Cacat Kusta Kusta 1. Definisi

2.1.10 Cacat Kusta

WHO 1980 membatasi istilah dalam cacat kusta sebagai berikut: 1. Impairment: segala kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi yang bersifat patologik, fisiologik, atau anatomik, misalnya leproma, ginekomastia, madarosis, claw hand, ulkus, dan absorbsi jari. 2. Disability: segala keterbatasan atau kekurangmampuan akibat impairment untuk melakukan kegiatan dalam batas kehidupan yang normal bagi manusia. 3. Handicap: kemunduran pada seorang individu akibat impairment atau disability yang membatasi atau menghalangi penyelesaian tugas normal yang bergantung pada umur, jenis kelamin, dan faktor soial budaya. Handicap ini merupakan efek penyakit kusta yang berdampak sosial, ekonomi, dan budaya. 4. Deformity: kelainan struktur anatomis 5. Dehabilitation: keadaanproses pasien kusta handicap kehilangan status sosial secaara progresif, terisolasi dari masyarakat, keluarga dan teman-temannya. 6. Destitution: dehabilitasi yang berlanjut dengan isolasi yang menyeluruh dari seluruh masyarakat tanpa makanan atau perlindungan shelter. Klasifikasi cacat kustaWHO: a. Cacat tingkat 0 : tidak terdapat gangguan sensibilitas atau ada kerusakan atau deformitas yang terlihat pada tangan, kaki, dan mata. b. Cacat tingkat 1 : ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang terlihat pada tangan dan kaki. Ada gangguan pada mata, tidak ada gangguan yang berat. Visus 660 atau lebih baik c. Cacat tingkat 2 : terdapat kerusakan atau deformitas pada tangan dan kaki. Terdapat gangguan penglihatan yang berat, visus kurang dari 660, tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 meter Kosasih,2011. Jenis cacat yang timbul pada penderita kusta dapat dibagi: 1. Kelompok cacat primer Kelompok kecacatan yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kecacatan sebagai respon kerusakan jaringan terhadap infeksi. Yang termasuk cacat ini: a. Cacat pada fungsi sensorik, misalnya anestesia, fungsi saraf motorik. Misalnya: claw hand, wrist drop, foot drop, lagoftalmos dan cacat pada fungsi otonom yang dapat menyebabkan kulit kering dan elastisitas kulit berkurang. b. Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan kulit berkerut dan berlipat-lipat. Kerusakan folikel rambut menyebabkan alopesia dan madarosis. c. Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman dapat terjadi tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, tulang, testis, dan bola mata Wisnu, 2003. 2. Kelompok cacat sekunder Cacat yang terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf. Anestesi memudahkan luka akibat trauma mekanis maupun termis. Kelumpuhan motorik dapat menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam dan berjalan. Lagoftalmos dapat menyebabkan kornea kering dan terjadinya keratitis Wisnu, 2003. Menurut Kurniarto, 2006, terdapat beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kecacatan pada penderita kusta, yaitu: a. Umur b. Jenis kelamin c. Tipe kusta d. Lama sakit e. Keteraturan minum obat f. Pendidikan g. Pekerjaan h. Reaksi kusta

2.1.11 Rehabilitasi Cacat Kusta