Rumusan Masalah Manfaat Penelitian

keliru mengenai penyakit kusta. Sikap dan perilaku masyarakat yang negatif terhadap penderita kusta seringkali menyebabkan penderita kusta merasa tidak mendapat tempat di keluarganya dan lingkungan masyarakat Kuniarto, 2006. Akibatnya penderita cacat kusta PCK cenderung hidup menyendiri dan mengurangi kegiatan sosial dengan lingkungan sekitar, tergantung kepada orang lain, merasa tertekan dan malu untuk berobat. Dari segi ekonomi, penderita kusta cenderung mengalami keterbatasan ataupun ketidakmampuan dalam bekerja maupun mendapat diskriminasi untuk mendapatkan hak dan kesempatan untuk mencari nafkah akibat keadaan penyakitnya sehingga kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi, apalagi mayoritas penderita kusta berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, padahal penderita kusta memerlukan perawatan lanjut sehingga memerlukan biaya perawatan. Hal-hal tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup Kuniarto, 2006. Di Sumatera Utara, dari hasil penelitian Syahril Rahmat Lubis 2013 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran penderita kusta di tiga rumah sakit pendidikan di provinsi Sumatera Utara periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2012. Dari hasil yang didapatkan total penderita sebanyak 211 orang di RSUP H. Adam Malik Medan, 145 orang di RSU dr. Pirngadi Medan dan 88 orang di RS Kusta Pulau Sicanang, dengan total 444 orang penderita, dimana ditemukan prevalensi laki-laki lebih banyak daripada perempuan, usia dominan adalah 25-44 tahun, diagnosis terbanyak adalah kusta tipe multibasiler, dengan reaksi kusta menjadi penyakit yang menyertai, dan pengobatan terbanyak adalah MDT-MB untuk kusta. Pada umumnya penderita pulang dalam kondisi sembuh dan RFT Release from Treatment.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran penderita kusta di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2011-2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penderita kusta di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan mulai dari Januari 2011-Desember 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran penderita kusta berdasarkan tipe kusta di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011-2013 2. Untuk mengetahui gambaran penderita kusta berdasarkan reaksi kusta di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011-2013 3. Untuk mengetahui gambaran penderita kusta berdasarkan cacat kusta di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011-2013 4. Untuk mengetahui gambaran penderita kusta berdasarkan umur di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011-2013 5. Untuk mengetahui gambaran penderita kusta berdasarkan jenis kelamin di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011-2013 6. Untuk mengetahui gambaran penderita kusta berdasarkan jenis pekerjaan di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011-2013 7. Untuk mengetahui gambaran penderita kusta berdasarkan lokasi tempat tinggal di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011-2013

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Sebagai bahan untuk menambah pengalaman dan bahan untuk mengaplikasikan ilmu dalam hal melakukan penelitian dan juga sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti mengenai penyakit kusta. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Dunia Penelitian Sebagai informasi, data, bahan kepustakaan dan bahan rujukan bagi penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan kusta. 3. Bagi Dinas Kesehatan dan Pemerintah Daerah Sebagai sumber data, mengenai bagaimana gambaran penyakit kusta khususnya di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. 4. Bagi Masyarakat Sebagai informasi mengenai kusta dan gambaran penyakit pada penderita kusta bagi masyarakat terutama untuk masyarakat pemerhati masalah kusta.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kusta 2.1.1. Definisi Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae M.leprae yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat.Istilah kusta berasal dari bahasa India yakni kustha dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi. Penyakit kusta disebut juga lepra dan Morbus Hansen. Kata lepra disebut dalam kitab injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya. Morbus Hansen sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 di Norwegia sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen Kosasih, 2011.

2.1.2 Epidemiologi

Penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat ke tempat yang lain sampai tersebar seluruh dunia, tampaknya disebabkan oleh perpindahan penduduk yang terinfeksi penyakit tersebut. Masuknya kusta ke pulau-pulau Melanisia termasuk Indonesia, diperkirakan terbawa oleh orang-orang Cina. Distribusi penyakit ini tiap-tiap negara maupun dalam negara sendiri ternyata berbeda-beda Kosasih,2011.Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah patogenesis kuman penyebab, cara penularan, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan, varian genetik berhubungan dengan kerentanan, perubahan imunitas, dan kemungkinan adanya resevoir diluar manusia Linuwih, 2011. Menurut WHO Weekly Epidemiological Report mengenai kusta tahun 2013. Prevalensi tertinggi penyakit kusta terdapat di India, dengan jumlah penderita 91.743 jiwa pada tahun 2012. Peringkat kedua terdapat di Brazil dengan jumlah penderita 29.311 jiwa pada tahun 2012. Indonesia sendiri berada di