Sikap Remaja mengenai Pencegahan Penularan HIVAIDS

2.2. Sikap Remaja mengenai Pencegahan Penularan HIVAIDS

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum sikap responden mengenai pencegahan penularan HIV-AIDS adalah baik sebanyak 30,08, Cukup 61,79 dan Kurang 8,13. Hasil penelitian ini ada persamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meyrani 2006 yang berjudul pengetahuan dan sikap remaja tentang HIVAIDS di lingkungan XI Kelurahan Harjosari II kecamatan Medan Amplas dengan hasil 14 orang remaja 40 mempunyai sikap baik dan 21 orang remaja 60 mempunyai sikap cukup. Hal ini tidak sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Veronika 2004 terhadap 94 orang remaja di SMU Negeri 2 Binjai menunjukkan bahwa sebanyak 75,53 71 orang memiliki sikap baik tentang PMS dan HIV-AIDS, sedangkan yang memiliki sikap cukup tentang PMS dan HIVAIDS sebanyak 24,47 23 orang. Menurut Niven 2002 pengetahuan mengenai suatu objek akan menjadi sikap bila pengetahuan itu disertai dengan suatu kesiapan bertindak. Menurut Green 1980. Dikutip dari Notoatmodjo, 2003 pengetahuan merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku yang terdiri dari 3 ranah yaitu pengetahuan, sikap, dan psikomotor, sehingga sikap bukan merupakan suatu tindakan aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, sehingga sikap yang baik ataupun rendah dapat saja memiliki perilaku seksual yang beresiko. Perkembangan jumlah penderita penyakit HIV-AIDS yang cukup pesat dari tahun ketahun perlu diupayakan pemberdayaan remaja untuk melindungi diri, usaha seperti ini terutama harus ditujukan kepada para remaja itu sendiri, sehingga diri Universitas Sumatera Utara mereka terbentuk mekanisme pencegahan yang mandiri. Pencegahan didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif terhadap perilaku seksual yang sehat dan untuk mencegah dampak-dampak negatif perilaku seksual seperti penyakit menular seksual dan HIVAIDS Sarwono, 2008. Pengetahuan akan menumbuhkan suatu sikap, baik sikap positif maupun negatif dalam diri seseorang, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri terhadap objek tersebut dan dari objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula, tetapi dalam realitasnya ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu dan dalam interaksi sosialnya.Azwar, 2005 Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Ini bisa diartikan bahwa informasi yang diterima remaja tergantung bagaimana masing- masing individu mempersepsikannya Notoatmodjo, 2003. Hasil penelitian ini antara pengetahuan dan sikap mempunyai hasil yang berbeda ini dikarenakan sikap diawali dari pengetahuan yang baik atau kurang, positif maupun negatif namun ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap maupun Universitas Sumatera Utara perilaku seseorang, sehingga apa yang diketahui seringkali tidak konsisten dengan apa yang muncul dalam sikap maupun perilakunya. Azwar, 2005. Pengetahuan, nilai kepercayaan dan tradisi merupakan faktor yang mempengaruhi dan memotivasi terjadinya sikap dan perilaku seseorang Notoatmodjo, 2003. Menurut Sarwono 2000 bahwa kenyataannya tidak selalu pengetahuan yang baik berakhir dengan sikap yang baik juga, hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo,2003 bahwa manusia juga sebagai makhluk individual sehingga apa yang datang dari dalam dirinya internal juga mempengaruhinya dalam bersikap maupun berprilaku. Hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada Notoatmodjo, 2003. Sumber informasi merupakan sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepercayaan seseorang, dalam menyampaikan informasi yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan berfikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu Azwar, 2005. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 123 responden dapat ditarik kesimpulan karakteristik responden remaja mayoritas berusia 15 tahun, berjenis kelamin perempuan,beragama islam, dan suku melayu, seluruh responden pernah mendapatkan informasi mengenai HIVAIDS dan sumber informasi yang diperoleh mayoritas dari televisi. pengetahuan dan sikap remaja mengenai pencegahan penularan HIVAIDS di SMU Negeri 2 Kota Dumai mayoritas untuk pengetahuan remaja baik dengan jumlah 69 responden 56,1 dan yang cukup berjumlah 54 responden 43,9, sedangakan untuk sikap remaja baik dengan jumlah 37 responden 30,08, sedangkan yang cukup berjumlah 76 responden 61,79 dan yang kurang 10 responden 8,13. Pengetahuan akan menumbuhkan suatu sikap, baik sikap positif maupun negatif dalam diri seseorang, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia dan dari objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula, tetapi dalam realitasnya ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu dan dalam interaksi sosialnya. Universitas Sumatera Utara