memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Menurut Nuryaman 2008:1, manajemen laba diartikan sebagai perilaku manajemen untuk
mengatur laba sesuai dengan keinginannya. Manajemen laba adalah tindakan rekayasa laporan keuangan yang
sengaja dilakukan oleh manajemen yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan demi kepentingan pribadi. Tindakan rekayasa laporan keuangan
tersebut bisa dengan cara menaikkan atau menurunkan tingkat laba perusahaan.
2. Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba
Watt dan Zimmerman, 1986 dalam Rahmawati, dkk 2006:4-5 dalam positive
accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba yaitu:
a. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan
bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
b. Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan
laba Sweeney, 1994. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
c. Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal
tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya menaikkan pajak pendapatan perusahaan.
Menurut Wild, et. al 2005:121-122 banyak alasan melakukan manajemen laba, termasuk meningkatkan kompensasi manajer yang terkait
dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah. Scott 2000:302 yang dikutip oleh
Rahmawati, dkk 2006:5-6 mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba.
Pertama, bonus purposes mengenai manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic untuk
melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini Healy, 1985. Kedua, political motivations yaitu manajemen laba digunakan untuk
mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Ketiga, taxation motivations
yaitu motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata, pergantian CEO yaitu CEO yang mendekati masa
pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Keempat, Initial Public Offering IPO yaitu jika perusahaan go
public belum memiliki nilai pasar dan menyebabkan manajer perusahaan yang
akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan, pentingnya memberi
informasi kepada investor yaitu informasi mengenai kriteria perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar
investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kriteria yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi manajer melakukan
manajemen laba semata-mata untuk kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi tersebut seperti motivasi mendapatkan bonus dan motivasi politik.
3. Teknik, Pola dan Strategi Manajemen Laba