83
latihan peregangan pada sendi jari kaki dengan baik secara perlahan-lahan.
5 Pertemuan kelima
Pertemuan kelima subjek diminta untuk melakukan latihan peregangan dari awal sampai akhir secara mandiri sama seperti
pertemuan sebeluumnya. Sebelum mulai melakukan kegitan peregangan, subjek diminta untuk menyebutkan nama anggota
tubuh bagian bawah. Ketika diminta untuk melakukan kegiatan peregangan, subjek mampu melakukan peregangan dengan
mandiri secara perlahan. Pada saat melakukan kegiatan peregangan, subjek masih sering beralih perhatian dan kurang
fokus. Pada pertemuan kelima dilakukan post-test siklus I untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpakaian setelah
diberikan tindakan.
b. Hasil Post-test Kemampuan Fleksibilitas Alat Gerak Bawah
Siklus I
Kegiatan post-test mengenai kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah anak tunadaksa setelah diberikan tindakan pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan
siklus I hasilnya terlihat mengalami peningkatan pada fleksibilitas alat gerak bawah meskipun peningkatannya belum signifikan.
84
Adapun hasil pre-tes dan post-test kemampuan fleksibilitas alat gerak bawah pada siklus I tersaji pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Hasil Post-test Kemampuan Fleksibilitas Alat Gerak Bawah Anak Tunadaksa Kelas 3 Setelah Diberikan Tindakan
Siklus I.
No Subjek
Kemampuan Pra Tindakan
Post-test Siklus I Kriteria
Skor Perolehan
Pencapaian Skor
Perolehan Persentase
Pencapain 1
DM 33
47 41
59 Baik
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test di atas, diketahui bahwa DM mengalami peningkatan fleksibilitas alat gerak bawah setelah
diberikan tindakan pada siklus I. Persentasi pencapaian DM setelah diberikan tindakan pada siklus I mencapai 59 termasuk dalam
kategori cukup. Namun demikian, hasil yang diperoleh oleh DM pada siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM.
DM masih belum menunjukkan keseriusan ketika mengikuti pembelajaran peningkatan fleksibilitas alat gerak bawah pada
pertengahan kegiatan pembelajaran. Perhatian DM saat proses pembelajaran masih sering beralih dikarenakan suasana ruangan
latihan yang ribut dan banyak siswa yang lain yang ikut menonton. Kendala waktu yang terlalu singkat untuk melakukan latihan
peningkatan fleksibilitas alat gerak bawah juga menjadi faktor ketidak berhasilan DM dalam mencapai KKM. Sehingga perlu
adanya penambahan waktu belajar dan latihan yang dilakukan secara
85
berulang-ulang. Berdasarkan hasil post-test yang diperoleh DM yiatu 59 peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan fleksibilitas alat
gerak bawah DM menglami peningkatan namun belum mencapai KKM yaitu 60 dari keseluruhan materi yang diberikan. Untuk
lebih jelasnya mengenai post-test siklus I yang diperoleh anak tunadaksa dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 4. Grafik peningkatan fleksibilitas alat gerak bawah anak tunadaksa pada siklus I
4. Refleksi dan Hambatan Siklus I