Buku Pedoman Teknis Sayuran
HORTIKULTURA TAHUN 2012
Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat
Berkelanjutan
KEMENTERIAN PERTANIAN
(2)
KATA PENGANTAR
Buku “Pedoman Teknis Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktifitas dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan Tahun Anggaran 2012” ini merupakan penjelasan dan penjabaran secara umum tentang panduan pelaksanaan kegiatan di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penjelasan dalam Pedoman ini disusun berdasarkan Output kegiatan yaitu meliputi Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat, Sekolah Lapang GAP, Pemberdayaan Kelembagaan Usaha, Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani, Pedoman-pedoman, Regisrasi Lahan Usaha, Registrasi Packing House, Sarana Prasarana, Sekolah Lapang GHP, Pembinaan Pengembangan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat serta Pembinaan Pengembangan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Penjelasan dalam tiap output saling terkait dengan penjelasan output lainnya untuk mewujudkan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat secara utuh.
Buku pedoman ini masih bersifat umum sehingga perlu dijabarkan lebih detil ke dalam pedoman atau petunjuk yang lebih operasional bagi pelaksana kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota agar menjadi lebih jelas dan mudah dalam implementasi sesuai dengan kondisi dan permasalahan di setiap daerah. Pedoman ini dapat digunakan sebagai
(3)
acuan dan bahan pembinaan bagi Petugas Pusat dan Daerah, disamping acuan dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi pelaksana kegiatan baik ditingkat pusat maupun daerah sesuai dengan indikator kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Semoga buku pedoman ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Jakarta, Desember 2011 Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat,
(4)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT (1771.02) BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Sasaran ... 3
BAB II PELAKSANAAN ... 4
A. Pelaksanaan di Pusat ... 4
B. Pelaksanaan di Provinsi ... 6
C. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ... 14
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 21
A. Masukan/Input ... 21
B. Keluaran/Output ... 21
C. Hasil/Outcome ... 22
D. Manfaat/Benefit ... 22
E. Dampak/Impact ... 22
SEKOLAH LAPANG GAP (1771.03) BAB I PENDAHULUAN ... 23
A. Latar Belakang ... 23
(5)
BAB II PELAKSANAAN ... 25
A. Pelaksanaan di Provinsi ... 25
B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ... 27
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 30
A. Masukan/Input ... 30
B. Keluaran/Output ... 30
C. Hasil/Outcome ... 30
D. Manfaat/Benefit ... 30
E. Dampak/Impact ... 31
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN USAHA (1771.04) BAB I PENDAHULUAN ... 33
A. Latar Belakang ... 33
B. Tujuan dan Sasaran ... 34
BAB II PELAKSANAAN ... 36
A. Pelaksanaan di Provinsi ... 36
B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ... 38
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 42
A. Masukan/Input ... 42
B. Keluaran/Output ... 42
C. Hasil/Outcome ... 42
D. Manfaat/Benefit ... 43
(6)
PENINGKATAN KAPABILITAS PETUGAS/PETANI (1771.06)
BAB I PENDAHULUAN ... 45
A. Latar Belakang ... 45
B. Tujuan dan Sasaran ... 46
BAB II PELAKSANAAN ... 48
A. Pelaksanaan di Provinsi ... 48
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 52
A. Masukan/Input ... 52
B. Keluaran/Output ... 52
C. Hasil/Outcome ... 52
D. Manfaat/Benefit ... 52
E. Dampak/Impact ... 53
PEDOMAN-PEDOMAN (1771.07) BAB I PENDAHULUAN ... 55
A. Latar Belakang ... 55
B. Tujuan dan Sasaran ... 55
BAB II PELAKSANAAN ... 57
A. Pelaksanaan di Pusat ... 57
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 64
A. Masukan/Input ... 64
B. Keluaran/Output ... 64
C. Hasil/Outcome ... 64
D. Manfaat/Benefit ... 65
(7)
REGISTRASI LAHAN USAHA (1771.08)
BAB I PENDAHULUAN ... 67
A. Latar Belakang ... 67
B. Tujuan dan Sasaran ... 68
BAB II PELAKSANAAN ... 69
A. Pelaksanaan di Pusat ... 69
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 72
A. Masukan/Input ... 72
B. Keluaran/Output ... 72
C. Hasil/Outcome ... 72
D. Manfaat/Benefit ... 73
E. Dampak/Impact ... 73
REGISTRASI PACKING HOUSE (1771.09) BAB I PENDAHULUAN ... 75
A. Latar Belakang ... 75
B. Tujuan dan Sasaran ... 76
BAB II PELAKSANAAN ... 77
A. Pelaksanaan di Pusat ... 77
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 80
A. Masukan/Input ... 80
B. Keluaran/Output ... 80
C. Hasil/Outcome ... 80
D. Manfaat/Benefit ... 80
(8)
SARANA PRASARANA (1771.11)
BAB I PENDAHULUAN ... 83
A. Latar Belakang ... 83
B. Tujuan dan Sasaran ... 84
BAB II PELAKSANAAN ... 85
A. Pelaksanaan di Provinsi ... 85
B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ... 91
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 99
A. Masukan/Input ... 99
B. Keluaran/Output ... 99
C. Hasil/Outcome ... 99
D. Manfaat/Benefit ... 99
E. Dampak/Impact ... 100
SEKOLAH LAPANG GHP (1771.16) BAB I PENDAHULUAN ... 101
A. Latar Belakang ... 101
B. Tujuan dan Sasaran ... 102
BAB II PELAKSANAAN ... 103
A. Pelaksanaan di Provinsi ... 103
B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ... 106
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 109
A. Masukan/Input ... 109
B. Keluaran/Output ... 109
C. Hasil/Outcome ... 109
(9)
E. Dampak/Impact ... 110
PEMBINAAN PENGEMBANGAN PRODUKSI TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT (1771.17) BAB I PENDAHULUAN ... 111
A. Latar Belakang ... 111
B. Tujuan dan Sasaran ... 112
BAB II PELAKSANAAN ... 113
A. Pelaksanaan di Pusat ... 113
B. Pelaksanaan di Provinsi ... 119
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 128
A. Masukan/Input ... 128
B. Keluaran/Output ... 128
C. Hasil/Outcome ... 128
D. Manfaat/Benefit ... 128
E. Dampak/Impact ... 129
PEMBINAAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT (1771.18) BAB I PENDAHULUAN ... 131
A. Latar Belakang ... 131
B. Tujuan dan Sasaran ... 132
BAB II PELAKSANAAN ... 133
A. Pelaksanaan di Pusat ... 133
(10)
BAB III INDIKATOR KINERJA ... 144
A. Masukan/Input ... 144
B. Keluaran/Output ... 144
C. Hasil/Outcome ... 144
D. Manfaat/Benefit ... 145
E. Dampak/Impact ... 145
(11)
PENGEMBANGAN KAWASAN
TANAMAN SAYURAN DAN
TANAMAN OBAT
(1771.02)
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayuran dan tanaman obat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia baik dari segi jumlah produksi maupun mutunya. Sayuran dan tanaman obat merupakan komoditas yang esensial dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan kalori, vitamin, mineral, serat dan anti oksidan alami. Kontribusi agribisnis sayuran dan tanaman obat pada tahun 2010 terhadap pembentukan PDB sub sektor hortikultura cukup besar, yaitu sebesar 35,10%. Pembangunan hortikultura termasuk sayuran dan tanaman obat yang potensial di suatu wilayah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian wilayah, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing wilayah tersebut. Untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang efektif, efisien, berdampak bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat yang terlibat di dalamnya diperlukan volume, intensitas dan kualitas kegiatan yang memadai berbasis pada kesamaan kegiatan dalam ruang yang sama. Untuk itu diperlukan sinergisme intra dan/atau antar wilayah (daerah otonom) sejauh wilayah tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh secara ekonomis, yang dapat dibatasi oleh kemiripan agroekosistem
(13)
dan kesatuan infrastruktur, sehingga akan dihasilkan dampak ekonomi yang nyata dan terukur, segala pelayanan dan fasilitasi di dalamnya dapat berjalan efektif dan efisien, yang dikenal dengan pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura, termasuk kawasan sayuran dan tanaman obat. Penetapan kawasan sayuran dan tanaman obat ini diperlukan untuk memudahkan upaya penumbuhan dan pengembangan kawasan berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pascapanen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Kawasan sayuran dan tanaman obat adalah suatu wilayah dengan kesamaan ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infrastruktur ekonomi yang sama sehingga membentuk kawasan yang berisi berbagai kegiatan usaha berbasis pasar mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan pascapanen, pemasaran serta berbagai kegiatan pendukungnya. Untuk itu diperlukan dukungan sub sektor terkait secara terintegrasi dari aspek budidaya sampai pemasaran.
Mengingat begitu pentingnya kawasan sayuran dan tanaman obat dalam menyokong pembangunan pertanian, diperlukan suatu pedoman umum pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat yang terintegrasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
(14)
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat adalah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan dan sentra produksi sayuran dan tanaman obat yang berkelanjutan serta kawasan sayuran organik dan pekarangan perkotaan melalui penerapan Good Agriculture Practices (GAP), Good Handling Practise (GHP), dan Standard Operasional Prosedur (SOP).
Sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pengembangan kawasan tanaman sayuran dan tanaman obat melalui perluasan areal dan perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha di daerah sentra produksi.
(15)
BAB II
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Di Pusat 1. Lokasi
Kegiatan Pengembangan CF-SKR dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (02) Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat
Sub Output : (010) Pengembangan Kawasan Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur
Komponen : (012) Fasilitasi bantuan kepada petani
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat adalah Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Kelompok Tani/Gapoktan Sayuran yang terkena dampak bencana erupsi Gunung Merapi yang berada di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
(16)
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang bersumber dari CF-SKR pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk pengembangan kawasan sayuran di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui tahapan: Penyaluran dana bantuan sosial berupa transfer uang langsung dari Satker Direktorat Jenderal Hortikultura kepada kelompok tani atau Gapoktan yang sudah diusulkan dan ditetapkan sebagai penerima manfaat melalui Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Bencana Dalam Bentuk Uang (576111)
Bantuan diarahkan untuk merehabilitasi lahan usaha sayuran yang terkena bencana alam melalui mekanisme penyaluran dana langsung ke petani/kelompok tani/Gapoktan mengacu kepada Permentan tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012 dan Peraturan Direktur Jenderal Hortikultura tentang Pedoman Penyaluran dan
(17)
Pengelolaan Bantuan Sosial Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2012.
B. Pelaksanaan Di Provinsi Dekonsentrasi
Kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat yang dilakukan melalui dana Dekonsentrasi di Provinsi, berupa Pengembangan Kawasan Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur.
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang teknis yang menangani pembinaan pengembangan hortikultura di tingkat provinsi di 32 provinsi se-Indonesia seluas 95 Ha sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1a.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (002) Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat
Sub Output : (010) Pengembangan Kawasan Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur
Komponen : (011) Identifikasi/Koordinasi
(012) Fasilitasi Bantuan Kepada petani (013) Pembinaan/Pendampingan/
Pertemuan/Sosialisasi
(18)
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat provinsi. Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi sedangkan penerima manfaat adalah petani/kelompok tani/Gapoktan dan atau masyarakat sebagai media pembelajaran bagi pemangku kepentingan pengembangan agribisnis sayuran dan tanaman obat dalam menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana dekonsentrasi pada DIPA Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran, tanaman obat dan jamur dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang mendukung peningkatan pengembangan kawasan tanaman sayuran, tanaman obat dan jamur di tingkat provinsi secara terkoordinasi dan terintegrasi. Pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dalam bentuk kegiatan Pembuatan Lahan Usaha Model Percontohan Purwoceng di provinsi Jawa Barat seluas 6 ha,
(19)
model percontohan jahe dibawah tegakan karet di provinsi Jambi (lokasi di Kabupaten Muaro Jambi) seluas 5 ha, serta model pengembangan bawang merah dan sayuran dataran rendah di Maluku Utara, dilakukan pada lahan usaha petani atau masyarakat, di provinsi lain dilaksanakan untuk pengembangan jenis komoditas unggulan nasional, dan atau provinsi dan atau kabupaten. Tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
(011) Identifikasi/koordinasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119) dalam rangka CP/CL dan Pertemuan Koordinasi yang melibatkan Provinsi pelaksana, dan Dinas Kabupaten terkait.
(012) Fasilitasi Bantuan Kepada Petani, dengan akun Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219) berupa fasilitasi bantuan sarana produksi kepada petani.
(013) Pembinaan/pendampingan/pertemuan/sosialisasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119) dengan melibatkan petugas tingkat provinsi, kabupaten/kota, BPTPH, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya.
(20)
(014) Monitoring, evaluasi dan pelaporan dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119) yang dilakukan secara periodik oleh pelaksana kegiatan.
Tugas Pembantuan Provinsi
Kegiatan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat yang dilakukan melalui dana tugas pembantuan berupa pengembangan kawasan.
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang teknis di tingkat provinsi yang membidangi hortikultura di 25 provinsi, yang mencakup 59 kabupaten/kota, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1b.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (02) Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat
Sub Output : (001) Pengembangan Kawasan Bawang Merah
(002) Pengembangan Kawasan Bawang Putih
(21)
(004) Pengembangan Kawasan Jamur (005) Pengembangan Kawasan Kentang (006) Pengembangan Kawasan Sayuran
Organik
(007) Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat Pekarangan (008) Pengembangan Kawasan Tanaman
Obat
(009) Pengembangan Kawasan Temula-wak
Komponen : (011) Identifikasi/Koordinasi
(012) Fasilitasi Bantuan Kepada Petani (013)
Pembinaan/Pendampingan/Perte-muan/Sosialisasi
(014) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis di tingkat provinsi yang menangani pengembangan hortikultura dengan penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi. Penerima manfaat dari kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat adalah Kelompok Tani/Gapoktan terpilih yang mendapatkan pendampingan
(22)
pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran, tanaman obat dan jamur.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran, tanaman obat dan jamur dilaksanakan melalui kegiatan yang mendukung upaya pengembangan kawasan sayuran, tanaman obat dan jamur di kabupaten/kota yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan kewenangan provinsi.
Penumbuhan dan pengembangan kawasan dilakukan pada lahan usaha tani atau pekarangan milik petani atau masyarakat sebagai anggota kelompok tani berupa penataan kawasan dan atau pengutuhan kawasan dengan luasan dan jenis komoditas yang sudah ditetapkan dalam dokumen anggaran tahun 2012.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat melibatkan petugas pembina pengembangan hortikultura di Dinas Pertanian Provinsi (Bidang/Seksi, BPTPH, BPSB), Balai Pengkajian Teknologi
(23)
Pertanian (BPTP), dan instansi yang menangani penyuluhan di tingkat provinsi dan kabupaten. Pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kawasan ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Dinas Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Pelaksanaan kegiatan dapat terdiri atas komponen utama berupa (012) Fasilitasi Bantuan Kepada Petani, yang didukung oleh seluruh dan atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :
(011) Identifikasi/koordinasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119)
Identifikasi dilakukan dalam rangka pemantapan CP/CL untuk menentukan calon kelompok tani atau Gapoktan penerima manfaat dan lokasinya. Pertemuan koordinasi ditujukan untuk mengkoordinasikan rancangan penetapan kelompok tani/Gapoktan dan lokasi pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan petugas Dinas Petanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya.
(012) Fasilitasi bantuan kepada petani, dengan akun Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial dalam bentuk uang (573111) untuk pengembangan
(24)
kawasan sayuran dan tanaman obat. Penyaluran dana bansos dilakukan dalam bentuk transfer uang langsung dari Satker Dinas Pertanian Provinsi kepada kelompok tani/Gapoktan penerima manfaat yang telah ditetapkan. Pemanfaatan dana Bansos oleh kelompok tani/Gapoktan dilaksanakan berda-sarkan Rencana Usaha Kelompok (RUK) yang telah disusun dan disepakati oleh kelompok tani penerima manfaat dan telah disetujui oleh tim teknis. Komponen kegiatan yang didanai hanya yang penting dan menjadi pengungkit dalam pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat, dapat mencakup komponen budidaya maupun pascapanen.
Bantuan disampaikan melalui mekanisme penyaluran dana langsung ke petani mengacu kepada Permentan tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012 dan Peraturan Direktur Jenderal Hortikultura tentang Pedoman Penyaluran dan Pengelolaan Bantuan Sosial Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2012.
(013) Pembinaan/ pendampingan / pertemuan /sosialisasi, didanai dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan
(25)
atau Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
Pembinaan dan pendampingan dilakukan secara intensif, terintegrasi dan melibatkan petugas dari tingkat provinsi, kabupaten/kota dan BPTPH, pemangku kepentingan, petani dan instansi terkait lainnya.
Pertemuan/sosialisasi ditujukan untuk menyampaikan rancangan kegiatan, mengkoordinasikan rancangan penetapan petani dan lokasi, melibatkan provinsi pelaksana, dinas kabupaten terkait, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya.
(014) Monitoring, evaluasi dan pelaporan dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119) dilakukan secara periodik oleh pelaksana kegiatan.
C. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota
Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat melalui dana tugas pembantuan di kabupaten/kota.
(26)
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang teknis yang membidangi hortikultura di tingkat kabupaten/kota di 98 kabupaten/kota pada 23 provinsi di Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1c.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (02) Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat
Sub Output : (001) Pengembangan Kawasan Bawang Merah
(002) Pengembangan Kawasan Bawang Putih
(003) Pengembangan Kawasan Cabe (004) Pengembangan Kawasan Jamur (005) Pengembangan Kawasan Kentang (006) Pengembangan Kawasan Sayuran
Organik
(007) Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat Pekarangan (008) Pengembangan Kawasan Tanaman
(27)
(009) Pengembangan Kawasan Temula-wak
Komponen : (011) Identifikasi/Koordinasi
(012) Fasilitasi Bantuan kepada petani (013) Pembinaan/Pendampingan/
Perte-muan/Sosialisasi
(014) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat kabupaten/kota, dan penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Penerima manfaat kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat adalah Kelompok Tani/Gapoktan yang mendapatkan pendampingan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran, tanaman obat dan jamur.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota TA. 2012.
(28)
5. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran, tanaman obat dan jamur dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang mendukung peningkatan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di kabupaten/kota secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Penumbuhan dan pengembangan kawasan dilakukan pada lahan usaha tani atau unit usaha atau pekarangan milik petani/masyarakat sebagai anggota kelompok tani, berupa penataan kawasan dan atau pengutuhan kawasan dengan luasan dan jenis komoditas yang sudah ditetapkan dalam dokumen anggaran tahun 2012.
Pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dilaksanakan dengan melibatkan petugas Pembina pengembangan hortikultura di Dinas Pertanian Provinsi (Bidang/Seksi, BPTPH, BPSB), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), dan instansi yang menangani penyuluhan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pihak – pihak yang terkait dalam pengembangan kawasan ditetapkan dengan dengan surat keputusan Kepala Dinas Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Pelaksanaan kegiatan dapat terdiri atas komponen utama berupa (012) Fasilitasi Bantuan Kepada Petani, yang didukung oleh seluruh dan atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :
(29)
(011) Identifikasi/Koordinasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119)
Identifikasi dilakukan untuk menentukan calon kelompok tani atau Gapoktan penerima manfaat dan lokasinya. Pertemuan koordinasi ditujukan untuk memantapkan rancangan kegiatan, mengkoordinasikan rancangan penetapan petani dan lokasi pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan petugas Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya. (012) Fasilitasi Bantuan Kepada Petani, dengan akun
Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial dalam bentuk uang (573111) untuk pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat. Penyaluran dana bansos dilakukan dalam bentuk transfer uang langsung dari Satker Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota kepada Kelompok Tani/Gapoktan penerima manfaat yang telah ditetapkan. Pemanfaatan dana Bansos untuk pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan Rencana Usaha Kelompok (RUK) yang telah disusun dan disepakati oleh kelompok tani penerima manfaat dan telah disetujui oleh tim teknis. Komponen kegiatan yang dibiayai dari dana bansos hanya yang penting dan menjadi pengungkit
(30)
dalam kegiatan petani, dapat mencakup komponen budidaya ataupun pascapanen.
Bantuan disampaikan melalui mekanisme penyaluran dana langsung ke Kelompok Tani/Gapoktan mengacu kepada Permentan tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012 dan Peraturan Direktur Jenderal Hortikultura tentang Pedoman Penyaluran dan Pengelolaan Bantuan Sosial Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2012.
(013) Pembinaan/pendampingan/pertemuan/sosialisasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
Pembinaan dan pendampingan dilakukan secara terintegrasi, melibatkan petugas tingkat provinsi, kabupaten/kota, BPTPH, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya.
Pertemuan/sosialisasi ditujukan untuk mengkoor-dinasikan rancangan penetapan petani dan lokasi pelaksanaan kegiatan yang melibatkan provinsi pelaksana, dinas kabupaten/kota terkait, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya.
(31)
(014) Monitoring, evaluasi dan pelaporan dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119) dilakukan secara periodik oleh pelaksana kegiatan.
(32)
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. Masukan/Input 1. Dana
2. Sumber Daya Manusia (petugas, petani, pelaku usaha) 3. Data dan teknologi
B. Keluaran/Output
1. Terbentuknya kawasan sayuran dan tanaman obat seluas 5.148 Ha, meliputi komoditas cabe, bawang merah, kentang, tomat, bawang putih, jamur, tanaman obat dan temulawak pada 157 kabupaten/kota di 32 Provinsi;
2. Berkembangnya kawasan sayuran organik di 8 provinsi dan 12 Kab/Kota;
3. Tumbuhnya lahan pekarangan di 4 provinsi dan 9 perkotaan sebagai sumber sayuran dan tanaman obat untuk kebutuhan keluarga;
4. Dihasilkannya produk bermutu untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, bahan baku industri dan ekspor dengan menerapkan praktek budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik.
(33)
5. Tercapainya pemulihan pengembangan sayuran di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Hasil/Outcome
1.
Meningkatnya luas kawasan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat.2.
Meningkatkan mutu produk sayuran dan tanaman obat.3.
Meningkatnya lahan usaha percontohan.4.
Peningkatan kemampuan dan kapasitas kelembagaan tani (kelompok tani, Gapoktan, dan lain-lain).D. Manfaat/Benefit
Terbentuknya kawasan sayuran dan tanaman obat yang terintegrasi untuk memenuhi skala ekonomi.
E. Dampak/Impact
Meningkatnya produksi, produktifitas, mutu dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat.
(34)
SEKOLAH LAPANG GAP
(1771.03)
(35)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era pasar bebas menghendaki produk yang aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan dengan harga yang relatif murah (bersaing). Kondisi ini mengharuskan kita mengambil langkah-langkah kongkrit di tingkat petani/pelaku usaha, agar mereka mampu memenuhi tuntutan tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah penyelenggaraan Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) Sayuran dan Tanaman Obat.
Dalam SL-GAP dipraktekkan norma dan cara budidaya sayuran dan tanaman obat yang baik, mengacu kepada Permentan No. 48/2009 dan acuan teknis lainnya, terutama SOP spesifik komoditas dan lokasi.
SL-GAP Sayuran dan Tanaman Obat juga merupakan wahana bagi para petani/pelaku usaha untuk saling belajar dan bertukar pengalaman antar anggota dan interaksi antara pelaku usaha dan pemandu lapangan.
Pada kegiatan SL-GAP, seluruh kriteria pedoman budidaya sayuran dan tanaman obat yang baik akan dikomunikasikan dan dipraktekkan hingga pelaku usaha mampu menghasilkan produk sayuran dan tanaman obat yang aman konsumsi,
(36)
bermutu, menerapkan budidaya ramah lingkungan dan berdaya saing, baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun untuk ekspor.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan pelaksanaan kegiatan SL-GAP adalah sebagai berikut: 1. Memberikan acuan, petunjuk dan pemahaman praktis bagi
petugas di lapangan berkaitan dengan tahapan pelaksanaan kegiatan SL-GAP.
2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani/ pelaku usaha sayuran dan tanaman obat dalam melaksanakan budidaya dengan penerapan GAP/SOP spesifik lokasi.
Sasaran pelaksanaan kegiatan SL-GAP adalah mempercepat penerapan GAP/SOP oleh petani menuju registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
(37)
BAB II
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Di Provinsi Tugas Pembantuan Provinsi 1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada bidang teknis yang menangani hortikultura di tingkat Provinsi di 22 Provinsi untuk 55 Kabupaten/Kota, sebagaimana dapat dilihat pada
Lampiran 2.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (03) Sekolah Lapang GAP Sub output : tanpa sub output
Komponen : (011) Identifikasi
(012) Pelaksanaan Sekolah Lapang
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan ini adalah bidang teknis yang menangani hortikultura di tingkat Provinsi, sedangkan penanggung jawab adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah kelompoktani/ pelaku usaha di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat.
(38)
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Secara umum pelaksanaan kegiatan SL-GAP terdiri dari Identifikasi dan Pelaksanaan SL-GAP. Secara rinci metode pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : (011) Identifikasi, dengan akun Belanja Bahan (521211),
dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219).
Kegiatan ini merupakan tahapan persiapan kegiatan SL-GAP berupa identifikasi kelompoktani yang akan ditetapkan untuk menjadi objek dalam mengikuti kegiatan ini dan identifikasi lokasi yang akan digunakan sebagai demplot/percontohan SL-GAP.
(012) Pelaksanaan SL-GAP dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Honor Output kegiatan (521213).
Sekolah lapang GAP dilakukan oleh dinas teknis kabupaten/kota yang menangani hortikultura,
(39)
dipandu oleh petugas yang telah mengikuti pelatihan Pemandu Lapangan (PL2) atau petugas teknis yang memahami GAP/SOP dan PHT.
SL-GAP dilaksanakan sesuai dengan Buku Pedoman SL dan mengikuti tahapan-tahapan yang ada dalam pedoman budidaya buah dan sayur yang baik, GAP Sayuran dan Tanaman Obat. Frekuensi pertemuan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan petani/pelaku usaha peserta GAP. Peserta SL-GAP adalah petani atau kelompok tani penerima bantuan sosial di kawasan sayuran dan tanaman obat atau disesuaikan dengan kebutuhan.
B. Pelaksanaan Di Kabupaten/Kota Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada bidang teknis yang menangani hortikultura di 88 Kabupaten/Kota di Indonesia sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (03) Sekolah Lapang GAP Sub output : tanpa sub output
(40)
(012) Pelaksanaan Sekolah Lapang
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan ini adalah Bidang teknis yang menangani hortikultura di tingkat Kabupaten/Kota dengan penanggung jawab kegiatan tersebut adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah kelompoktani/pelaku usaha di lokasi kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota TA. 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Secara umum pelaksanaan kegiatan SL-GAP terdiri dari Identifikasi dan Pelaksanaan SL-GAP. Secara rinci metode pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : (011) Identifikasi, dengan akun Belanja Bahan (521211),
dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219).
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan kegiatan SL-GAP melalui identifikasi kelompoktani yang akan mengikuti kegiatan ini dan
(41)
identifikasi lokasi sebagai demplot/percontohan sekolah lapang GAP.
(012) Pelaksanaan SL-GAP dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Honor Output kegiatan (521213).
Sekolah lapang GAP dilakukan oleh Dinas teknis kabupaten/kota dengan dipandu oleh petugas yang telah mengikuti pemandu lapangan (PL2) GAP atau petugas teknis yang memahami GAP/SOP dan PHT. SL-GAP dilaksanakan sesuai dengan Buku Pedoman SL dan mengikuti tahapan-tahapan yang ada dalam GAP Sayuran dan tanaman obat. Frekuensi pertemuan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan petani/pelaku usaha peserta SL-GAP. Peserta SL-GAP adalah petani atau kelompok tani penerima bantuan sosial di kawasan sayuran dan tanaman obat atau disesuaikan dengan kebutuhan.
(42)
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. Masukan/Input 1. Dana
2. Sumber Daya Manusia (petugas, petani/kelompok tani, pelaku usaha)
3. Data dan teknologi
B. Keluaran/Output
Terlaksananya kegiatan SL-GAP di lokasi kawasan sayuran dan tanaman obat sebanyak 186 Kelompok.
C. Hasil/Outcome
Petani/pelaku usaha peserta SL-GAP meningkat pengetahuan dan keterampilannya dalam melakukan kegiatan budidaya mengacu kepada GAP dan sesuai SOP komoditas spesifik lokasi.
D. Manfaat/Benefit
1. Kegiatan produksi dan mutu produksi dapat dilaksanakan sesuai rencana dan memenuhi pedoman/aturan standar. 2. Mempercepat pelaksanaan registrasi penerapan GAP pada
(43)
E. Dampak/Impact
Meningkatnya produksi dan mutu produk sayuran dan tanaman obat yang aman konsumsi, bermutu, ramah lingkungan dan mempunyai daya saing.
(44)
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN USAHA
(1771.04)
(45)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini faktor kelembagaan agribisnis merupakan salah satu titik lemah dalam melakukan agribisnis secara berkelompok maupun dalam melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain. Kelembagaan yang lemah dicirikan dengan rendahnya kemampuan manajemen, dan keterbatasan kemampuan untuk mengakses pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dalam membangun sistem agribisnis hortikultura, pemberdayaan kelembagaan usaha sangat penting untuk diperhatikan, karena tanpa didukung oleh kelembagaan usaha, maka pelaksanaan kegiatan tidak akan berhasil. Yang dimaksud dengan kelembagaan usaha petani yang handal yaitu yang memiliki kemampuan untuk mengelola usahataninya secara mandiri dan profesional sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing, baik di pasar lokal maupun ekspor.
Kelembagaan usaha dikembangkan seiring dengan semakin meningkatnya skala usaha dan jejaring kerjasama antar pelaku usaha, oleh karena itu pemberdayaan kelembagaan agribisnis ditujukan untuk menciptakan kelembagaan yang responsif, dinamis dan berkelanjutan. Pengembangan kemandirian pelaku usaha menjadi prioritas untuk mempersiapkan para pelaku
(46)
usaha sayuran dan tanaman obat yang tangguh. Untuk mendapatkan kemandirian usaha agribisnis sayuran dan tanaman obat, seringkali dihadapkan kepada ragam dan pola pemberdayaan kelembagaan yang belum profesional sehingga terjadi kelembagaan sayuran dan tanaman obat yang maju dan ada pula yang tidak. Pembinaan kelembagaan usaha ini sangat diperlukan dalam upaya mendorong berkembangnya kelembagaan usaha untuk bermitra dengan kelembagaan permodalan dan pemasaran sehingga dapat menuju kelembagaan usaha yang mandiri.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan pemberdayaan kelembagaan usaha adalah:
1. Membentuk atau memfungsikan kelembagaan sayuran dan tanaman obat di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat.
2. Memberdayakan kelembagaan petani menjadi Badan Usaha dan meningkatkan fungsi lembaga ekonomi petani.
3. Memperbaiki sistem penyaluran produk, informasi, pelayanan dan dana serta mempermudah akses permodalan usaha.
Sasaran kegiatan pemberdayaan kelembagaan adalah:
1. Terbentuknya aliansi/jejaring komunikasi dan informasi antar pelaku usaha dalam meningkatkan kinerja usaha
(47)
untuk meningkatkan produksi, mutu, nilai tambah dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat.
2. Berkembangnya 282 kelembagaan petani (Asosiasi/ GAPOKTAN/ Kelompoktani) pada 32 provinsi.
(48)
BAB II
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Di Provinsi Dekonsentrasi
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada Bidang Teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat Provinsi di 32 provinsi di Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada
Lampiran 3.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (04) Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Sub Output : tanpa sub output
Komponen : (011) Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/ Konsorsium/Pemberdayaan (012) Pembinaan/Pendampingan
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat provinsi. penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi sedangkan penerima manfaat adalah petugas,
(49)
petani dan atau masyarakat serta pemangku kepentingan agribisnis sayuran dan tanaman obat dalam pembentukan/penguatan/pemberdayaan kelembagaan.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana dekonsentrasi pada DIPA Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2012.
5. Metode
Kegiatan yang dilakukan adalah berupa pertemuan, workshop, sosialisasi, perjalanan pendampingan/ bimbingan dan pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan terdiri atas komponen utama berupa (011) Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/ Konsorsium/ Pemberdayaan, dan dapat didukung oleh seluruh atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :
(011) Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/Konsorsium/ Pemberdayaan, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
(50)
Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/Konsorsium/Pemb erdayaan ditujukan untuk mengkoordinasikan pembentukan/penguatan/pemberdayaan
kelembagaan kelompok tani maupun pelaku usaha dengan melibatkan petugas Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya. (012) Pembinaan/Pendampingan dengan akun Belanja
Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
Pembinaan dan pendampingan dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan petugas dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, pemangku kepentingan, dan instansi terkait lainnya.
B. Pelaksanaan Di Kabupaten/Kota 1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada Bidang Teknis yang menangani pengembangan hortikultura di 125 kabupaten/kota pada 32 provinsi di Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 3.
(51)
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (04) Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Sub Output : tanpa sub output
Komponen : (011) Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/ Konsorsium/Pemberdayaan. (012) Pembinaan/Pendampingan
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat kabupaten/kota. Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, sedangkan penerima manfaat adalah petugas, petani dan atau masyarakat serta pemangku kepentingan agribisnis sayuran dan tanaman obat dalam pembentukan/penguatan/ pemberdayaan kelembagaan.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana tugas pembantuan pada DIPA Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota TA. 2012.
5. Metode
Kegiatan yang dilakukan adalah berupa pertemuan, workshop, sosialisasi, perjalanan pendampingan/
(52)
bimbingan dan pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan terdiri atas komponen utama berupa (011) Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/Konsorsium/ Pemberdayaan, dan dapat didukung oleh seluruh atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :
(011) Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/Konsorsium/ Pemberdayaan, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Pertemuan/Koordinasi/Kemitraan/Konsorsium/ Pemberdayaan ditujukan untuk mengkoordinasikan pembentukan/penguatan/pemberdayaan kelembagaan kelompok tani/Gapoktan maupun pelaku usaha (swasta) dengan melibatkan petugas Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, pemangku kepentingan dan instansi terkait lainnya.
Pertemuan dilakukan untuk fasilitasi kerjasama dan kemitraan, serta mencari solusi dan terobosan dalam pemberdayaan kelembagaan usaha.
(012) Pembinaan/Pendampingan dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non
(53)
Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
Pembinaan dan pendampingan dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan petugas dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, pemangku kepentingan, petani dan instansi terkait lainnya.
Pembinaan dan pendampingan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan organisasi kelembagaan, menjembatani kemitraan dan kerjasama usaha, serta tindak lanjut pertemuan dan solusi permasalahan.
(54)
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. Masukan/Input 1. Dana
2. Sumber Daya Manusia (petani, petugas, pelaku usaha swasta, champion dan pemangku kepentingan)
3. Data dan informasi
B. Keluaran/Output
1. Terlaksananya pembentukan/penguatan/ pemberdayaan kelembagaan Asosiasi/Gapoktan/Kelompoktani pada lokasi kawasan hortikultura sebanyak 282 lembaga.
2. Terlaksananya kegiatan pertemuan, workshop, sosialisasi dalam rangka pembentukan/penguatan/pemberdayaan kelembagaan.
3. Terlaksananya kegiatan pembinaan, bimbingan/ pendampingan, monitoring dan evaluasi dan pelaporan pada kegiatan pemberdayaan kelembagaan usaha.
C. Hasil/Outcome
1. Meningkatnya kualitas pengelolaan usaha agribisnis sayuran dan tanaman obat serta jejaring kerjasama pelaku usaha, asosiasi/Gapoktan dan Kelompok tani.
(55)
2. Meningkatkan kompetensi, kemampuan dan kapasitas Asosiasi/Gapoktan dan Kelompok tani.
D. Manfaat/Benefit
1. Meningkatnya peran kelembagaan petani (Asosiasi/ Gapoktan/Kelompok tani) dalam pengembangan usaha. 2. Meningkatnya modal dan kerjasama usaha agribisnis
hortikultura.
E. Dampak/Impact
1. Tumbuh dan berkembangnya Badan Usaha Milik Petani atau Koperasi Tani.
2. Berkembangnya perekonomian wilayah secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat umum.
(56)
PENINGKATAN KAPABILITAS
PETUGAS /PETANI
(57)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/ Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman sayuran dan tanaman obat. Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat perlu adanya kegiatan peningkatan kemampuan SDM. Peningkatan kemampuan SDM sayuran dan tanaman obat menjadi sangat penting untuk menyikapi Era Pasar Bebas pada saat ini, yang menghendaki produk sayuran dan tanaman obat yang aman konsumsi, bermutu dan ramah lingkungan dengan harga yang kompetitif. Era Pasar Bebas merupakan suatu jaman dimana di satu sisi Negara-negara maju memiliki superioritas atas peredaran barang/produk karena memiliki kemampuan tinggi di bidang teknis, sementara di sisi lain Negara-negara berkembang masih terbiasa dengan
(58)
popular lagi pada Era Pasar Bebas. Kondisi ini mengharuskan kita mengambil berbagai langkah kongkrit untuk mengantisipasi dan meningkatkan kemampuan SDM agar Indonesia sebagai penghasil komoditi sayuran dan tanaman obat yang sangat potensial di dunia, dapat terus bersaing dan produk sayuran dan tanaman obat dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri yang berpenduduk cukup besar. Salah satu langkah yang diambil adalah peningkatan kapabilitas petugas/petani yang menangani sayuran dan tanaman obat.
Peningkatan kapabilitas petugas dipandang sangat strategis, karena akan meningkatkan pemahaman petugas/petani untuk menjadi pemandu lapangan (PL) yang menguasai dan memahami penerapan GAP/GHP/SOP sesuai Permentan 48/Permentan/OT.140/10/2009 dan 62/Kementan/OT.140/ 10/2010 serta 44/Kementan/OT.140/10/2009 dalam upaya meningkatkan mutu, produksi dan produktifitas sayuran dan tanaman obat, mempunyai daya saing, memberikan kesejahteraan kepada petani, serta dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri merata sepanjang tahun maupun untuk ekspor.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan peningkatan kapabilitas petugas adalah sebagai berikut:
(59)
1. Meningkatkan kapabilitas petugas yang menangani pengembangan sayuran dan tanaman obat melalui TOT. 2. Menyediakan petugas pendamping yang mampu
mendampingi petani dalam menerapkan GAP/GHP/SOP sayuran dan tanaman obat.
3. Mempercepat pelaksanaan penerapan GAP sesuai SOP spesifik lokasi dan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
4. Mempercepat pelaksanaan penerapan GHP sesuai SOP pascapanen spesifik lokasi dan registrasi GHP sayuran dan tanaman obat.
Sasaran dari kegiatan peningkatan kapabilitas petugas adalah petugas yang menangani pelaksanaan penerapan GAP/GHP/ SOP dapat menjadi pelatih pada pelatihan GAP/GHP/SOP pada level yang lebih rendah.
(60)
BAB II
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Di Provinsi Dekonsentrasi
Kegiatan Peningkatan Kapabilitas Petugas dilakukan melalui dana Dekonsentrasi berupa TOT Pemandu Lapang GAP dan TOT Pemandu Lapang GHP.
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada Dinas teknis yang membidangi hortikultura di tingkat Provinsi di 32 Provinsi di Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 4.
2. Output/Sub Output/Komponen
Output : (06) Peningkatan Kapabilitas Petugas Sub Output : (001) Peningkatan Kapabilitas Petugas Komponen : (013) TOT pemandu lapang SL GAP
(014) TOT Pemandu lapang SL GHP
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah bidang yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat provinsi. Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian
(61)
Provinsi sedangkan penerima manfaat dari kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat adalah petugas sebagai media pembelajaran bagi pemangku kepentingan agribisnis sayuran dan tanaman obat dalam menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik dan benar (GAP dan GHP).
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui dana dekonsentrasi pada DIPA Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan peningkatan kapabilitas petugas melalui kegiatan yang mendukung kegiatan peningkatan kapabilitas petugas/petani di tingkat Provinsi. Penjelasan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
001. Peningkatan Kapabilitas Petugas
Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas petugas kabupaten/kota; adapun rincian pelaksanaan kegiatan terdiri dari:
(013) TOT Pemandu Lapang GAP dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja
(62)
Perjalanan Lainnya (524119), dan atau Honor Output Kegiatan (521213). Kegiatan ini untuk mempersiapkan petugas kabupaten/kota untuk menjadi pemandu lapangan (PL2) yang menguasai dan memahami penerapan GAP/SOP sesuai dengan Permentan 48/Permentan/OT.140/ 10/2009 beserta turunannya yang telah disusun atau disesuaikan dengan kebutuhan serta dipandu dan dilatih oleh petugas provinsi yang telah mengikuti pemandu lapangan (PL1) atau petugas teknis yang memahami GAP/SOP dan PHT. Pembekalan petugas kabupaten/kota pada kegiatan ini diharapkan akan menjadi pembina atau pendamping bagi petani dalam menerapkan cara budidaya yang baik melalui Sekolah Lapangan (SL) GAP.
(014) TOT Pemandu Lapang GHP dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119), dan atau Honor Output kegiatan (521213). Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan petugas kabupaten/kota untuk menjadi pemandu lapangan (PL2) yang menguasai dan memahami penerapan GHP/SOP Pascapanen sesuai dengan (Permentan 44/Kementan/OT.140/10/2009) yang telah disusun atau disesuaikan dengan kebutuhan serta dipandu
(63)
dan dilatih oleh petugas provinsi yang telah mengikuti pemandu lapangan (PL1) atau petugas teknis yang memahami GHP/SOP Pascapanen. Pembekalan petugas kabupaten/kota pada kegiatan ini diharapkan akan menjadi pembina atau pendamping bagi petani dalam menerapkan GHP melalui Sekolah Lapang (SL) GHP.
Dalam pelaksanaan TOT dapat juga diikuti dengan praktek dan observasi lapangan, studi kasus dan kunjungan lapang ke obyek/perusahaan yang telah menerapkan GAP/GHP dan SOP.
(64)
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. Masukan/Input 1. Dana
2. Sumber Daya Manusia (petugas, pelaku usaha, pemangku kepentingan)
3. Data dan informasi teknologi.
B. Keluaran/Output
Terlaksananya kegiatan TOT Pemandu Lapangan (PL1) GAP dan TOT Pemandu Lapang (PL2) GHP.
C. Hasil/Outcome
Meningkatnya pengetahuan petugas, meningkatnya pemahaman peran, fungsi dan tugas masing-masing serta meningkatnya ketrampilan petugas dalam melakukan pembinaan untuk penerapan GAP/GHP/SOP sayuran dan tanaman obat.
D. Manfaat/Benefit
Petani mendapat bimbingan yang diperlukan dalam rangka penerapan GAP/GHP/SOP sayuran dan tanaman obat.
(65)
E. Dampak/Impact
Produk sayuran dan tanaman obat yang aman konsumsi, bermutu, ramah lingkungan dan mempunyai daya saing di pasar domestik maupun ekspor.
(66)
PEDOMAN-PEDOMAN
(1771.07)
(67)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat mempunyai tugas pokok untuk meningkatkan Produksi, Produktifitas dan Mutu Sayuran dan Tanaman Obat. Salah satu implementasi tugas pokok tersebut adalah melakukan penyiapan, penyusunan dan perbanyakan pedoman teknis maupun pedoman kelembagaan. Pedoman tersebut akan digunakan sebagai bahan pembinaan/penyuluhan dan sosialisasi kepada para pelaku usaha/petani dalam rangka peningkatan produksi dan mutu produk khususnya di sentra-sentra produksi.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan penyusunan/perbanyakan pedoman adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan pedoman budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat
2. Menyediakan pedoman pascapanen produk sayuran dan tanaman obat
(68)
3. Memperlancar, mendukung dan melengkapi pelaksanaan kegiatan yang indikatornya adalah Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat.
Sasaran kegiatan adalah :
1. Tersedianya rujukan atau acuan yang dapat digunakan oleh pembina/petugas/penyuluh/kelompok tani/petani dalam memperlancar dan mendukung pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat.
2. Tersedianya informasi tentang teknologi budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat.
(69)
BAB II
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Di Pusat 1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura.
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (07) Pedoman-pedoman
Sub Output : (001) Pedoman Budidaya Sayuran Buah, Daun dan Umbi
(002) Pedoman Budidaya Tanaman Obat dan Jamur
(003) Pedoman Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi
(004) Pedoman Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur
Komponen : (011) Pengumpulan Data / Koordinasi (012) Penyusunan / Penggandaan
(70)
3. Pelaksanaan dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan adalah Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura. Penerima manfaat adalah pembina/ petugas/ penyuluh/ kelompok tani/ petani/ asosiasi/pelaku usaha sayuran dan tanaman obat.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2012.
5. Metode
Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan menyusun pedoman-pedoman di Pusat dalam bentuk penyediaan data, informasi dan acuan berupa buku, buku saku, leaflet dan poster. Secara rinci metode pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
001. Pedoman Budidaya Sayuran Buah, Daun dan Umbi (011) Pengumpulan Data/Koordinasi, dengan akun
Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
Pengumpulan data/koordinasi dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat untuk mendapatkan atau
(71)
mengumpulkan data dan informasi sesuai kebutuhan untuk penyusunan pedoman budidaya sayuran buah, daun dan umbi dimaksud.
(012) Penyusunan/Penggandaan, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219). Pedoman yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah berupa revisi standar sayuran. Penyusunan dilaksanakan untuk menyamakan pendapat atau persepsi dalam pelaksanaan pengembangan produksi sayuran baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten, sebagai acuan atau rujukan. Acuan atau rujukan disusun dengan melibatkan narasumber dari unsur peneliti/pakar dan pelaku usaha dari instansi terkait atau dapat disusun dengan berdasarkan pada hasil tinjauan pustaka sebagai bahan referensi. Hasil penyusunan tersebut kemudian diperbanyak atau digandakan yang nantinya akan didistribusikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota, Petani serta pemangku kepentingan yang ingin memperoleh data dan informasi mengenai pengembangan sayuran.
(72)
002. Pedoman Budidaya Tanaman Obat dan Jamur (011) Pengumpulan Data/Koordinasi, dengan akun
Belanja Perjalanan Lainnya (524119) dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219). Pengumpulan data/koordinasi dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat untuk mendapatkan atau mengumpulkan data dan informasi sesuai kebutuhan untuk penyusunan pedoman budidaya tanaman obat dan jamur dimaksud.
(012) Penyusunan/Penggandaan, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219). Pedoman yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah berupa profil, Standar Operasional Prosedur (SOP), buku referensi, dll. Sedangkan penyusunan dilaksanakan untuk menyamakan pendapat atau persepsi dalam pelaksanaan pengembangan produksi tanaman obat dan jamur baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten sebagai acuan atau rujukan. Acuan atau rujukan disusun dengan melibatkan narasumber dari unsur peneliti/pakar dan pelaku usaha dari instansi terkait atau dapat disusun dengan berdasarkan pada hasil tinjauan pustaka sebagai
(73)
bahan referensi. Hasil penyusunan tersebut kemudian diperbanyak atau digandakan yang nantinya akan didistribusikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota, Petani serta pemangku kepentingan yang ingin memperoleh data dan informasi mengenai pengembangan tanaman obat dan jamur.
003. Pedoman Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi
(011) Pengumpulan Data/Koordinasi, dengan akun Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219). Pengumpulan data/koordinasi dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat untuk mendapatkan atau mengumpulkan data dan informasi sesuai kebutuhan untuk penyusunan pedoman pascapanen sayuran buah, daun dan umbi dimaksud.
(012) Penyusunan / Penggandaan, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219). Pedoman yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah berupa leaflet, pedoman dan standar packing house, GHP sayuran, poster, dll. Sedangkan penyusunan dilaksanakan untuk menyamakan pendapat atau persepsi dalam
(74)
pelaksanaan penanganan pascapanen sayuran baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten sebagai acuan atau rujukan. Acuan atau rujukan disusun dengan melibatkan narasumber dari unsur peneliti/pakar dan pelaku usaha dari instansi terkait atau dapat disusun dengan berdasarkan pada hasil tinjauan pustaka sebagai bahan referensi. Hasil penyusunan tersebut kemudian diperbanyak atau digandakan yang nantinya akan didistribusikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota, Petani serta pemangku kepentingan yang ingin memperoleh data dan informasi mengenai penanganan pascapanen sayuran.
004. Pedoman Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur (011) Pengumpulan Data/Koordinasi, dengan akun
Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219) dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Pengumpulan data/koordinasi dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat untuk mendapatkan atau mengumpulkan data dan informasi sesuai kebutuhan untuk penyusunan pedoman Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur dimaksud.
(012) Penyusunan/Penggandaan, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Jasa Profesi
(75)
(522151) dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219). Pedoman yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah berupa buku saku, Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen, buku regulasi, buku data dan informasi, komik, dll.
Penyusunan dilaksanakan untuk menyamakan pendapat atau persepsi dalam pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten sebagai acuan atau rujukan. Acuan atau rujukan disusun dengan melibatkan narasumber dari unsur peneliti/pakar dan pelaku usaha dari instansi terkait atau dapat disusun dengan berdasarkan pada hasil tinjauan pustaka sebagai bahan referensi. Hasil penyusunan tersebut kemudian diperbanyak atau digandakan yang nantinya akan didistribusikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota, Petani serta pemangku kepentingan yang ingin memperoleh data dan informasi mengenai penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur.
(76)
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. Masukan/Input 1. Dana
2. SDM (petugas, pembina, pelaku usaha, pemangku kepentingan, dll)
3. Data dan informasi teknologi
B. Keluaran/Output
Tersedianya pedoman berupa buku SOP, buku saku, leaflet, komik, buku referensi, buku regulasi dan poster pendukung pengembangan produksi dan pascapanen sayuran dan tanaman obat.
C. Hasil/Outcome
Terintegrasinya kegiatan pengembangan produksi dan penanganan pascapanen sayuran dan tanaman obat dalam rangka pencapaian target output kegiatan yang telah ditetapkan.
(77)
D. Manfaat/Benefit
Tercapainya kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang ditunjukkan dengan pencapaian target output masing-masing indikator.
E. Dampak/Impact
Meningkatnya produksi, produktifitas dan mutu produk sayuran dan tanaman obat berkelanjutan.
(78)
REGISTRASI LAHAN USAHA
(1771.08)
(79)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melalui penerapan GAP-GHP akan dapat memberikan jaminan pada penyediaan produksi dan mutu produk, dapat menghasilkan produk sesuai yang direncanakan dan dibutuhkan pasar. Dalam pasar modern sekarang menuntut adanya jaminan mutu produk dan dapat dilakukan penelusuran balik terhadap proses produksi, lokasi dan pelaku usahanya. Salah satu sarana untuk mengakomodasi hal tersebut adalah dengan melakukan registrasi lahan usaha. Pemerintah telah mengeluarkan dua Permentan terkait dengan pengembangan produksi hortikultura yaitu Permentan Nomor 48/Permentan/ OT.140/10/2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (GAP) dan Permentan Nomor 62/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Tata Cara Penerapan dan Registrasi Kebun atau Lahan Usaha dalam Budidaya Buah dan Sayur yang Baik. Disamping itu juga ada Permentan No. 44/2009 tentang Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling Practices).
Ketiga Permentan tersebut di atas merupakan rujukan bagi petugas Pusat, Provins, Kabupaten/Kota serta petani/pelaku usaha dalam melaksanakan penerapan dan registrasi lahan usaha sayuran. Untuk komoditas tanaman obat, pedoman yang
(80)
dipakai adalah Pedoman Nomor ISBN 979-15507-1-9 Tahun 2006 dan Permentan Nomor 62/Permentan/OT.140/10/2010 dalam meregistrasi lahan usaha tanaman obat.
Registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat merupakan tahap lanjutan dari pelaksanaan penerapan GAP dalam melakukan usaha budidaya. Registrasi lahan usaha diberikan kepada petani/pelaku usaha yang telah menerapkan GAP dan sekaligus sebagai pengakuan atau keberhasilan dan upayanya dalam meningkatkan daya saing produk sayuran dan tanaman obat. Selanjutnya, Lahan Usaha yang telah menerapkan GAP dan memiliki nomor registrasi, diharapkan mendapat prioritas utama untuk disertifikasi hasil produksinya (sertifikasi PRIMA) oleh lembaga sertifikasi terakreditasi atau lembaga yang ditunjuk.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan registrasi lahan usaha adalah sebagai berikut:
1. Memberikan acuan dan petunjuk bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan registrasi lahan usaha.
2. Meningkatkan jumlah registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat yang menerapkan GAP/SOP.
Sasaran dari pedoman pelaksanaan kegiatan registrasi lahan usaha adalah terlaksananya registrasi lahan usaha kelompoktani/petani/pelaku usaha tanaman sayuran dan tanaman obat.
(81)
BAB II
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Di Provinsi 1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada Bidang teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat Provinsi di 27 Provinsi se-Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Sub Output/ Komponen Kegiatan/ Sub Komponen Kegiatan/ Detail Kegiatan
Output : (08) Registrasi Lahan Usaha Sub Output : tanpa sub output
Komponen : (011) Identifikasi/Koordinasi
(012) Penilaian Kebun/Lahan Usaha (013) Surveillance
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan ini adalah bidang teknis yang menangani hortikultura di Dinas Tingkat Provinsi, dengan penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah
(82)
petani/Gapoktan/pelaku usaha pemilik lahan usaha budidaya sayuran dan tanaman obat.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada DIPA Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Kegiatan registrasi lahan usaha meliputi Identifikasi/ Koordinasi, Penilaian Lahan Usaha dan Surveillance. Secara rinci metode pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
(011) Identifikasi/Koordinasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), Belanja Jasa Profesi (522151), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
Kegiatan registrasi lahan usaha diawali dengan identifikasi/koordinasi oleh Dinas Pertanian Provinsi berdasarkan usulan pelaku usaha sayuran dan tanaman obat melalui Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota.
(012) Penilaian Kebun/Lahan Usaha, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
(83)
Penilaian lahan usaha dilakukan oleh petugas provinsi yang menangani registrasi GAP/SOP melalui belanja perjalanan dalam rangka verifikasi/penilaian lahan usaha pada lahan usaha yang siap diregistrasi berdasarkan surat permohonan dari Kabupaten/ Kota.
(013) Surveillance, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Kegiatan Surveillance berupa belanja perjalanan dalam rangka pembinaan dan bimbingan yang dilakukan petugas dinas provinsi yang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengarahkan pelaku usaha yang belum lolos registrasi dan atau menilai kembali penerapan GAP/SOP yang akan memperpanjang masa berlakunya registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
Sangat diharapkan setiap kelompok/Gapoktan yang mendapat bantuan dana dari APBN supaya diikutkan dalam registrasi lahan usaha ini. Karena itu pembinaan dan arahan intensif penerapan GAP/SOP sangat diperlukan sehingga mereka dapat mampu sampai ke registrasi lahan usaha.
(84)
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. Masukan/Input 1. Dana
2. Sumber Daya Manusia (petugas dan pelaku usaha) 3. Data dan informasi teknologi
B. Keluaran/Output
1. Terlaksananya kegiatan penilaian lahan usaha sayuran dan tanaman obat yang telah menerapkan GAP/SOP.
2. Teregistrasinya Lahan Usaha minimal sebanyak 630 LU pada lokasi kawasan sayuran dan tanaman obat di 27 Provinsi sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 5.
C. Hasil/Outcome
Tersedianya lahan usaha petani atau pelaku usaha di kawasan sayuran dan tanaman obat yang telah menerapkan budidaya sayuran dan tanaman obat yang baik sesuai prinsip-prinsip GAP.
(85)
D. Manfaat/Benefit
Tersedianya produk sayuran dan tanaman obat yang aman konsumsi, ramah lingkungan dan berdaya saing baik untuk pemenuhan pasar domestik maupun pasar ekspor.
E. Dampak/Impact
Meningkatnya daya saing produk sayuran dan tanaman obat yang dapat memenuhi standar mutu sesuai permintaaan konsumen yang meliputi aspek mutu, keamanan pangan, kesehatan dan kelestarian lingkungan.
(86)
REGISTRASI PACKING HOUSE
(1771.09)
(87)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan pascapanen sayuran dan tanaman obat merupakan aspek dan kegiatan penting untuk menekan kehilangan hasil, memperpanjang daya simpan, memudahkan penyimpanan dan distribusi. Saat ini penanganan pascapanen oleh petani/pelaku usaha masih secara sederhana, tradisional dan relatif tertinggal dibandingkan dengan kegiatan prapanen. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya penerapan teknologi dan terbatasnya sarana penanganan pascapanen serta minimnya teknologi dan sarana pascapanen yang baik.
Dalam rangka penanganan pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik, diperlukan dukungan ketersediaan teknologi penanganan pascapanen yang baik dan penyediaan sarana bangsal pascapanen (packing house). Saat ini sudah dibangun beberapa bangsal pascapanen, baik pendanaan dari masyarakat, pelaku usaha maupun oleh pemerintah.
Registrasi Packing House adalah suatu upaya pembinaan penerapan GHP di bangsal pascapanen (Packing House), serta merupakan kegiatan fasilitasi pemerintah agar packing house siap diregistrasi. Pembinaan pengelolaan dan operasional bangsal pascapanen dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi.
(88)
Usulan registrasi packing house dibuat oleh pihak Dinas Provinsi, ditujukan ke Pusat, terhadap packing house yang dianggap sudah memenuhi persyaratan penerapan GHP. Apabila packing house belemum memenuhi persyaratan tersebut, maka perlu dilakukan pembinaan intensif serta fasilitasi kelengkapan packing house.
B. Tujuan dan Sasaran
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pembinaan dan peningkatan pengelolaan bangsal pascapanen (packing house) yang berada di sentra produksi sayuran, dan tanaman obat. Sasaran kegiatan adalah tercapainya peningkatan mutu dan penurunan kehilangan hasil produk sayuran, dan tanaman obat mulai tahap panen, penanganan pasca panen sampai tahap siap dipasarkan.
(89)
BAB II
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan di Provinsi Dekonsentrasi
1. Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang teknis yang menangani hortikultura di 5 Provinsi yaitu Jabar (2 unit), Jateng (1 unit), Jatim (3 unit), Sumut (2 unit) dan Bali (1 unit).
2. Output, Sub Output, Komponen
Output : (09) Registrasi Packing House Sub output : tanpa sub output
Komponen : (011) Identifikasi / Koordinasi
(012) Penyiapan Registrasi Packing House (013) Pembinaan / Pendampingan
3. Pelaksana dan Penerima Manfaat
Pelaksana kegiatan ini adalah bidang teknis yang menangani hortikultura di tingkat provinsi, dan penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian
(90)
Provinsi. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah petani/kelompok tani/Gapoktan/Asosiasi atau pelaku usaha di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat.
4. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan melalui dana Dekonsentrasi pada DIPA Satker Dinas Pertanian Provinsi Tahun 2012.
5. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Registrasi Packing House meliputi Identifikasi/ Koordinasi, Penyiapan Registrasi Packing House dan Pembinaan/Pendampingan. Secara rinci metode pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : (011) Identifikasi/Koordinasi, dengan akun Belanja Bahan
(521211), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119).
Kegiatan registrasi packing house diawali dengan identifikasi/koordinasi oleh Dinas Pertanian Provinsi pada lokasi kawasan sayuran dan tanaman obat yang sudah dibangun bangsal pascapanen, baik yang dibangun oleh Ditjen PPHP maupun Ditjen Hortikultura.
(91)
(012) Penyiapan Registrasi Packing House, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan atau Belanja Jasa Profesi (522151) dan atau Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219).
Kegiatan ini meliputi sosialisasi GHP dan registrasi packing house, melibatkan narasumber atau praktisi yang menguasai dengan baik tata cara pengelolaan dan penerapan GHP serta registrasi packing house. (013) Pembinaan/Pendampingan, dengan akun Belanja
Perjalanan Lainnya (524119).
Kegiatan ini berupa belanja perjalanan dalam rangka pembinaan dan bimbingan yang dilakukan petugas dinas provinsi yang bertujuan untuk: - mengarahkan packinghouse menuju registrasi, - konsolidasi pengelolaan packing house,
- melakukan konsolidasi perbaikan rantai pasok. Meskipun kegiatan ini hanya mencakup pada 9 bangsal pascapanen, namun terhadap bangsal pascapanen yang sudah ada selama ini (baik dibangun oleh pemerintah maupun swadaya pelaku usaha) tetap dilakukan pembinaan, sehingga dapat berfungsi dan beroperasi secara baik.
(92)
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. Masukan/Input 1. Dana
2. Sumber Daya Manusia (petugas dan pelaku usaha) 3. Data dan informasi teknologi
B. Keluaran/Output
Terlaksananya kegiatan identifikasi/koordinasi, penyiapan dan pembinaan/pendampingan menuju registrasi packing house sayuran dan tanaman obat, sebagaimana dapat dilihat pada
Lampiran 6.
C. Hasil/Outcome
Terwujudnya packing house produk sayuran dan tanaman obat yang beroperasi secara baik dan telah menerapkan prinsip-prinsip penanganan pascapanen yang baik (GHP).
D. Manfaat/Benefit
Pengelolaan dan pemanfaatan packing house sayuran dan tanaman obat dilakukan secara baik.
(93)
E. Dampak/Impact
Menekan kehilangan hasil, meningkatkan daya simpan, dan mempermudah distribusi produk sayuran dan tanaman obat.
(94)
SARANA PRASARANA
(1771.11)
(95)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk sayuran dan tanaman obat mempunyai karakteristik yang perishable (mudah rusak) sehingga memerlukan teknik budidaya dan pascapanen yang khusus, cepat dan tepat. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik, segar dan aman konsumsi perlu upaya penanganan yang baik dan konsisten mulai dari input produksi, proses produksi, panen sampai pada pascapanen. Perbaikan sistem pengelolaan produk sayuran dan tanaman obat dalam pengembangan teknologi budidaya, pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan unsur-unsur yang sangat diperlukan untuk mencapai peningkatan mutu produk yang lebih baik. Upaya mempercepat peningkatan mutu produk yang baik, aman konsumsi dan berdaya saing dapat dilakukan melalui penerapan budidaya yang baik (Good Agriculture Practices/ GAP) dan penanganan pascapanen yang baik (Good Handling Practices/GHP).
Pengadaan sarana prasarana merupakan pendukung pelaksanaan penerapan GAP dan GHP. Penyediaan sarana prasarana budidaya, panen dan pasca panen yang meliputi kegiatan on-farm, pembersihan, sortasi, grading, pengemasan, pengepakan, penyimpanan, dan transportasi hasil diharapkan dapat digunakan sebaik-baiknya guna mempertahankan mutu
(1)
192
Pedoman Teknis Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2012
NO. LOKASI SATKER VOLUME
5) Maros 1 Kelompok
6) Sidrap 1 Kelompok
7) Sinjai 1 Kelompok
15 Sulawesi Tenggara - Kelompok
1) Konawe 1 Kelompok
16 Sulawesi Tengah - Kelompok
1) Donggala 1 Kelompok
2) Kota Palu 1 Kelompok
17 Bali - Kelompok
1) Buleleng 1 Kelompok
2) Tabanan 1 Kelompok
3) Klungkung 1 Kelompok
18 Nusa Tenggara Barat - Kelompok
1) Lombok Barat 1 Kelompok
2) Sumbawa 1 Kelompok
3) Bima 1 Kelompok
19 Nusa Tenggara Timur - Kelompok
1) Kupang 1 Kelompok
2) Manggarai 2 Kelompok
(2)
NO. LOKASI SATKER VOLUME
20 Gorontalo - Kelompok
1) Gorontalo 1 Kelompok
21 Banten - Kelompok
1) Pandeglang 1 Kelompok
2) Lebak 1 Kelompok
22 Bengkulu - Kelompok
1) Muko-Muko 1 Kelompok
2) Lebong 1 Kelompok
23 Kalimantan Selatan - Kelompok
(3)
194
Pedoman Teknis Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2012
Lampiran 9. Pembinaan Pengembangan Produksi Tanaman
Sayuran dan Tanaman Obat (1771.17)
NO. LOKASI SATKER VOLUME
(Kab./Kota)
1 Jawa Barat 16
2 Jawa Tengah 17
3 DI Yogyakarta 4
4 Jawa Timur 18
5 Aceh 6
6 Sumatera Utara 5
7 Sumatera Barat 6
8 Riau 2
9 Jambi 6
10 Sumatera Selatan 4
11 Lampung 4
12 Kalimantan Barat 2
13 Kalimantan Timur 3
14 Sulawesi Utara 5
15 Sulawesi Selatan 10
16 Sulawesi Tenggara 1
17 Sulawesi Tengah 4
18 Bali 3
19 Nusa Tenggara Barat 4
20 Nusa Tenggara Timur 6
21 Gorontalo 4
(4)
NO. LOKASI SATKER VOLUME (Kab./Kota)
23 Banten 3
24 Sulawesi Barat 2
25 Bengkulu 4
26 Papua 6
27 Kalimantan Selatan 1
28 Kalimantan Tengah 1
29 Papua Barat 6
30 Bangka Belitung 1
31 Maluku 1
32 Maluku Utara 1
(5)
196
Pedoman Teknis Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2012
Lampiran 10. Pembinaan Pengembangan Pascapanen Tanaman
Sayuran dan Tanaman Obat (1771.18)
NO. LOKASI SATKER VOLUME
(Kab./Kota)
1 Jawa Barat 17
2 Jawa Tengah 17
3 DI Yogyakarta 4
4 Jawa Timur 18
5 Aceh 6
6 Sumatera Utara 5
7 Sumatera Barat 6
8 Riau 1
9 Jambi 6
10 Sumatera Selatan 4
11 Lampung 4
12 Kalimantan Barat 2
13 Kalimantan Timur 3
14 Sulawesi Utara 5
15 Sulawesi Selatan 10
16 Sulawesi Tenggara 1
17 Sulawesi Tengah 4
18 Bali 3
19 Nusa Tenggara Barat 4
20 Nusa Tenggara Timur 6
(6)
NO. LOKASI SATKER VOLUME (Kab./Kota)
22 Kepulauan Riau 1
23 Banten 3
24 Sulawesi Barat 2
25 Bengkulu 4
26 Papua 6
27 Kalimantan Selatan 1
28 Kalimantan Tengah 1
29 Papua Barat 6
30 Bangka Belitung 1
31 Maluku 1
32 Maluku Utara 1