92
Semarang lebih sering terjadi persaingan yang tidak sehat sehingga menimbulkan kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak kondusif. Di sinyalir karena
budaya lingkungan kerja yang berorientasi pada bisnis, sehingga segi-segi keharmonisan menjadi terabaikan. Jaminan keamanan dari pemecatan hanya
dirasakan puas oleh 40 dosen dan dirasakan sangat puas oleh 12 dosen. Dengan demikian para dosen tidak tetap lebih rawan mendapat pemecatan karena tidak ada
perjanjian kerja yang pasti. Kondisi ini disinyalir karena kebijakan para pengelola akademi yang tidak mau rugi apabila menggaji dosen yang berstatus tetap lebih
banyak daripada dosen tidak tetapnya. Secara konsekuensi dengan memiliki dosen tetap lebih banyak harus mampu memberikan kesejahteraan yang lebih maupun
jaminan-jaminan lainnya. Wajar, jika hanya 39 dosen yang merasa puas dan 13 merasa sangat puas dengan jaminan hari tua yang diberikan. Berkaitan dengan
pendanaan, pihak pengelola akademi harus mau mengeluarkan uang jaminan hari tua bagi dosen-dosen yang diangkat secara tetap. Ketidakpuasan ternyata juga dirasakan
oleh sebagian besar dosen berkaitan dengan penghargaan prestasi. Berdasarkan data hanya 17 dosen yang merasa puas dan 2 yang merasa sangat puas atas
penghargaan prestasi. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa kenyamanan secara batiniah belum dirasakan sepenuhnya oleh dosen akademi swasta
di Kota Semarang.
c. Kebanggaan terhadap Akademi
Kepuasan seseorang dapat dilihat pula dari rasa bangga terhadap institusi tempat para dosen bekerja. Rasa bangga para dosen terhadap lembaga pendidikan
tempat bekerja masih tergolong cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pihak lembaga
93
pendidikan tempat para dosen bekerja belum sepenuhnya membuat rasa bangga memiliki untuk bekerja sepenuh hati. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.21
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Kebanggaan Dosen terhadap Akademi Swasta Di Kota Semarang
No Interval skor
Kriteria Frekuensi
Persentase 1 85-100 Sangat
Puas 2
2.0 2 69-84
Puas 25
24.8 3 53-68
Cukup 54
53.5 4 37-52 Kurang
puas 20
19.8 5 20-36
Tidak puas
0.0 Jumlah
101 100
Tabel 4.21 memperlihatkan bahwa 53,5 dosen merasa cukup bangga bahkan 19,8 merasa kurang puas, hanya 24,8 merasa puas dengan akademi
tempat mereka bekerja. Ketidakpuasan mereka karena belum adanya keterbukaan antara pengelola, pengurus dan para dosen sebagai sebuah sistem pendidikan dalam
memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Kebanggaan Dosen terhadap Akademi Swasta Di Kota Semarang
No Aspek Frekuensi Persentase
SP P CP KP TP SP P CP KP TP
1 Keterbukaan atas usulan
tentang proses pembelajaran 0 15
21 34
31 0 15
21 34
31 2
Pimpinan terbuka dan familier 11 44
20 18
8 11 44
20 18
8 3
Hubungan harmonis dengan mahasiswa
8 35 36
20 2
8 35 36 20
2 4
Dihargai oleh rekan sejawat 10 39
38 14
10 39 38
14 Berdasarkan hasil penelitian kepuasan terhadap keterbukaan hanya dirasakan
oleh 15 dosen. Hal ini menunjukkan bahwa di lingkungan akademi swasta di Kota
94
Semarang belum tercipta lingkungan kerja yang penuh keterbukaan. Pimpinan yang terbuka dan familier hanya dirasakan puas oleh 44 dosen dan dirasakan sangat puas
oleh 11 dosen. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak dosen yang berada di lingkungan akademi yang dimpimpin oleh pimpinan kurang terbuka dan kurang
familier. Hubungan harmonis dengan mahasiswa pun baru dirasakan puas oleh 35 dosen dan dirasakan sangat puas oleh 8 dosen. Demikian juga dengan hubungan
dengan rekan sejawat, karena terjadi persaingan yang kurang sehat mereka cenderung belum merasa dihargai oleh rekan-rekan sejawat. Dari data hanya 39
dosen yang merasa puas atas penghargaan dari rekan sejawat dan hanya 10 merasa sangat puas karena terjalin hubungan yang saling menghargai di antara dosen atau
teman sejawat. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasa bangga dengan akademi belum dirasakan sepenuhnya oleh para dosen.
d. Kepuasan terhadap Penghargaan