PERSEPSI SISWA KELAS IX PROGRAM STUDI KHUSUS OLAHRAGA TENTANG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 2 TEMPEL.

(1)

PERSEPSI SISWA KELAS IX PROGRAM STUDI KHUSUS OLAHRAGA TENTANG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI SMP NEGERI 2 TEMPEL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Peryaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Zeni Khoirun Nisa NIM. 12401244028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan

yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)

"Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia" (Nelson Mandela)

“Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri”

(Muhammad Ali)

“Banyak kegagalan di hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”


(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Bapakku (Muzazin, BA.), Ibuku (Tin Daryati, S.Pd.), dan Kakakku (Muhammad Fendi Aditya, S.Pd.), Terimakasih untuk semangat, do’a, serta dukungannya.

Keluarga Besar Mbah Carik Surowikoro yang telah memberikan saya banyak motivasi untuk bergerak maju.

Teman-teman PKNH A & B 2012 yang telah memberikan berbagai warna di dalam hidup saya selama masa kuliah


(7)

PERSEPSI SISWA KELAS IX PROGRAM STUDI KHUSUS OLAHRAGA TENTANG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI SMP NEGERI 2 TEMPEL Oleh :

Zeni Khoirun Nisa NIM. 12401244028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran PKn.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi siswa kelas IX Program Studi Khusus Olahraga, karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif maka variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX Program studi khusus olahraga SMP Negeri 2 Tempel pada tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa. Penelitian ini tidak menggunakan sampel karena jumlah populasi dalam penelitian ini terbatas. Data diperoleh dari kuesioner (angket) dimana kuesioner (angket) telah memenuhi uji validitas dan uji reliabilitas. Data dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan teknik presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masuk dalam kategori baik. Hal tersebut dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan sebesar 78,57% responden memiliki Persepsi yang baik tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dan sebesar 21,43% responden memiliki Persepsi kurang baik tentang mata pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan. Jadi dapat disimpulkan bahwa, Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah baik dilihat dari hasil penelitian yang dilihat dari setiap indikatornya menunjukkan hasil yang baik.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Kelas IX Progra Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis memberikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dalam penelitian ini. 2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan mempermudah dalam penelitian ini.

3. Dr. Mukhamad Murdiono, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum serta Narasumber skripsi terimakasih atas masukan-masukan yang postif sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Suripno, S.H., M.Pd. selaku pembimbing, yang telah begitu sabar


(9)

5. Suyato, M.Pd. Sebagai Sekertaris Penguji yang telah memberikan masukan, dan wawasan demi penyempurnaan skripsi ini.

6. Chandra Dewi Puspitasari., S.H., LL.M. selaku Penasihat Akademik yang selalu mengingatkan, membimbing, serta memberi dorongan kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bimbingan, ilmu serta semua yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kepala SMP Negeri 2 Tempel yang telah memperkenankan penulis untuk melakukan penelitian.

9. Endang Purwanti, S.Pd., M.Pd selaku Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel yang telah banyak meberikan bantuan data kepada penulis.

10.Siswa dan Siswi kelas IX Program studi khusus olahraga di SMP Negeri 2 Tempel yang sudah berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini.

11.Seluruh Mahasiswa PKnH Angkatan 2012, yang telah memberikan berbagai warna selama masa kuliah berlangsung

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabatku di kelas PKnH A 2012 (Pramesthi Anggoro Sekti, Analisa Adah, Verbena Ayuningsih Purbasari, Deka Lesthari, Erni Kuswulandari Suwarno, Diyan Sulanjani).


(10)

14.Sahabat-Sahabatku selama hidupku (Siti Basriyah, Rida Istianingsih, Fatkhatul Ma’rifah, Rini Setyawati, Athaya Farah Jauhar, Elly Merlitasari, Ekik Sulistiandari, Zulfikar Risyad Ali Akbar, Nur Khamim).

15.Setiap orang yang membutuhkan karyaku.

Penuis menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 23 Maret 2016

Penulis,

Zeni Khoirun Nisa


(11)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN... ...ii

PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN...iv

MOTTO... ...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...10

C. Pembatasan Masalah...11

D. Rumusan Masalah...11

E. Tujuan Penelitian...12

F. Manfaat Penelitian...12

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Persepsi...15

1. Pengertian Persepsi...15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi...16

3. Objek dalam Persepsi...17

4. Proses terjadinya Persepsi...18


(12)

B. Tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan...20

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan...20

2. Ciri Pendidikan Kewarganegaraan...22

3. Cakupan Pendidikan Kewarganegaraan...24

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan...27

5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan...29

C. Penelitian yang Relevan...31

D. Kerangka Pikir...33

E. Hipotesis Penelitian...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...37

C. Variabel Penelitian...38

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian...39

E. Populasi...40

F. Instrumen Penelitian...41

G. Uji Instrume Penelitian...44

H. Teknik Pengumpulan Data...58

I. Teknik Analisis Data...60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum tentang SMP Negeri 2 Tempel...63

B. Kelas Program Studi Khusus Olahraga...66

C. Identitas Responden...68

D. Deskripsi Hasil Penelitian...66

E. Pembahasan...82

F. Hasil Pengujian Hipotesis...92

G. Keterbatasan Penelitian...92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...97

B. Saran...97

DAFTAR PUSTAKA...99


(13)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian (Sebelum Uji

Validitas)... ... ...44

Tabel 3. 2 Skor pada angket...46

Tabel 3.3Uji Validitas Item...48

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas...53

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrument Penelitian Angket (kuesioner) Setelah Uji Validitas dan Uji Reliabilitas...58

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Indikator Senang dan tidak senangnya siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan...70

Tabel 4.2 Distribusi Kategorisasi Senang dan tidak senangnya siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan...72

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Indikator Siswa memahami dan tidak memahami manfaat mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan...73

Tabel 4.4 Distribusi Kategorisasi pada Indikator Siswa memahami dan tidak memahami manfaat mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan...75

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi pada Indikator Siswa Mendapat dan tidak mendapatkan motivasi setelah Mempelajari PKn...76

Tabel 4.6 Distribusi Kategorisasi pada Indikator Siswa Mendapat Dan tidak mendapatkan motivasi setelah mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan...78

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi pada Indikator Kecenderungan Siswa Bertindak (konasi) dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)...80 Tabel 4.8 Distribusi Kategorisasi pada Indikator


(14)

Dalam MataPelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)...81 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi pada

Indikator Keantusiasan Siswa dalam Mengikuti Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan...83 Tabel 4.10 Distribusi Kategorisasi pada Indikator Keantusiasan

Siswa dalam MengikutiMataPelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)...85 Tabel 4.11 Hasil olah data 5 Indikator Persepsi Siswa kelas IX

Program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan...86 Tabel 4.12 Distribusi jumlah kategorisasi lima indikator

Persepsi siswa kelas IX Program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 3.1Macam-macamStatistik...36

Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Frekuensi

Indikator1 Senang dan tidak senangnya siswa terhadap mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan...71

Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Indikator Siswa memahami dan tidak memahami manfaat mempelajari mata pelajaran

pendidikan Kewarganegaraan. ...74 Gambar 4.3 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Indikator

Siswa Mendapatdantidakmendapatkan Motivasi setelah mempelajari

Pendidikan Kewarganegaraan...77 Gambar 4.4 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Indikator

Kecenderungan Siswa Bertindak(konasi) dalam

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)...80 Gambar 4.5 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Indikator

Keantusiasan Siswa dalam Mengikuti Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)...84 Gambar 4.6 Diagram Batang hasil dari 5 Indikator Persepsi siswa kelas IX

Program studi khusus olahraga tentang mata


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Instrumen Angket (UntukUji Validitas dan Reliabilitas Instumen)...103

Instrumen Angket (Untuk Penelitian)...109

Daftar Nilai...116

Hitung kategori...118

Tabulasi Data...121

Kelas Interval...122

Kategori Siswa...123

Kategori per indikator...124

Surat Permohonan Izin Observasi...130

Surat Permohonan Izin Penelitian...131

Surat Keterangan Izin Penelitian (Gubernur)...132

Surat Rekomendasi Izin Penelitian Kab. Sleman...133

Surat Izin Penelitian di Sekolah...134


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Gafur yang dikutip oleh Murdiono (2012: 5) belajar pada hakikatnya bersifat individual, siswa dapat dikatakan melakukan pembelajaran apabila telah terjadi perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejap dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi pembelajaran. Belajar merupakan sebuah proses panjang yang hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang relatif singkat. Dalam sebuah proses pembelajaran apabila siswa aktif berpartisipasi meliputi aktifitas mental dan aktifitas fisik. Aktifitas mental dapat dilihat dari gejala perilaku seperti memikirkan jawaban, merenungkan, membayangkan, merasakan, dan sebagainya. Sementara aktifitas fisik dapat dilihat dari perilaku melakukan latihan, menjawab pertanyaan, mengarang, menulis, mengerjakan tugas, dan sebagainya.

Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin siswa capai selama belajar. Siswa mempunyai tujuan ingin mengetahui sesuatu itulah akhirnya siswa terdorong untuk mempelajarinya. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya.


(18)

Sebab manusia hidup pada dasarnya tidak terlepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan itulah yang nantinya mendorong manusia untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu. Menurut Morgan, manusia hidup memiliki kebutuhan-kebutuhan, yakni kebutuhan untuk berbuat untuk suatu aktivitas. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

Semua kebutuhan sebagaimana dikemukakan di atas adalah kebutuhan-kebutuhan yang mendorong siswa untuk mempelajari sesuatu. Demi untuk menyenangkan kedua orang tuanya siswa giat belajar agar memperoleh nilai-nilai yang tinggi. Bila suatu waktu siswa belum memperoleh nilai dan prestasi yang baik, dimana keberhasilan itu jauh dari apa yang diharapka, maka dapat dipastikan kebutuhan siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang baik belum tercapai (Djamarah, 2012: 28).

Siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik masing-masing. Karakteristik siswa secara khusus dapat dilihat dari berbagai sudut. Antara lain dari sudut gaya belajar. Gaya belajar adalah modalitas belajar yang dimiliki siswa, siswa dapat belajar dengan cara melihat (Visual), dengan cara mendengar

(auditorial), dan dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh

(kinestetik). Kemajuan siswa dapat dilihat dari perubahan tingkah


(19)

dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya disekolah. Kemajuan yang diperoleh itu tidak saja berupa ilmu pengetahuan, tapi juga berupa kecakapan atau keterampilan semuanya bisa diperoleh di bidang suatu mata pelajaran tertentu. Kemudian untuk mengetahui penguasaan setiap siswa terhadap mata pelajaran tertentu itu dilaksanakanlah evaluasi. Dari hasil evaluasi itulah akan dapat diketahui kemajuan siswa.

Kemajuan siswa juga dipengaruhi oleh minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu yang panjang. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Siswa akan mudah menghapal pelajaran yang menarik minatnya. Proses belajar akan berjalan lancar apabila disertai minat. Oleh karena itu guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa fahami (Djamarah, 2012: 48).

Tetapi dari itu semua persepsi siswa tentang suatu mata pelajaran itulah yang paling penting, karena apabila persepsi siswa tentang suatu mata pelajaran tidak bagus dan malah justru jelek maka siswa itu pun tidak akan tertarik dan tidak akan bersemangat dalam mempelajari pelajaran itu dan bahkan mereka akan meresa tidak butuh


(20)

untuk mempelajari pelajaran tersebut. Tetapi lain halnya apabila persepsi siswa tentang suatu pelajaran di sekolah itu bagus maka meraka akan tertarik dan bersemangat dalam mempelajari suatu pelajaran tersebut karena mereka akan merasa tertarik, berminat dan merasa membutuhkan pelajaran yang mereka persepsikan bagus tersebut.

Pendidikan kewarganegaraan atau biasa disebut PKn merupakan mata pelajaran wajib yang harus dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Undang-Undang Sistem Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat “Pendidikan Kewarganegaraan”. Selanjutnya pada bagian penjelasan pasal 37 dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pernyataan yang dimuat dalam undang-undang tersebut merupakan landasan yuridis formal pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam sistem pedidikan nasional. Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan di jenjang persekolahan harus dimaknai bahwa persoalan kewarganegaraan bukan sekedar membahas status legal-formal kewarganegaraan. Pemahaman tentang kewarganegaraan harus dimaknai secara lebih luas dan komprehensif (Murdiono, 2012: 33-34).


(21)

Pembelajaran kewarganegaraan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Warga negara yang baik itu adalah warga negara yang demokratis, yang cerdas, berkeadaban, dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan negara. Pendidikan Kewarganegaraan sebenarnya sudah diajarkan sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), tetapi belum terlalu kompleks diajarkan. PKn lebih kompleks diajarkan di bangku SMP dan SMA.

SMP Negeri 2 Tempel merupakan salah satu sekolah yang mengadakan kelas Program studi khusus olahraga, ada satu kelas yang khusus untuk kelas progam studi khusus olahraga di setiap angkatan di SMP Negeri 2 Tempel. kelas program studi khusus olahraga SMP Negeri 2 tempel biasa dikenal dengan sebutan Kelas Khusus Olahraga karena kelas program studi khusus olahraga merupakan nama lain dari Kelas Khusus Olahraga, tetapi memang kelas ini di khususkan untuk anak-anak yang mempunyai bakat dan minat yang lebih dibanding anak-anak pada umumnya di program studi khusus olahraga.

Kelas khusus program studi olahraga adalah kelas yang dibuat untuk peserta didik yang memiliki potensi istimewa olahraga dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Program tersebut didirikan oleh pemerintah dengan mengandung maksud dan tujuan: a) sebagai wadah pembinaan olahragawan pelajar yang potensial untuk prestasi di tingkat nasional


(22)

maupun internasional, b) membina olahragawan yang memiliki dedikasi tinggi untuk mengharumkan nama bangsa dan negara, c) membina prestasi akademik olahragawan pelajar guna mendukung jaminan masa depan (Keputusan Dirjen Diknaspora Depdikbud Tahun 1984).

Berlandaskan kebijakan tersebut maka siswa yang mempunyai potensi dalam kegiatan olahraga berkesempatan untuk mengembangkan bakat olahraga di sekolah melalui program kelas khusus olahraga, dengan tetap berpegang teguh pada tujuan pembelajaran sekolah dan tetap mengutamakan kegiatan akademis sekolah. Siswa yang masuk kelas program studi khusus olahraga juga dapat disebut sebagai siswa atlet. Siswa atlet ini merupakan sebutan bagi seorang individu yang berstatus sebagai pelajar secara penuh dan berpartisipasi dalam kegiatan olahraga dengan ikut serta dalam pertandingan olahraga.

Setiap tahun SMP Negeri 2 Tempel selalu menjadi juara umum ke 2 tingkat DIY dalam bidang olahraga setelah SMP Negeri 13 Yogyakarta. SMP Negeri 2 Tempel setiap tahunnya juga selalu mengadakan kelas program studi khusus olahraga, ada satu kelas di setiap angkatan yang khusus untuk program studi olahraga, kelas VII di SMP Negeri 2 Tempel terdiri dari kelas VII A-VII E, kelas VIIE merupakan kelas khusus olahraga. Di kelas VIII terdiri dari kelas VIII A-VIII E, kelas VIII E merupakan kelas khusus olahraga. Di Kelas IX


(23)

juga terdiri dari kelas IX A- IX E, kelas IX E merupakan kelas khusus olahraga. Pada kelas biasa/kelas reguler siswanya berjumlah 24 siswa, tetapi di kelas khusus olahraga siswanya berjumlah 32 siswa. Lain halnya dengan kelas IX program studi khusus olahraga pada tahun pelajaran 2015/2016 ini jumlah siswa kelas IX program studi khusus olahraga berjumlah 28 siswa.

Seleksi penerimaan siswa baru untuk kelas program studi khusus olahraga juga dilakukan berbeda dengan kelas reguler. Pada kelas program studi khusus olahraga seleksi dilakukan berdasarkan bakat dan minat siswa di bidang olahraga. Pembelajaran siswa di kelas program studi khusus Olahraga pada jam pelajaran biasa sama seperti kelas reguler pada umumnya tetapi untuk mata pelajaran khusus olahraga ditambahkan setelah jam pelajaran biasa selesai, yaitu sore hari pada pukul 15.00-17.00 WIB. Menurut penuturan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Tempel dalam bentuk pra-penelitian yang dilakukan pada 23 Maret 2015 berdasarkan pengamatan dan pandangan beliau, Jenis siswa di kelas khusus olahraga juga berbeda dengan jenis siswa di kelas reguler, jika di kelas reguler siswanya terkenal sopan dan santun, siswa di kelas khusus olahraga terkenal bandel dan sulit untuk dikendalikan apalagi dengan mata pelajaran seperti PKn dan Bahasa Indonesia. SMP Negeri 2 Tempel menggunakan kurikulum 2006 atau biasa disebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) oleh sebab itu mata pelajaran yang membahas mengenai


(24)

kewarganegaraan disebut mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Peneliti memilih kelas IX program studi khusus olahraga dikarenakan siswa kelas IX program studi khusus olahraga merupakan siswa pada kelas teratas di sekolah menengah pertama dan peneliti sudah melakukan Pra-Observasi ketika kegiatan PPL di Kelas IX program studi khusus olahraga di SMP Negeri 2 Tempel pada tanggal 10 Agustus 2015 hingga 12 September 2015 dan melihat prestasi siswa kelas IX program studi khusus olahraga dalam bidang olahraga yang banyak dan unggul daripada kelas VII dan kelas VIII program studi khusus olahraga yang prestasi olahraganya belum sebanyak dengan prestasi olahraga kelas IX program studi khusus olahraga.

Penelitian ini dilakukan juga karena menimbang pemaparan guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 2 Tempel tentang siswa kelas IX program studi khusus olahraga yaitu, walaupun mereka terkesan handal dalam bidang olahraga tetapi pada mata pelajaran PKn mereka jauh tertinggal dari siswa di kelas reguler. Hal itu dikarenakan ada beberapa permasalahan kompleks yang dihadapi oleh siswa kelas IX program studi khusus olahraga dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Permasalahannya diantaranya yaitu Siswa kelas IX program studi khusus olahraga dalam materi pembelajaran sering terbengkalai


(25)

dan sering ketinggalan jauh dari kelas reguler, siswa kelas IX program studi khusus olahraga beranggapan bahwa PKn sebagai pelajaran yang membosankan, bahkan jika pelajaran PKn akan segera dimulai guru harus mencari siswa di kantin untuk masuk ke kelas mengikuti pelajaran, siswa juga kurang bersemangat mengikuti pelajaran, apabila siswa dijelaskan oleh guru tidak memperhatikan dan lebih memilih untuk tidur dikelas bermain handphone atau mengobrol dengan temannya, mayoritas siswa di kelas IX Program studi khusus olahraga SMP Negeri 2 Tempel belum mencapai standar nilai KKM pada mata pelajaran PKn. Buktinya ada pada daftar nilai UTS gasal (Ulangan Tengah Semester) 1 mata pelajaran PKn siswa kelas IX program studi khusus olahraga yang kurang memuaskan. KKM mata pelajaran PKn di kelas IX SMP Negeri 2 Tempel adalah 78, dari 28 siswa kelas IX program studi khusus olahraga yang mengikuti matapelajaran PKn hanya ada 4 siswa yang nilainya diatas KKM dan dinyatakan tuntas berdasarkan nilai UTS mereka, dan rata-rata nilai PKn kelas IX program studi khusus olahraga masih jauh dari kata memuaskan yaitu 66,5 sedangkan KKM matapelajaran PKn kelas IX adalah 78.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa siswa kelas IX program studi khusus olahraga kurang tertarik dan kurang bersemangat ketika ada mata pelajaran PKn, hal itu juga dilihat dari wacana mereka yang menganggap bahwa mata pelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang membosankan dan melihat dari sikap mereka


(26)

apabila pelajaran PKn akan dan sedang berlangsung. Fokus masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai persepsi siswa tentang mata pelajaran PKn. Berangkat dari hal tersebut maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang “Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkanlatar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi permasalahannya antara lain :

1. Materi pelajaran PKn di kelas IX Pogram studi khusus olahraga terbengkalai dan sering tertinggal jauh dari kelas reguler.

2. Siswa kelas IX Program studi khusus olahraga banyak yang mengeluh dan beranggapan bahwa PKn sebagai pelajaran yang membosankan.

3. Jika pelajaran PKn akan segera dimulai guru harus mencari siswa di kantin untuk masuk ke kelas mengikuti pelajaran, 4. Siswa kurang bersemangat mengikuti pelajaran.

5. Apabila siswa dijelaskan oleh guru tidak memperhatikan dan lebih memilih untuk tidur dikelas, bermain handphone atau mengobrol dengan temannya


(27)

6. Mayoritas siswa di kelas IX Program studi khusus olahraga di SMP Negeri 2 Tempel belum mencapai standar nilai KKM pada mata pelajaran PKn.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, Agar penelitian lebih terarah, maka permasalahan dibatasi pada Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel. Dalam penelitian ini, fokus peneliti ingin mendeskripsikan tentang persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran PKn karena penelitian mengenai persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga di SMP Negeri 2 Tempel belum pernah dilakukan. Tetapi, penelitian deskripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, dan Pembatasan Masalah diatas maka rumusan penelitiannya adalah Bagaimanakah Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel?


(28)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis, sebagai berikut:

1. Secara teoretis

Secara teoretis, penelitian dengan judul Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta menjadi tambahan ilmu dan penguatan teori mengenai Persepsi Siswa tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Mengembangkan teori yang sudah dibuat oleh Sari Yanti mengenai Persepsi guru dan siswa tentang Faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan siswa se-kecamatan Pleret Bantul, tetapi dalam penelitian ini hanya akan mengembangkan teori yang berkaitan dengan persepsi siswa saja, karena fokus penelitian dalam skripsi ini adalah persepsi siswa.


(29)

2. Secara Praktis

a. Bagi Orang Lain

Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dengan meneliti Persepsi siswa kelas IX program studi khusus klahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel. Penelitian ini merupakan upaya dari peneliti untuk mengetahui persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel sebagai upaya untuk mengetahui tanggapan siswa program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada peneliti tentang bagaimana persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 2 Tempel.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi siswa untuk menyalurkan argumentnyaa tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel.


(30)

c. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat memberikan informasi bagi guru mengenai Persepsi Siswa Kelas IX program studi khusus Olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini dilakukan sebagai tolak ukur dalam mencari tahu Persepsi Siswa Kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga kelak sekolah bisa mencari solusi atas masalah yang dihadapi siswa apabila telah mengetahui persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel sehingga siswa kelas khusus olahraga siswanya tidak hanya unggul dalam olahraga tapi juga unggul dalam mata pelajaran teoritis seperti PKn.

e. Bagi PKn dan Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan jika ada peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis, dan diharapkan hasil penelitian ini semakin memperkaya khasanah pengetahuan PKn dan semakin memperkenalkan UNY dan SMP Negerei 2 Tempel.


(31)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Persepsi 1. Pengertian Persepsi

Menurut Slameto (2010: 102) persepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2004: 88).

Persepsi merupakan inti komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti dari persepsi. Pesrsepsi sering disebut sebagai inti komunikasi karena komunikasi dapat berkomunikasi dengan efektif jika persepsi itu akurat, sehingga persepsi dapat menentukan untuk memilih atau mengabaikan suatu pesan. Semakin tinggi drajat kesamaan persepsi antar individu akan semakin mudah berkomunikasi dan konsekuensinya akan


(32)

membentuk kelompok budaya atau identitas (Mulyana, 2000: 180).

Persepsi adalah penelitian bagaimana cara individu mengintegrasikan sensori ke dalam perspect obyek dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan perspect itu untuk mengenali dunia (perspect adalah hasil dari perspectual (Atkinson, 1987: 277). Persepsi adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya belum terbedakan satu dari yang lainnya (baru prsoses memiliki tanggapan (Kartini, 1984: 77).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pendapat seseorang mengenai suatu hal yang dimana persepsi itu dapat mempengaruhi pola pikir seseorang tentang hal yang dipersepsikan tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi menurut Bimo Walgito (2004: 89) adalah sebagai berikut :

a. Objek yang dipersepsi

Objek dapat menimbulkan stimulus yang datang dari dalam maupun dari luar diri individu diterima oleh individu melalui alat reseptornya selanjutnya akan diorganisasikan oleh akal atau perasaan seseorang.


(33)

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan rangsangan yang masuk dalam diri individu. Tidak semua rangsangan yang ditangkap menjadi pusat perhatian, rangsangan atau stimulus yang begerak paling kuat dan menarik yang lebih banyak diamati.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang itu terjadi karena beberapa faktor baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda dalam suatu hal tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dari objek tertentu yang diamati.

3. Objek dalam Persepsi

Objek yang dapat dipersepsi itu sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Manusia itu sendiri juga dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan


(34)

dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini akan disebut sebagai persepsi diri atau self precepsion. Karena sangat banyaknya objek persepsi yang dapat dipersepsi, maka pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan menjadi objek persepsi manusia dan nonmanusia (Walgito, 2004: 96).

4. Proses terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisilogis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran inillah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialagh individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi daan merupakan


(35)

persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk (Walgito, 2004: 90-92).

5. Persepsi Siswa tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sangat beragam, mereka memiliki pemikiran yang berbeda-beda tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, persepsi itu menyangkut pendapat siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan apakah mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu disenangi siswa atau tidak. Jika Persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu baik maka jelas siswa akan menyenangi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, tetapi jika persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu tidak baik maka bisa saja siswa yang berpersepsi tenang pendidikan kewarganegaraan itu tidak menyenangi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Untuk itu peneliti mengambil judul penelitan “Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel pada tahun pelajaran 2015/2016 untuk mengetahui persepsi siswa tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(36)

B. Tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

a. Menurut National Council of Social Studies (NCSS) Amerika Serikat.

PKn adalah proses yang meliputi semua positif yang dimaksud untuk membentuk pandangan seorang warga negara dalam peranannya di masyarakat. PKn adalah lebih dari pada sekedar bidang studi. PKn mengambil bagian dari pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui PKn generasi muda dibantu untuk memahami cita-cita nasional, hal-hal yang baik diakui oleh umum, proses pemerintahan sendiri, dan dibantu untuk memahami arti kemerdekaan untuk mereka dan untuk semua manusia dan untuk individu dan kelompok, dalam bidang kepercayaan, perdagangan, pemilu atau dalam tingkah laku sehari-hari. Mereka juga dibantu untuk memahami bermacam-macam hak kemerdekaan warga negara yang dijamin dalam konstitusi dan peraturan-peraturan lainnya dan tanggung jawab atas apa yang telah dicapainya (Cholisin, 2000: 1.7).

b. Menurut Nu’man Somantri dalam Cholisin (2004: 8).

PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber


(37)

pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekola, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

c. Menurut Mukhamad Murdiono (2012: 33-34)

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib yang harus dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidika tinggi. Dalam Undang-undang Sistem Pendidiakan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 Pasal 37 Aayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat “Pendidikan Kewarganegaraan”. Selanjutnya pada ayat (2) juga dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat “Pendidikan Kewarganegaraan”. Sementara itu pada bagian penjelasan pasal 37 dikemukakan bahwa Pendidian Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Pernyataan yang dimuat dalam undang-undang tersebut merupakan landasan yuridis formal pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam sistem pendidikan nasional.


(38)

Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan di jenjang persekolahan harus dimaknai bahwa persoalan kewarganegaraan bukan sekedar membahas status legal-formal kewarganegaraan. Pemahaman tentang kewarganegaraan harus dimaknai secara lebih luas dan komprehensif.

d. Menurut UU Nomer 20 Tahun 2003

UU Nomer 20 Tahun 2003 yang merupakan perubahan atas UU Nomer 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional (SPN) hanya memperkenalkan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sebab pada UU sebelumnya yakni dalam pasal 39 ayat 2 UU No.2 Tahun 1989 tentang SPN dikenakan juga Pendidikan Pancasila. Menurut UU Nomer 2 Tahun 1989 bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dan berkenaan dengan hubungan warga negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Cholisin, 2004: 8-9).


(39)

2. Ciri Pendidikan Kewarganegaraan

a. Menurut NCSS ciri-ciri PKn dapat dinyatakan sebagai berikut : (1) merupakan program pendidikan (proses yang meliputi pengaruh positif); (2) fokus materinya adalah ideologi nasional, proses pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi dan warga negara sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan pengaruh positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat; (3) tujuannya adalah membentuk orientasi warga negara tentang peranannya dalam masyarakat.

b. Menurut Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics (Civic Education) di Tawang Mangu, Surakarta, 1972, ciri-ciri PKN adalah (1) merupakan program pendidikan; (2) merupakan pengembangan IKN (Ilmu Kewarganegaraan); (3) materi pokoknya adalah materi IKN ditambah dengan kewiraan nasional, filsafat pancasila, mental pancasila, dan filsafat pendidikan nasional; (4) bersifat interdispliner; (5) tujuannya adalah membina warga negara yang lebih baik dan untuk masa depan sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.

c. Menurut Nu’man Somantri dalam

Ciri-ciri PKN menurut Nu’man Somantri dapat dinyatakan sebagai berikut : (1) merupakan program studi; (2) materi pokoknya adalah demokrasi politik yang diperluas dengan pengaruh positif dari pendidikan sekolah, keluarga, dan


(40)

masyarakat; (3) bersifat interdisipliner; (4) tujuannya melatih berpikir kritis dan analitis (intelektual skill), bersikap dan bertindak demokratis sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Nu’man, 1976: 54)

3. Cakupan Pendidikan Kewarganegaraan

Cakupan atau ruang lingkup pembahasan PKN, pada dasarnya berupa materi pokok dari PKn. Dibawah ini akan dibahas mengenai cakupan PKn :

a. Menurut Konsep PKn sebagai pengembang dari Civics

Fokus materi civics, adalah demokrasi politik. karena PKn merupakan pengembangan dari civics, maka demokrasi politik menjadi pokok PKn, dengan ditambahn dari aspek pendidikan. b. Menurut Konsep PKn sebagai Aspek Pendidikan Politik

PKn merupakan aspek dari pendidikan politik / sosialisasi politik. oleh karena itu, materi PKn juga akan mencakup konsep-konsep yang penting dalam sosialisasi politik.

c. Menurut KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan kesatuan bangsa. Meliputi: hidup rukun dalamperbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, Keutuhan Negara


(41)

pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. 2. Norma, hukum dan peraturan. Meliputi : tertib dalam

kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional, 3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi :

Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.

5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah Pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,


(42)

Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

d. Menurut kurikulum 2013

Aspek penting dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 ialah pentingnya penggunaan pendekatan ilmiah (saintifik) dalam segenap pembelajaran. kajian Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2006 dilestarikan dalam Kurikulum 2013, di mana basis keilmuan yang menjadi kajian pokok Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan haruslah jelas dan tegas batas-batas disiplinnya (Samsuri, 2013: 6).

Mengubah paradigma PendidikanKewarganegaraan yang semula berfokus kepada program pengajaran dan transfer pengetahuan kewarganegaraan menjadi pendekatan yang menekankan sikap-sikap personal individual, moral dan perilaku sosial sebagaimana disposisi dan nilai-nilai bersama dari warga negara dalam kehidupan bersama yang menghargai hak-hak asasi manusia dan demokrasi di dunia yang penuh


(43)

konflik.Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah melalui konsepsi 5M, memungkinkan perubahan paradigma pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dari pembelajaran pasif dan afirmatif kepada pembelajaran aktif, kooperatif, dan kritis. Pembentukan karakter warga negara tidak cukup menjadi baik yang ditandai oleh sikap loyal dan kepatuhan terhadap kekuasaan pemerintah, tetapi siswa dihantarkan kepada pengalaman-pengalaman dan praktik konsep-konsep kehidupan berbangsa dan bernegara dalam ruang kelas dan luar kelas. Dari sudut pandang ini, maka guru PPKn dan Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan /Pendidikan Kewarganegaraan LPTK berperan penting untuk menerjemahkan semangat paradigma baru dalam Kurikulum 2013 (Samsuri, 2013: 7).

4. Ruang Lingkup PKn

Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-asek sebagai berikut :

1. Persatuan dan kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam Perbedaan, Cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam


(44)

pembelaan Negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku didalam masyarakat, peraturan-peraturab daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan Internasional.

3. Hak Asasi Manusia, meliputi : Hak dan Kewajiban Anak, Hak dan Kewajiban aggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong rotong, Harga diri sebagai Warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.

5. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan Konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.


(45)

6. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, Demokrasi dan sistim Politik, budaya politik, Budaya demokrasi meniju masyarakat madani, sistim pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi. 7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar

Negara dan idiologi Negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara, Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai idiologi terbuka.

8. Globalisai, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era Globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalsasi.

5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Secara sederhana tujuan PKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik (a good citizen) dan mempersiapkannya untuk masa depan. Rumusan itu, bersifat abstrak. Untuk menjabarkannya secara konkrit, banyak cara yang dapat dilakukan, lain dengan cara mengidentifikasi kualitas individu yang diharapkan dapat serasi, atau pokoknya mengidentifikasi tentang manusia yang baik. Tetapi yang ukuran warga negara yang baik untuk setiap bangsa/negara akan


(46)

ditentukan ukuran normatif yaitu ideologi dan konstitusi negara yang bersangkutan (Cholisin, 2000: 1.15)

Menurut Seminar Tawangmangu 1972 dalam buku Cholisin Pendidikan Kewarganegaraan (2004: 17) Seminar Pengajaran dan Pendidikan Civic di Tawangmangu Surakarta 1972, antara lain telah berhasil merumuskan tentang tujuan PKn. Yaitu membina warga negara yang lebih baik untuk masa depan dalam arti warga negara yang berkembang kontinum variabelnya/penanamannya pada kwalitas yang lebih tinggi dalam berbagai aspek kehidupan (spiritual, ekonomi, sosial-budaya, politik, hukum, dan hankam) yang sesuai dengan ketentuan atau kriteria konstitusi/UUD 1945.

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.


(47)

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menekankan peda perkembangan dan membina warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter serta bertindak sesuai dengan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. melalui pengetahuan yang diberikan di sekolah – sekolah kepada peserta didik diharapkan akan lahir generasi muda yang berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif memiliki sikap demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga Negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidipan berbangsa dan bernegara.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam skripsi ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh Sari Yanti Tahun 2014 dengan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru dan Siswa tentang Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) siswa SMP Se-Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta. berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) sebanyak 4 orang (66,67%) guru mempersepsikan bahwa faktor internal (psikologis) lebih tinggi dibandingkan faktor eksternal sebagai faktor penyeban rendahnya prestasi belajar PPKN siswa SMP se-Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta; (2) sebanyak 4 orang (66,66%)


(48)

guru mempersepsikan bahwa faktor internal (psikologis) lebih tinggi dibandingkan faktor jasmaniah dan kelelahan; (3) sebanyak 3 orang (50,00) guru mempersepsikan bahwa faktor eksternal (keluarga) lebih tinggi dibandingkan faktor sekolah dan masyarakat; (4) sebanyak 96 orang (63,16) siswa mempersepsikan bahwa faktor eksternal lebih tinggi dibandingkan faktor internal sebagai faktor penyebab rendahnya prestasi belajar PPKN siswa SMP se-Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta; (5) sebanyak 80 orang (52,63) siswa mempersepsikan bahwa faktor internal (kelelahan) lebih tinggi dibandingkan faktor jasmaniah dan psikologis; (6) sebanyak 79 orang (51,97) siswa mempersepsikan bahwa faktor eksternal (sekolah) lebih tinggi dibandingkan faktor keluarga dan masyarakat.

Perbedaan skripsi diatas dengan skripsi ini adalah terletak pada variabel bebas dan variabel terikatnya. Untuk Variabel bebasnya adalah Persepsi Siswa, tetapi di skripsi ini subyek penelitiannya hanya satu yaitu siswa, sedang di skripsi yang relevan diatas subyek penelitiannya dua yaitu guru dan siswa, yang membuat berbeda adalah di skripsi ini tidak menggunakan sampel/sampling karena hanya populasinya hanya berjumlah 28 siswa, sedang di penelitian yang relevan diatas menggunakan sampel/sampling karena jumlah populasi yang diteliti di skripsi yang relevan diatas sangat banyak. sedang untuk variabel terikatnya adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya berbeda kurikulum, di penelitian yang


(49)

relevan diatas sekolah yang diteliti menggunakan kurikulum 2013, sedang di skripsi ini di sekolah yang diteliti menggunakan kurikulum 2006.

Fokus masalah pada penelitian yang relevan diatas yaitu pada persepsi guru dan siswa tentang Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) siswa SMP Se-Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta, sedang fokus masalah pada penelitian skripsi ini hanya pada Persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan persepsi siswa tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan apakah baik ataukah kurang baik, dan membuktikan teori yang ada pada penelitian yang terdahulu apakah berlaku di lokasi penelitian yang lain atau tidak.

D. Kerangka Pikir

Siswa kelas IX program studi khusus olahraga yang mempunyai persepsi tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang baik dan posistif akan tertarik dan sangat senang dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sebaliknya dengan siswa yang mempunyai persepsi tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang kurang baik dan negatif akan kurang senang


(50)

dan tidak tertarik serta merasa malas dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diketahui supaya dapat mengetahui suka tidaknya siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal, yaitu persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan oleh sebab itu maka tidak ada keterkaitan antar variabel.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan peneliti kemukakan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Persepsi siswa Kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kurang baik”.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dikatakan penelitian deskriptif karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai situasi gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala/keadaan (Arikunto, 2005: 234).

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mantest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif (Sumadi, 2011: 75-76).


(52)

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2009: 12). Sedangkan menurut Sugiyono (2015: 14) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunkan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Gambar 3.1 Macam-macam Statistik

Jadi, penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang datanya diperoleh dari sampel/populasi penelitian yang dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga terhadap mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel. Penelitian ini analisisnya Statistiik

Inferensial

Parametris

Nonparametris Deskriptif


(53)

menggunakan Statistik Deskriptif karena penelitian ini hanya menggunakan populasi siswa yang berjumlah 28 siswa dan tidak menggunakan sampel.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 2 Tempel. Yang beralamat di Jalan Balangan, Dusun Barongan, Desa Banyurejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. SMP Negeri 2 Tempel adalah sekolah menengah pertama negeri dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Peneliti ingin meneliti di lokasi ini karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang mengadakan kelas khusus program studi olahraga dan juga telah memenuhi ketentuan standar isi dalam pembelajaran PKn nya. Peneliti memilih SMP Negeri 2 Tempel karena selalu menjadi juara 2 umum kejuaraan olahraga tingkat DIY.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan dengan menggunakan instrumen angket maka waktu penelitian dilaksanakan satu bulan yaitu pada 09 Januari 2016 sampai 09 Febuari 2016. Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX program studi khusus olahraga pada tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa. Peneliti


(54)

memilih kelas IX dengan beberapa pertimbangan, selain kelas IX Program Studi Khusus Olahraga di SMP Negeri 2 Tempel merupakan kelas paling senior, kelas IX Program Studi Khusus Olaharaga juga mempunyai paling banyak prestasi di bidang olahraga dibandingkan kelas VII dan VIII.

C. Variabel Penelitian

Variabel (Kerlinger, 2002: 49) berhubungan erat dengan konsep sebab di satu pihak variabel didefinisikan sebagai konsep atau konstruk yang dapat dipahami secara empiris, dipihak lain variabel adalah konsep atau konstruk yang memiliki sejumlah nilai. Menggunakan kalimat lain dapat dipahami bahwa, variabel adalah konstruk pada tingkat empiris. Agar sebuah konstruk menjadi variabel, maka konstruk yang dimaksudkan dimasukkan ke dalam dimensi tertentu sehingga memiliki variasi nilai. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mungkin berupa angka, seperti usia dengan nilai 0,1,2,3 tahun dan seterusnya, atau kategori bawah, menengah, menengah atas, dan atas. Badan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya adalah konsep atau konstru, sedangkan tinggi badan, berat badan, tingkat pendidikan, pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya adalah variabel. Oleh karena konsep berhubungan erat dengan teori, maka variabel pun berkaitan erat dengan teori. Bahkan teori juga berfungsi untuk menentukan hubungan antar variabel.


(55)

Variabel sangat luas dan kompleks, jumlahnya tergantung dari luas dan kedalaman penelitian. Makin sederhana rancangan suatu penelitian, maka makin sedikit variabel yang diperlukan. Meskipun demikian, kesederhanaan dan sedikitnya variabel yang digunakan, penelitian tetap mempertahankan kompleksitas dan kedalamannya (Nyoman, 2010: 124). Berdasarkan pengertian diatas maka variabel di dalam penelitian ini adalah Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pkn. Penelitian ini hanya terdapat satu variabel dan karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Irawan (2006: 10) penelitian deskriptif hanya melibatkan satu variabel (univariat), di mana penelitian deskriptif seperti ini tetap terbatas pada kemampuannya untuk menjelaskan realitas seperti apa adanya.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel yaitu tanggapan/ pandangan pemahaman siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Tempel.

Menurut Sugiyono (2015: 61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini


(56)

variabelnya adalaH variabel tunggal yaitu Persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, dikatakan variabel tunggal karena dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya, dan karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif hanya menggunakan satu variabel, walaupun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

E. Populasi

Pengertian populasi (universal) menurut Sugiyono (2002: 55) adalah generaliasasi yang terdiri dari; objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai, dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002: 115), yakni masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang menggunakan metode survei, sebagai teknik pengumpulan data. Penentuan populasi berbeda dengan penentuan unit analisis, walaupun kedua penelitian yang berkaitan dengan unit data dianalisis. Populasi bukan hanya orang sebagai objek/subjek penelitian, tetapi dapat juga pada benda-benda alam lainnya, dan termasuk jumlah (kuantitas dan kualitas) tertentu yang ada pada subjek/objek yang diamati, bahkan seluruh karakteristik tertentu yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut


(57)

yang akan diteliti (Ruslan, 2008: 134). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130).

Jadi, populasi merupakan sekumpulan subjek yang tergabung menjadi satu kesatuan di suatu tempat. Berdasarkan pengertian populasi yang telah peneliti pahami maka populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh siswa kelas IX Program studi khusus olahraga di SMP Negeri 2 Tempel yang berjumlah 28 siswa pada tahun pelajaran 2015/2016.

F. Intrumen Penelitian

Instrumen pengukur variabel penelitian memegang peranan penting dalam usaha memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya. Bahkan validitas hasil penelitian sebagian besar sangat tergantung pada kualitas instrumen pengumpulan datanya. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket/kuesioner.

Di antara bentuk-bentuk instrumen pengumpulan data dalam penelitian sosial dan psikologi adalah wawancara (interview), angket atau kuesioner, tes, skala-skala psikologis, dan sebagainya. Apapun bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan, masalah ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat ditawar-tawar, di samping tuntutan akan adanya objektivitas, efisiensi dan ekonomis (Azwar, 2010: 34)


(58)

Kuesioner/Angket merupakan daftar tertulis pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Kadang-kadang dan bahkan seringkali daftar pertanyaan tertulis tersebut telah disertai pilihan jawaban-jawaban untuk dipilih responden guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Melalui metode pengumpulan data ini, responden membaca daftar pertanyaan tertulis yang diberikan, dan untuk selanjutnya menuliskan jawabannya atau memilih jawaban yang telah disediakan (Widi, 2010: 243).

Angket atau kuesioner dalam penelitian ini merupakan salah satu bentuk instrumen penilaian yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada siswa untuk diberikan respon sesuai dengan keadaan siswa. Isi angket dapat disusun berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri (self report) dari siswa, ataupun pengetahuan, keyakinan, maupun sikap pribadi siswa. Instrumen angket digunakan khususnya pada penilaian diri (self assessment), dan penilaian sejawat (peer assessment) untuk menilai sikap siswa. Selain itu angket dapat digunakan sebagai instrumen untuk menilai minat dan motivasi belajar siswa (Widoyoko, 2014: 154-155).

Penyusunan angket bisa berbentuk skala Likert, daftar cek (check list) maupun skala lanjut (rating scale), angket bentuk skala likert, alternatif jawabannya merentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Angket bentuk skala lajuan (rating scale)


(59)

alternatif jawabannya merentang mulai dari selalu, sering, kadang-kadang, pernah, sampai tidak pernah.

Setelah merumuskan definisi operasional, langkah selanjutnya adalah menentukan indikator dari setiap variabel yang akan diukur. Berdasarkan indikator setiap variabel dapat disusun rancangan butir-butir instrumen. Gambaran hubungan antara variabel maupun subvariabel, indikator dan rancangan butir-butir instrumen yang disusun dalam bentuk tabel disebut dengan kisi-kisi instrumen. Dengan kata lain kisi-kisi instrumen merupakan sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara variabel, indikator, dan rancangan butir-butir instrumen. Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen angket yang akan dipakai di penelitian ini


(60)

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian (Sebelum Uji Validitas)

Variabel Indikator No. Butir Jumlah Soal Persepsi

Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga

a. 1. Senang dan tidak senangnya siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

4, 6, 11, 16, 21, 26, 28, 30, 42, 47

10

2. Siswa memahami dan tidak memahami manfaat mempelajari mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

1, 3, 13, 14, 20, 24, 27, 29, 37, 38

10

b. 3. Mendapat dan tidak mendapatkan motivasi setelah mempelajari

Pendidikan

Kewarganegaraan.

2, 5, 12, 23, 25, 31, 32, 43,44, 50

10

c. 4. Kecenderungan Bertindak (konasi)

dalam mata

pelajaran Pendidikan Kewargangaraan.

8, 9, 17, 18, 22, 35, 36, 39, 46,49

10

d. 5. Keantusiasan Siswa dalam Mengikuti Pelajaran PKn.

7, 10, 15, 19, 33, 34, 40, 41, 45,48

10

G. Uji Instrumen Penelitian

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.


(61)

dibedakan anatara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang.Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konsisten.

Instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.


(62)

Tabel 3. 2 Skor pada angket No. Pernyataan Skor Pernyataan 1. Sangat Setuju 4

2. Setuju 3

3. Kurang Setuju 2 4. Tidak Setuju 1

2. Pengujian Validitas Instrumen

Menurut Zainal Mustafa (2009: 164) Validitas atau kesahihan suatu instrumen adalah ukuran seberapa tepat instrumen itu mampu menghasilkan data sesuai dengan ukuran yang sesungguhnya yang ingin diukur.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengetahui kesalahan atau instrument adalah validitas konstruksi dengan rumus Pearson (product moment) dari Pearson dengan angka kasar sebagai berikut:

2 2 2 2 ) ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Dimana :

rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan Y N = Jumlah subyek

X = Skor dari tiap-tiap item Y = Jumlah dari skor item


(63)

Jika rxy > rtabel pada taraf signifikan 5% berarti item (butir soal) valid, sebaliknya jika rxy < rtabel maka butir soal tidak valid.

Di bawah ini merupakan hasil uji validitas instrumen Angket dengan rumus korelasi product moment.

Data:

Y= 3.743

N= 31

Y2= 455.427 {N∑Y2(∑Y)2


(64)

Tabel 3.3 Uji Validitas Item

No. Soal R Hitung Ket.

1. Soal 1 0.4312 Valid

2. Soal 2 0.6065 Valid

3. Soal 3 0.3819 Valid

4. Soal 4 0.3992 Valid

5. Soal 5 0.5153 Valid

6. Soal 6 0. 3625 Valid

7. Soal 7 0.3973 Valid

8. Soal 8 0.4902 Valid

9. Soal 9 0.5027 Valid

10. Soal 10 0.5621 Valid

11. Soal 11 0.4279 Valid

12. Soal 12 0.4082 Valid

13. Soal 13 0.5203 Valid

14. Soal 14 0.4088 Valid

15. Soal 15 0.4043 Valid

16. Soal 16 0.1064 *Tidak Valid 17. Soal 17 0.1788 *Tidak Valid

18. Soal 18 0.5231 Valid

19. Soal 19 0.1556 *Tidak Valid 20. Soal 20 0.3528 *Tidak Valid

21. Soal 21 0.5077 Valid


(65)

No. Soal R Hitung Ket.

23. Soal 23 0,2547 *Tidak Valid 24. Soal 24 0.2073 *Tidak Valid 25. Soal 25 0.3164 *Tidak Valid 26. Soal 26 0.0708 *Tidak Valid 27. Soal 27 0.2483 *Tidak Valid 28. Soal 28 0.0609 *Tidak Valid 29. Soal 29 0.2893 *Tidak Valid 30. Soal 30 0.2260 *Tidak Valid

31. Soal 31 0.8805 Valid

32. Soal 32 0.6001 Valid

33. Soal 33 0.8691 Valid

34. Soal 34 0.4066 Valid

35. Soal 35 0.2932 *Tidak Valid 36. Soal 36 0.0372 *Tidak Valid

37. Soal 37 0.6076 Valid

38. Soal 38 0.5432 Valid

39. Soal 39 0.3269 *Tidak Valid

40. Soal 40 0.4358 Valid

41. Soal 41 0.4520 Valid

42. Soal 42 0.4302 Valid

43. Soal 43 0.4133 Valid

44. Soal 44 0.5340 Valid


(66)

rtabel= 0,355

Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi product moment di atas, diketahui bahwa item soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 21, 22, 31, 32, 33, 34, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49 dan 50 memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,355) sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut valid dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Sementara itu, item nomor 16, 17, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 35, 36 dan 39 masih perlu diperbaiki atau digugurkan karena kurang baik sebagai alat pengumpul data.

Uji validitas instrumen angket diatas dilakukan di kelas VIII E (Kelas Program Studi Khusus Olahraga) dibawah kelas IX E kelas program studi khusus olahraga yang akan diteliti oleh peneliti dalam skripsi ini. Peneliti memilih kelas VIII E sebagai

No. Soal R Hitung Ket.

46. Soal 46 0. 5649 Valid

47. Soal 47 0.6873 Valid

48. Soal 48 0.7115 Valid

49. Soal 49 0.4322 Valid

50. Soal 50 0.5832 Valid


(67)

merupakan kelas khusus olahraga tengah diantara kelas VII E dan kelas IX E, selain itu prestasi kelas VIII E di bidang olahraga juga bagus diatas kelas VII E dan dibawah kelas IX E, oleh karena itu peneliti memilih kelas VIII E sebagai kelas uji validitas instrument penelitian yang dalam penelitian ini menggunakan instrument kuesioner (angket).

3. Pengujian Reliabilitas Instrument

Reliabilitas atau tingkat ketetapan (consistency atau keajegan) adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reliabelitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau unsur-unsurnya, jika diulang pada waktu yang berbeda pada sekelompok individu yang sama. Contoh yang sederhana dapat dilihat pada timbangan yang akan menjadi alat pengukur yang reliabel, apabila dalam menimbang sebungkus gula putih , yang bilamana diulang hasilnya sama. Jika gula putih sebungkus itu ditimbang ternyata 2 kg, kemudian diulang-ulangi lagi pada hari-hari berikutnya, ternyata timbangan tetap menunjukkan beratnya 2 kg. Timbangan seperti itu termasuk alat pengukur berat yang reliabel (tingkat reliabelitasnya tinggi).

Dengan demikian berarti reliabilitas mengandung pengertian pokok sebagai beikut:


(68)

1. Gejala atau unsur-unsur di dalam gejala yang diungkapkan dalam pengukuran pertama, ternyata 2. Hasil pengukuran sebagai data penelitpian yang

kedua dan seterusnya, bersifat ekuivalen (memiliki variasi yang sama) dengan hasil pengukuran sebelumnya atau yang pertama, jika pengukuran dilakukan dengan mempergunakan instrumen yang sama.

Reliabilitas instrumen penelitian hanya dapat diukur dengan perhitungan statistik, berbeda dengan validitas yang terdiri dari beberapa jenis. Perhitungan statistik yang mempergunakan data dari hasil uji coba (try out) angket atau test, dalam bentuk data kuantitatif. Data itu merupakan distribusi nilai yang bersifat interval.

Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila dalam mengukur gejala sebagai data penelitian, mampu memberikan hasil yang relatif tetap setiap kali dipergunakan pada sekelompok individu yang sama. Dengan kata lain instrumen penelitian yang memiliki (consistency) hasilnya, meskipun digunakan secara berulang.

Tingkat reliabilitas dapat diukur untuk untuk setiap item test atau angket dan dapat pula secara keseluruhannya. Dalam analysis item untuk membuat test atau angket yang bersifat


(69)

standar, reliabelitas setiap item perlu dihitung. Sedang dalam penelitian biasanya cukup dengan menghitung reliabelitas instrumen secara keseluruhan (Nawawi, 1995: 190-191).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan korelasi belah dua (korelasi genap ganjil) dengan menggunakan rumus korelasi tata jenjang sebagai berikut

Rgg = 1 - 6∑ N( -1)

Dibawah ini merupakan hasil uji reliabelitas yang peneliti sudah lakukan untuk skripsi ini, dengan menggunakan korelasi belah dua.

Tabel 3.4 Uji Reliabelitas No.

Subyek

Item Ganjil (X)

Item Genap (Y)

X2 Y2 XY

1. 75 69 5,625 4,761 5,175

2. 58 55 3,364 3,025 3,190

3. 58 61 3,364 3,721 3,538

4. 58 61 3,364 3,721 3,538

5. 51 49 2,601 2,401 2,499

6. 71 67 5,041 4,489 4,757

7. 73 62 5,329 3,844 4,526

8. 69 63 4,761 3,969 4,347

9. 57 49 3,249 2,401 2,793


(70)

No. Subyek

Item Ganjil

(X)

Item Genap

(Y)

X2 Y2 XY

11. 71 71 5,041 5,041 5,041

12. 59 54 3,481 2,916 3,186

13. 47 47 2,209 2,209 2,209

14. 57 60 3,249 3,600 3,420

15. 65 60 4,225 3,600 3,900

16. 72 69 5,184 4,761 4,968

17. 63 65 3,969 4,225 4,095

18. 78 70 6,084 4,900 5,460

19. 66 63 4,356 3,969 4,158

20. 64 63 4,096 3,969 4,032

21. 65 66 4,225 4,356 4,290

22. 78 73 6,084 5,329 5,694

23. 60 56 3,600 3,136 3,360

24. 50 55 2,500 3,025 2,750

25. 74 73 5,476 5,329 5,402

26. 70 63 4,900 3,969 4,410

27. 50 51 2,500 2,601 2,550

28. 57 56 3,249 3,136 3,192

29. 68 57 4,624 3,249 3,876

30. 70 72 4,900 5,184 5,040

31. 77 66 5,929 4,356 5,082


(71)

Data:

N = 31

Jumlah XY = 123.552

Jumlah X = 1.984

Jumlah Y = 1.904

Jumlah X2 = 129.388

(Jumlah X)2 = 3.936.256

Jumlah Y2 = 118.556

(Jumlah Y)2 = 3.625.216

Rumus Korelasi Product Moment:

2 2

2 2

) (

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy


(72)

Setelah dihitung dengan rumus korelasi product moment diketahui bahwa rxy = 0,8597. Nilai ini baru menunjukkan relibilitas separo tes. Oleh karena itu, rxy untuk belahan ini disebut dengan istilah r1/21/2 atau rganjil-genap (rgg). Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman-Brown. Berikut perhitungan Spearman-Brown:


(73)

Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui nilai koefisien korelasi 0,92456. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel untuk signifikansi 0,05 dan n= 31 yaitu 0,355 sehingga soal angket signifikan. Hasil perhitungan tersebut menunjukkn bahwa instrumen penelitian yang dipergunakan telah reliabel atau tingkat reliabilitasnya tinggi. Untuk itu, instrumen tidak perlu direvisi lagi dan telah layak dipergunakaan sebagai alat pengumpul data.

Dibawah ini adalah kisi-kisi instrument angket setelah dilakukannya uji validitas dan uji reliabilitas instrument angket (kuesioner).


(74)

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrument Penelitian Angket (kuesioner) Setelah Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Variabel Indikator No. Butir Jumlah Soal

Persepsi Siswa Kelas IX Program Studi Khusus Olahraga tentang Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

e. 1. Senang dan tidak senangnya siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

4, 6, 11, 21, 42, 47

6

2. Siswa memahami dan tidak memahami manfaat mempelajari mata pelajaran PKn.

1, 3, 13, 14, 37, 38

6

f. 3. Mendapat dan tidak mendapatkan motivasi setelah mempelajari PKn.

2, 5, 12, 31, 32, 43,44, 50

8

g. 4. Kecenderungan Bertindak (konasi) dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

8, 9, 18, 22, 46,49

6

h. 5. Keantusiasan Siswa dalam Mengikuti Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

7, 10, 15, 33, 34, 40, 41, 45,48

9

H. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian, disamping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif (Margono, 2005: 158) .Teknik Pengumpulan Data pada penelitian ini adalah dengan


(75)

menggunakan kuesioner / angket untuk mengetahui persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran PKn.

Teknik pengumpulan data melalui kuesioner merupakan teknik yang sangat umum dilakukan dalam metode penelitian kuantitatif. Dengan kalimat lain, ciri khas pengumpulan data metode kualitatif adalah wawancara sedangkan ciri khas metode kuantitatif adalah kuesioner/angket (Nyoman, 2010: 238). Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang perlu diketahui (Misbahudin, 2013: 17). Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan data persepsi siswa kelas IX program studi khusus olahraga tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut pengertiannya, angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Daftar cocok, menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tanda centang atau tanda cocok (√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi “daftar cocok” sebenarnya merupakan semacam angket juga tetapi cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok itulah yang menyebabkan ia disebut demikian (Arikunto, 2007: 101).


(76)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Sekalipun penelitian tidak yang dilakukan bersifat inferensial, sajian keadaan subjek dan data penelitian secara deskriptif tetap perlu diketengahkan lebih dahulu sebelum pengujian hipotesis dilakukan (Azwar, 2010: 126).

Penelitian ini analisisnya menggunakan Statistik Deskriptif karena penelitian ini hanya menggunakan populasi siswa yang berjumlah 28 siswa dan tidak menggunakan sampel. Sudah dikenal bahwa statistik merupakan salah satu cara yang banyak manfaatnya bagi peneliti untuk menganalisis data (Arikunto, 2007: 273). Manfaat statistik deskriptif sebagai teknik analisis adalah memberi alternatif kepada peneliti agar dapat memaparkan hasil penelitiannya secara visual dan lebih mudah dipahami oleh pembaca (Arikunto, 2007: 296). Statistik deskriptif adalah adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetati tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensi) (Sugiyono, 2015: 21). Penelitian ini analisisnya menggunakan statistik deskriptif dikarenakan penelitian ini tidak menggunakan sampel. Penelitian menggunakan teknik analisis data deskriptif statistik karena melalui penelitian ini, peneliti


(1)

INDIKATOR 3

Mendapat dan tidak mendapatkan motivasi setelah

mempelajari PKn.

Skor Max 4 x 8 = 32

Skor Min 1 x 8 = 8

Mi 40 : 2 = 20

Sdi 24 : 6 = 4.00

Baik : X Mi + Sdi

Cukup : Mi - Sdi X < Mi + Sdi

Kurang Baik : X < Mi - Sdi

KATEGORI

Baik : X 24.00

Cukup : 16.00 X < 24.00

Kurang Baik : X < 16.00

INDIKATOR 4

Kecenderungan Bertindak (konasi) dalam mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Skor Max 4 x 6 = 24

Skor Min 1 x 6 = 6

Mi 30 : 2 = 15

Sdi 18 : 6 = 3.00

Baik : X Mi + Sdi

Cukup : Mi - Sdi X < Mi + Sdi

Kurang Baik : X < Mi - Sdi

KATEGORI

Baik : X 18.00

Cukup : 12.00 X < 18.00


(2)

INDIKATOR 5

Keantusiasan Siswa dalam Mengikuti Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Skor Max 4 x 9 = 36

Skor Min 1 x 9 = 9

Mi 45 : 2 = 22.5

Sdi 27 : 6 = 4.50

Baik : X Mi + Sdi

Cukup : Mi - Sdi X < Mi + Sdi

Kurang Baik : X < Mi - Sdi

KATEGORI

Baik : X 27.00

Cukup : 18.00 X < 27.00

Kurang Baik : X < 18.00

JUMLAH SEMUA INDIKATOR

Skor Max 4 x 35 = 140

Skor Min 1 x 35 = 35

Mi 175 : 2 = 87.5

Sdi 105 : 6 = 17.50

Baik : X Mi + Sdi

Cukup : Mi - Sdi X < Mi + Sdi

Kurang Baik : X < Mi - Sdi

KATEGORI

Baik : X 105.00

Cukup : 70.00 X < 105.00


(3)

(4)

(5)

(6)