ini sehingga bisa
memberikan gambaran yang lebih luas lagi.
27 Faktor-faktor yang dipaparkan antara satu dengan yang lain
berbeda-beda. dikarenakan akan faktor yang berbeda tersebut diambillah pendapat tentang faktor yang dirasa unggul, pendapat
tersebut adalah pembagian faktor yang mempengaruhi kebutuhan berprestasi dari Sugiyatno dimana faktor tersebut dibagi menjadi
dua yaitu internal dan eksternal. Dapat pula dijabarkan bahwa kedua faktor tersebut sudah mencakup hal yang lengkap pula.
Kedua faktor tersebut sudah mewakili dari keseluruhan faktor.
C. Kajian Tentang Sibling Relationships