Tujuan Penelitian Penelitian yang Relevan

15 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Slameto 2010: 102 persepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu Walgito, 2004: 88. Persepsi merupakan inti komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti dari persepsi. Pesrsepsi sering disebut sebagai inti komunikasi karena komunikasi dapat berkomunikasi dengan efektif jika persepsi itu akurat, sehingga persepsi dapat menentukan untuk memilih atau mengabaikan suatu pesan. Semakin tinggi drajat kesamaan persepsi antar individu akan semakin mudah berkomunikasi dan konsekuensinya akan 16 membentuk kelompok budaya atau identitas Mulyana, 2000: 180. Persepsi adalah penelitian bagaimana cara individu mengintegrasikan sensori ke dalam perspect obyek dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan perspect itu untuk mengenali dunia perspect adalah hasil dari perspectual Atkinson, 1987: 277. Persepsi adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya belum terbedakan satu dari yang lainnya baru prsoses memiliki tanggapan Kartini, 1984: 77. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pendapat seseorang mengenai suatu hal yang dimana persepsi itu dapat mempengaruhi pola pikir seseorang tentang hal yang dipersepsikan tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi menurut Bimo Walgito 2004: 89 adalah sebagai berikut : a. Objek yang dipersepsi Objek dapat menimbulkan stimulus yang datang dari dalam maupun dari luar diri individu diterima oleh individu melalui alat reseptornya selanjutnya akan diorganisasikan oleh akal atau perasaan seseorang. 17 b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian Perhatian merupakan pemusatan rangsangan yang masuk dalam diri individu. Tidak semua rangsangan yang ditangkap menjadi pusat perhatian, rangsangan atau stimulus yang begerak paling kuat dan menarik yang lebih banyak diamati. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang itu terjadi karena beberapa faktor baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda dalam suatu hal tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dari objek tertentu yang diamati.

3. Objek dalam Persepsi

Objek yang dapat dipersepsi itu sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Manusia itu sendiri juga dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan 18 dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini akan disebut sebagai persepsi diri atau self precepsion. Karena sangat banyaknya objek persepsi yang dapat dipersepsi, maka pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan menjadi objek persepsi manusia dan nonmanusia Walgito, 2004: 96.

4. Proses terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisilogis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran inillah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialagh individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi daan merupakan 19 persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk Walgito, 2004: 90-92.

5. Persepsi Siswa tentang Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sangat beragam, mereka memiliki pemikiran yang berbeda-beda tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, persepsi itu menyangkut pendapat siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan apakah mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu disenangi siswa atau tidak. Jika Persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu baik maka jelas siswa akan menyenangi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, tetapi jika persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu tidak baik maka bisa saja siswa yang berpersepsi tenang pendidikan kewarganegaraan itu tidak menyenangi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Untuk itu peneliti mengambil judul penelitan “Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel pada tahun pelajaran 20152016 untuk mengetahui persepsi siswa tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 20

B. Tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

a. Menurut National Council of Social Studies NCSS Amerika Serikat. PKn adalah proses yang meliputi semua positif yang dimaksud untuk membentuk pandangan seorang warga negara dalam peranannya di masyarakat. PKn adalah lebih dari pada sekedar bidang studi. PKn mengambil bagian dari pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui PKn generasi muda dibantu untuk memahami cita-cita nasional, hal-hal yang baik diakui oleh umum, proses pemerintahan sendiri, dan dibantu untuk memahami arti kemerdekaan untuk mereka dan untuk semua manusia dan untuk individu dan kelompok, dalam bidang kepercayaan, perdagangan, pemilu atau dalam tingkah laku sehari-hari. Mereka juga dibantu untuk memahami bermacam-macam hak kemerdekaan warga negara yang dijamin dalam konstitusi dan peraturan- peraturan lainnya dan tanggung jawab atas apa yang telah dicapainya Cholisin, 2000: 1.7. b. Menurut Nu’man Somantri dalam Cholisin 2004: 8. PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber 21 pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekola, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. c. Menurut Mukhamad Murdiono 2012: 33-34 Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib yang harus dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidika tinggi. Dalam Undang-undang Sistem Pendidiakan Nasional Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 37 Aayat 1 dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat “Pendidikan Kewarganegaraan”. Selanjutnya pada ayat 2 juga dinyatakan bahwa kurikulum p endidikan tinggi wajib memuat “Pendidikan K ewarganegaraan”. Sementara itu pada bagian penjelasan pasal 37 dikemukakan bahwa Pendidian Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Pernyataan yang dimuat dalam undang-undang tersebut merupakan landasan yuridis formal pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam sistem pendidikan nasional. 22 Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan di jenjang persekolahan harus dimaknai bahwa persoalan kewarganegaraan bukan sekedar membahas status legal- formal kewarganegaraan. Pemahaman tentang kewarganegaraan harus dimaknai secara lebih luas dan komprehensif. d. Menurut UU Nomer 20 Tahun 2003 UU Nomer 20 Tahun 2003 yang merupakan perubahan atas UU Nomer 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional SPN hanya memperkenalkan Pendidikan Kewarganegaraan PKn. Sebab pada UU sebelumnya yakni dalam pasal 39 ayat 2 UU No.2 Tahun 1989 tentang SPN dikenakan juga Pendidikan Pancasila. Menurut UU Nomer 2 Tahun 1989 bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dan berkenaan dengan hubungan warga negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara dapat diandalkan oleh bangsa dan negara Cholisin, 2004: 8-9. 23

2. Ciri Pendidikan Kewarganegaraan

a. Menurut NCSS ciri-ciri PKn dapat dinyatakan sebagai berikut : 1 merupakan program pendidikan proses yang meliputi pengaruh positif; 2 fokus materinya adalah ideologi nasional, proses pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi dan warga negara sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat; 3 tujuannya adalah membentuk orientasi warga negara tentang peranannya dalam masyarakat. b. Menurut Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics Civic Education di Tawang Mangu, Surakarta, 1972, ciri-ciri PKN adalah 1 merupakan program pendidikan; 2 merupakan pengembangan IKN Ilmu Kewarganegaraan; 3 materi pokoknya adalah materi IKN ditambah dengan kewiraan nasional, filsafat pancasila, mental pancasila, dan filsafat pendidikan nasional; 4 bersifat interdispliner; 5 tujuannya adalah membina warga negara yang lebih baik dan untuk masa depan sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945. c. Menurut Nu’man Somantri dalam Ciri- ciri PKN menurut Nu’man Somantri dapat dinyatakan sebagai berikut : 1 merupakan program studi; 2 materi pokoknya adalah demokrasi politik yang diperluas dengan pengaruh positif dari pendidikan sekolah, keluarga, dan 24 masyarakat; 3 bersifat interdisipliner; 4 tujuannya melatih berpikir kritis dan analitis intelektual skill, bersikap dan bertindak demokratis sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 Nu’man, 1976: 54

3. Cakupan Pendidikan Kewarganegaraan

Cakupan atau ruang lingkup pembahasan PKN, pada dasarnya berupa materi pokok dari PKn. Dibawah ini akan dibahas mengenai cakupan PKn : a. Menurut Konsep PKn sebagai pengembang dari Civics Fokus materi civics, adalah demokrasi politik. karena PKn merupakan pengembangan dari civics, maka demokrasi politik menjadi pokok PKn, dengan ditambahn dari aspek pendidikan. b. Menurut Konsep PKn sebagai Aspek Pendidikan Politik PKn merupakan aspek dari pendidikan politik sosialisasi politik. oleh karena itu, materi PKn juga akan mencakup konsep-konsep yang penting dalam sosialisasi politik. c. Menurut KTSP 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Persatuan dan kesatuan bangsa. Meliputi: hidup rukun dalamperbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam 25 pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. 2. Norma, hukum dan peraturan. Meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional, 3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM. 4. Kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara. 5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6. Kekuasaan dan politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah Pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, 26 Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi. 7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. d. Menurut kurikulum 2013 Aspek penting dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 ialah pentingnya penggunaan pendekatan ilmiah saintifik dalam segenap pembelajaran. kajian Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2006 dilestarikan dalam Kurikulum 2013, di mana basis keilmuan yang menjadi kajian pokok Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan haruslah jelas dan tegas batas-batas disiplinnya Samsuri, 2013: 6. Mengubah paradigma PendidikanKewarganegaraan yang semula berfokus kepada program pengajaran dan transfer pengetahuan kewarganegaraan menjadi pendekatan yang menekankan sikap-sikap personal individual, moral dan perilaku sosial sebagaimana disposisi dan nilai-nilai bersama dari warga negara dalam kehidupan bersama yang menghargai hak-hak asasi manusia dan demokrasi di dunia yang penuh 27 konflik.Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah melalui konsepsi 5M, memungkinkan perubahan paradigma pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dari pembelajaran pasif dan afirmatif kepada pembelajaran aktif, kooperatif, dan kritis. Pembentukan karakter warga negara tidak cukup menjadi baik yang ditandai oleh sikap loyal dan kepatuhan terhadap kekuasaan pemerintah, tetapi siswa dihantarkan kepada pengalaman-pengalaman dan praktik konsep-konsep kehidupan berbangsa dan bernegara dalam ruang kelas dan luar kelas. Dari sudut pandang ini, maka guru PPKn dan Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan LPTK berperan penting untuk menerjemahkan semangat paradigma baru dalam Kurikulum 2013 Samsuri, 2013: 7.

4. Ruang Lingkup PKn

Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek- asek sebagai berikut : 1. Persatuan dan kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam Perbedaan, Cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam 28 pembelaan Negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan keadilan. 2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku didalam masyarakat, peraturan-peraturab daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan Internasional. 3. Hak Asasi Manusia, meliputi : Hak dan Kewajiban Anak, Hak dan Kewajiban aggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Penghormatan dan perlindungan HAM. 4. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong rotong, Harga diri sebagai Warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara. 5. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan Konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. 29 6. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, Demokrasi dan sistim Politik, budaya politik, Budaya demokrasi meniju masyarakat madani, sistim pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi. 7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan idiologi Negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara, Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai idiologi terbuka. 8. Globalisai, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era Globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalsasi.

5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Secara sederhana tujuan PKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik a good citizen dan mempersiapkannya untuk masa depan. Rumusan itu, bersifat abstrak. Untuk menjabarkannya secara konkrit, banyak cara yang dapat dilakukan, lain dengan cara mengidentifikasi kualitas individu yang diharapkan dapat serasi, atau pokoknya mengidentifikasi tentang manusia yang baik. Tetapi yang ukuran warga negara yang baik untuk setiap bangsanegara akan 30 ditentukan ukuran normatif yaitu ideologi dan konstitusi negara yang bersangkutan Cholisin, 2000: 1.15 Menurut Seminar Tawangmangu 1972 dalam buku Cholisin Pendidikan Kewarganegaraan 2004: 17 Seminar Pengajaran dan Pendidikan Civic di Tawangmangu Surakarta 1972, antara lain telah berhasil merumuskan tentang tujuan PKn. Yaitu membina warga negara yang lebih baik untuk masa depan dalam arti warga negara yang berkembang kontinum variabelnyapenanamannya pada kwalitas yang lebih tinggi dalam berbagai aspek kehidupan spiritual, ekonomi, sosial-budaya, politik, hukum, dan hankam yang sesuai dengan ketentuan atau kriteria konstitusiUUD 1945. Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta anti korupsi. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 31 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menekankan peda perkembangan dan membina warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter serta bertindak sesuai dengan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. melalui pengetahuan yang diberikan di sekolah – sekolah kepada peserta didik diharapkan akan lahir generasi muda yang berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif memiliki sikap demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga Negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidipan berbangsa dan bernegara.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam skripsi ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh Sari Yanti Tahun 2014 dengan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru dan Siswa tentang Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKN siswa SMP Se-Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta. berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1 sebanyak 4 orang 66,67 guru mempersepsikan bahwa faktor internal psikologis lebih tinggi dibandingkan faktor eksternal sebagai faktor penyeban rendahnya prestasi belajar PPKN siswa SMP se- Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta; 2 sebanyak 4 orang 66,66 32 guru mempersepsikan bahwa faktor internal psikologis lebih tinggi dibandingkan faktor jasmaniah dan kelelahan; 3 sebanyak 3 orang 50,00 guru mempersepsikan bahwa faktor eksternal keluarga lebih tinggi dibandingkan faktor sekolah dan masyarakat; 4 sebanyak 96 orang 63,16 siswa mempersepsikan bahwa faktor eksternal lebih tinggi dibandingkan faktor internal sebagai faktor penyebab rendahnya prestasi belajar PPKN siswa SMP se-Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta; 5 sebanyak 80 orang 52,63 siswa mempersepsikan bahwa faktor internal kelelahan lebih tinggi dibandingkan faktor jasmaniah dan psikologis; 6 sebanyak 79 orang 51,97 siswa mempersepsikan bahwa faktor eksternal sekolah lebih tinggi dibandingkan faktor keluarga dan masyarakat. Perbedaan skripsi diatas dengan skripsi ini adalah terletak pada variabel bebas dan variabel terikatnya. Untuk Variabel bebasnya adalah Persepsi Siswa, tetapi di skripsi ini subyek penelitiannya hanya satu yaitu siswa, sedang di skripsi yang relevan diatas subyek penelitiannya dua yaitu guru dan siswa, yang membuat berbeda adalah di skripsi ini tidak menggunakan sampelsampling karena hanya populasinya hanya berjumlah 28 siswa, sedang di penelitian yang relevan diatas menggunakan sampelsampling karena jumlah populasi yang diteliti di skripsi yang relevan diatas sangat banyak. sedang untuk variabel terikatnya adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya berbeda kurikulum, di penelitian yang 33 relevan diatas sekolah yang diteliti menggunakan kurikulum 2013, sedang di skripsi ini di sekolah yang diteliti menggunakan kurikulum 2006. Fokus masalah pada penelitian yang relevan diatas yaitu pada persepsi guru dan siswa tentang Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKN siswa SMP Se-Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta, sedang fokus masalah pada penelitian skripsi ini hanya pada Persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan apakah baik ataukah kurang baik, dan membuktikan teori yang ada pada penelitian yang terdahulu apakah berlaku di lokasi penelitian yang lain atau tidak.

D. Kerangka Pikir

Siswa kelas IX program studi khusus olahraga yang mempunyai persepsi tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang baik dan posistif akan tertarik dan sangat senang dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sebaliknya dengan siswa yang mempunyai persepsi tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang kurang baik dan negatif akan kurang senang 34 dan tidak tertarik serta merasa malas dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diketahui supaya dapat mengetahui suka tidaknya siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal, yaitu persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan oleh sebab itu maka tidak ada keterkaitan antar variabel.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan peneliti kemukakan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Persepsi siswa Kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kurang baik ”. 35 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dikatakan penelitian deskriptif karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai situasi gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejalakeadaan Arikunto, 2005: 234. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mantest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif Sumadi, 2011: 75-76. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut 36 menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta penampilan dari hasilnya Arikunto, 2009: 12. Sedangkan menurut Sugiyono 2015: 14 metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunkan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatifstatistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Gambar 3.1 Macam-macam Statistik Jadi, penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang datanya diperoleh dari sampelpopulasi penelitian yang dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga terhadap mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel. Penelitian ini analisisnya Statistiik Inferensial Parametris Nonparametris Deskriptif