Depo Farmasi Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif Instalasi Central Sterilized Suplay Departement CSSD

Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien rawat inap terpadu B secara sistem One Day Dose Dispensing ODDD. Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi Rindu B.

c. Depo Instalasi Gawat Darurat IGD

Depo farmasi Instalasi Gawat Darurat IGD sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien Instalasi Gawat Darurat IGD. Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo Instalasi Gawat Darurat IGD.

d. Depo Farmasi Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif

Depo farmasi Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif sebagai salah satu unsur pelaksana utama kepala instalasi farmasi, bertugas membantu kepala instalasi farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS Instalasi Farmasi Universitas Sumatera Utara terhadap kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif.

e. Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat

Depo farmasi Instalasi Bedah Pusat sebagai salah satu unsur pelaksana utama kepala instalasi farmasi, bertugas membantu kepala instalasi farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien Bedah Pusat.

3.3.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai adalah suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

3.3.4.1 Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan : a. Formularium dan standar pengobatan. b. Standar pelayanan. c. Pola penyakit. Universitas Sumatera Utara d. Efektivitas dan keamanan. e. Pengobatan berbasis bukti. f. Mutu, harga dan ketersediaan di pasaran. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Formularium Nasional Fornas, dan Daftar Obat Essesial Nasional DOEN, dan e-catalogue. Penentuan pemilihan obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian. Penentuan pemilihan obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.

3.3.4.2 Perencanaan

Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan proses kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: a. Anggaran yang tersedia. b. Penetapan prioritas. c. Sisa persediaan. d. Data pemakaian periode yang lalu. e. Waktu tunggu pemesanan. f. Rencana pengembangan. Adapun perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode: Universitas Sumatera Utara a. Metode konsumsi Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan yaitu pengumpulan dan pengolahan data dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat. b. Metode epidemiologi Perhitungan kebutuhan dengan metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu. Langkah-langkah dalam metode ini adalah menentukan jumlahfrekuensi penyakit dan menyediakan standar pengobatan. c. Metode kombinasi Berdasarkan konsumsi dan epidemiologi yaitu menghitung perkiraan jumlah obat untuk setiap diagnosa yang sesuai standar pengobatan.

3.3.4.3 Pengadaan

Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUP H. Adam Malik merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan yaitu: - Pengkajian pemilihan obat. - Penentuan jumlah yang dibutuhkan. - Penyesuaian antara kebutuhan dan dana. Universitas Sumatera Utara - Pemilhan metode teknis pengadaan. - Pemilihan rekaman. - Penentuan spesifikasi kontrak. - Pemantauan proses pengadaan. - Pembayaran. Pengadaan dapat dilakukan melalui: 1. Pembelian Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah: a. Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. b. Persyaratan pemasok. c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan perbekalan farmasi. d. Pemantauan pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu. Metode pengadaan meliputi pelelangan umum, pelelangan terbatas, penunjukkan langsung dan pembelian langsung. Pembelian langsung kurang dari 50 juta melalui gudang, sedangkan lebih dari 50 juta dengan kontraktender melalui panitia pengadaanpenerimaan. 2. Produksipembuatan sediaan farmasi Produksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilaksanakan oleh kelompok kerja perbekalan. Produksi obat-obatan yang dilaksanakan adalah produksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Universitas Sumatera Utara rumah sakit. Dilaksanakan oleh kelompok kerja perbekalan. Instalasi farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila: a. Sediaan farmasi tidak tersedia di pasaran. b. Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri. c. Sediaan farmasi formula khusus. d. Sediaan farmasi kemasan yang lebih kecilrepacking. e. Sediaan farmasi untuk penelitian. f. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpananharus dibuat baru. Sarana dan fasilitas produksi harus menjamin mutu produksi yang dihasilkan. Fasilitas pengemas yang menjamin mutu dan keamanan pengguna antara lain: wadah, pembungkus, etiket dan label. 3. Sumbangandropinghibah Dilakukan permintaan, pencatatan, penerimaan, dan penggunaannya dilaporkan kepada pihak terkait.

3.3.4.4 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga tertera dalam kontrak atau surat pesanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan: a. Harus sesuai dengan faktursurat pengantarpesanan barang SPB. b. Harus sesuai kontrak SPK. c. Periksalah kondisi fisik barang dan tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun. d. Bahan baku harus disertai sertifikat analisa. Universitas Sumatera Utara e. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet MSDS. Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilaksanakan oleh panitia penerima. Didalam panitia penerima harus terlibat tenaga apoteker. Setelah penerimaan barang kontrakSPK selesai dibuat berita acara penerimaan oleh panitia penerima. Setiap penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus di entri ke komputer SIRS.

3.3.4.5 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Pokja perbekalan bertanggung jawab atas penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di gudang dan melaksanakan pengendalian serta menentukan buffer stock sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Pokja instalasi farmasi, Depo Farmasi dan instalasi user SMF bertanggung jawab atas penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di unit kerja masing-masing dan melaksanakan pengendalian serta menentukan buffer stock sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan di gudang BPJS, gudang Floor Stock diberikan per paket, gudang umum untuk IGD, pokja apotek I dan pokja apotek II, dan gudang bahan berbahaya dan mudah terbakar. Ruang penyimpanan di gudang farmasi harus memenuhi syarat penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Universitas Sumatera Utara Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus aman dalam hal kestabilan dan terhindar dari kehilangan, suhu dimana ruangan penyimpanan 15-30ºC, dan lemari pendingin 2-8ºC dan kelembaban ruangan 59-80. Penyimpanan untuk obat berkewaspadaan tinggi High Alert diberi label atau penandaan khusus berwarna merah. Penyimpanan untuk bahan berbahaya, terpisah dari obat atau sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai lainnya. Penyimpanan obat Look Alike Sound Alike LASA diberi jarak antara satu dengan yang lainnya dan diberi tanda atau label LASA berwarna hijau. Penyimpanan narkotika dilakukan di dalam lemari khusus dengan sistem double lock dan pencatatan dengan kartu stock. Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan: a. Jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai b. Kelas terapi, LASA dan High Alert. c. Bentuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai Disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First In First Out FIFO dan First Expired First Out FEFO.

3.3.4.6 Pendistribusian

Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilaksanakan instalasi farmasi dengan menggunakan sistem: a. Floor Stock. b. Resep perseoranganKartu Obat Pasien. c. One Unit Dose Dispensing OUDDOne Day Dose Dispensing ODDD. Universitas Sumatera Utara Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang masuk kedalam paket pelayanan atau tindakan yang dilaksanakan di instalasi-instalasi dilakukan dengan sistem floor stok. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk kebutuhan pasien rawat inap dilakukan dengan sistem one day dose dispensing. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk kebutuhan pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep perseorangan. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien di IGD dilakukan dengan sistem floor stok, resep perseorangan, dan one unit dose dispensing. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk ruang OK dilakukan dengan sistem floor stok paket dan one unit dose dispensing. Pemberian obat dan penulisan resep: a. Pemberian obat kepada pasien berpedoman kepada Formularium Rumah Sakit, Formularium Nasional untuk pasien BPJS b. Penulisan resepkartu obat dengan nama generik c. Penulisan resep ditulis pada blanko resep dan Kartu Obat Pasien KOP RSUP H. Adam Malik sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang lengkap d. Penulisanpermintaan obat bermerek untuk pasien BPJS dapat diganti dengan obat yang termasuk dalam Formularium Nasional dengan generik yang sama dan kadar yang sama 1. Pelayanan obat pasien rawat jalan: Universitas Sumatera Utara a. Resep yang dapat dilayani adalah resep yang sudah memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan b. Pemberian obat maksimal untuk tiga hari kecuali antibiotik, obat antifungi dapat diberikan sesuai dengan yang ditentukan lima hari dan kasus-kasus tertentupenyakit kronis dapat diberikan maksimal untuk pemakaian satu bulan c. Jumlahjenis obat setiap lembar resep maksimal tiga macam

2. Pelayanan obat pasien obat rawat inap dilakukan dengan sistem:

- OUDD One Unit Dose Dispensing - Pemberian obat pasien pulang maksimum tiga hari

3. Pelayanan obat emergensi:

a. Obat-obat emergensi disediakan oleh instalasi farmasi di setiap ruangan rawat inap, instalasi gawat darurat dan kamar operasi sesuai dengan jumlah dan obat yang ditentukandisepakati, diperiksa stok obat setiap hari, dan expire date setiap bulannya. b. Petugas farmasi memeriksamelengkapi stok obat dalam trolley emergensi setiap pemakaianbulan bersama dengan perawat penanggung jawab trolley emergensi di masing-masing unit pelayanan.

3.3.4.7 Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemusnahan dilakukan untuk menjamin sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak memenuhi syarat untuk dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya pemusnahan akan mengurangi Universitas Sumatera Utara beban penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang sub standar. Barang yang mendekati expire date 3-6 bulan ditarik kembali oleh instalasi farmasi, apabila obat masih bisa digunakan oleh pasien digunakan terlebih dahulu dan apabila tidak bisa digunakan lagi, obat dikumpulkan untuk untuk dikembalikan ke PBF. Penarikan dilakukan untuk produk yang izin edarnya telah dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM. Rumah sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan pemusnahan dan penarikan tersebut.

3.3.4.8 Pengendalian

Adapun kegiatan pengendalian di rumah sakit RSUP H. Adam Malik adalah: a. Memperkirakan atau menghitung jumlah pemakaian rata-rata per periode distribusi. b. Menentukan stok optimum, stok pengaman dan menentukan waktu tunggu lead time.

3.3.4.8 Administrasi dan Pelaporan

Administrasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUP H. Adam Malik merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai secara rutin dalam periode bulanan dan tahunan. Universitas Sumatera Utara Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai , tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuan administrasi dan pelaporan: a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi b. Tersedianya informasi yang akurat c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan d. Mendapat datalaporan yang lengkap untuk membuat perencanaan e. Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif.

3.3.5 Pelayanan Kefarmasian dalam penggunaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai 3.3.5.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh pokja apotek I dan pokja apotek II. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep dan ruanganunit asal resep, persyaratan farmasetik bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara pemakaian dan persyaratan klinis ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontra indikasi dan efek aditif baik untuk pasien rawat inap maupun Universitas Sumatera Utara rawat jalan. Kemudian resep di telaah oleh apoteker, untuk resep yang tidak tepat akan dicatat pada lembar telaah lalu diarsipkan di setiap unit.

3.3.5.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan sistem SIRS dan wawancara langsung dengan pasien.

3.3.5.3 Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat di RSUP H. Adam Malik dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

3.3.5.4 Pelayan Informasi Obat PIO

Pelayanan Informasi Obat PIO di RSUP H. Adam Malik adalah pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat tentang obat kepada profesi kesehatan lainnya dan pasien. Seluruh kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik. Untuk pasien rawat inap, PIO dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan, dilakukan oleh pokja apotek I dan pokja apotek II, dan juga dilaksanakan oleh seluruh pokjadepo farmasi yang ada di IFRS. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan. Penyuluhan di rumah sakit dikoordinasikan oleh PKMRS dan yang sudah terstruktur dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu bulan, Kemudian setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis Universitas Sumatera Utara

3.3.5.4 Konseling

Konseling merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pelaksanaan konseling di RSUP H. Adam Malik masih belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling untuk pasien rawat inap masih belum dilakukan. Konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling yang bersebelahan dengan pokja apotek II. Kriteria pasien yang memerlukan pelayanan konseling diantaranya penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes, kardiovaskular, pasien dengan resep polifarmasi 5 atau lebih obat dan obat dengan tehnik khusus.

3.3.5.6 Visite

Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi Multidisplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaannya, aturan pemakaian, dosis yang diberikan dan efek samping obat.

3.3.5.7 Pemantauan Terapi Obat PTO

Pemantauan terapi obat dilakukan bersamaan dengan visite untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

3.3.5.8 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat

Kegiatan monitoring efek samping obat di RSUP H. Adam Malik dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Agar MESO di Universitas Sumatera Utara RSUP H. Adam Malik dapat terjangkau seluruhnya, maka farmasi klinis melatih kepala ruangan untuk memantau Efek Samping Obat ESO di ruangan masing-masing. Bila tenaga kesehatan menemukan Efek Samping Obat ESO yang tidak lazim, maka dilaporkan ke pokja Farmasi Klinis, kemudian farmasi klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika kasus yang didapat ternyata memang Efek Samping Obat ESO yang jarang dan berbahaya, maka informasi tersebut akan dicatat dalam formulir ESO dan selanjutnya dikirim ke pusat MESO Nasional melalui PFT, kemudian petugas farmasi akan mencatat manifestasi ESO pada rekam medis pasien dan menempelkan stiker alergi obat pada rekam medik dalam catatan perkembangan terintegrasi dan sampul depan status pasien. Adapun jenis MESO yang dilaporkan adalah: 1. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek samping yang selama ini belum pernah terjadi 2. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat 3. Setiap reaksi efek samping obat yang serius

3.3.5.9 Evaluasi Penggunaan Obat EPO

Evaluasi penggunaan obat dilakukan bersamaan dengan visite untuk pola penggunaan obat di RSUP H. Adam Malik. 3.3.5.10 Dispensing Sediaan Steril Dispensing sediaan merupakan kegiatan pelayanan yang di mulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkanmeracik obat, memberikan labeletiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai di sertai Universitas Sumatera Utara dokumentasi. Dispensing sediaan khusus meliputi pencampuran obat kemoterapi, pencampuran obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral. Proses dispensing di pokja apotek I dan pokja apotek II untuk pasien rawat jalan, sedangkan untuk pasien rawat inap dilakukan di masing-masing depo. Dispensing sediaan steril di RSUP H. Adam Malik dilakukan sepenuhnya oleh farmasi klinis diruang khusus dispensing sediaan steril.

3.3.5.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah

Pemantauan kadar obat dalam darah di RSUP H. Adam Malik belum dilakukan.

3.4 Instalasi Central Sterilized Suplay Departement CSSD

Instalasi Cental Sterilized Suplay Departement CSSD atau sterilisasi pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan kegiatan pelayanan kebutuhan steril. Peranan CSSD di Rumah Sakit bertujuan untuk: 1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pencucian, pengemasan dan strelisisasi dengan sempurna 2. Mengurangi penyebaran kuman di lingkungan Rumah Sakit, menyediakan dan menjamin kualitas hasil strerilisasi terhadap produk yang dihasilkan Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit. Universitas Sumatera Utara Instalasi CSSD dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan Kepala instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan dalam perencanaan dan pemenuhan kebutuhan CSSD, menyelenggarakan sterilisasi dan pelayanan kepada unit- unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sterilisasi. Wakil kepala instalasi membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan di Instalasi CSSD. Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di CSSD. Ka. Instalasi CSSD Wa. Ka. Instalasi CSSD Tata Usaha Pokja Penyediaan Pokja Sterilisasi Pokja Distribusi Direktur Umum dan Operasional Universitas Sumatera Utara Dalam menunjang tugas dan fungsi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu: a. Pokja Penyediaan Pokja penyediaan bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan penyediaan dan penerimaan kebutuhan steril di CSSD. b. Pokja Pencucian dan Sterilisasi Pokja pencucian dan sterilisasi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian dan sterilisasi kebutuhan di CSSD mulai dari pembilasan atau pencucian, pengeringan, pengemasan paket, sterilisasi dan penyimpanan. c. Pokja Distribusi Pokja distribusi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pendistribusian kebutuhan steril untuk unit IGD, IBP, IPI, Poliklinik, Rindu A dan Rindu B. Standar gedung yang harus dipedomani yaitu sistem satu arah. Sehingga diharapkan mencegah kontaminasi silang yang mungkin dapat terjadi. Ruangan yang tersedia di instalasi sterilisasi pusat yaitu : 1. Ruang lantai 1 ISP yang terdiri dari ruang kotor dekontaminasi, ruang sterilisasi dan ruang bersih. 2. Ruang Depo ISP dilantai 3 yang terdiri dari ruang kotor dekontaminasi, ruang steril, ruang sterilisator Etilen Oksida. Alur kerja yang terjadi di CSSD yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Penerimaan alat-alat yang perlu disterilkan dari unit-unit diloket penerimaan. 2. Masuk ruang dekontaminasi, alat akan dicuci dan dibersihkan. 3. Menuju ruang bersih, disini alat akan dikemas, diberi label dan indikator. 4. Proses sterilisasi 5. Alat yang sudah disterilisasi akan masuk ke ruang steril dan disimpan disana sebelum digunakan kembali. Gambar 3.3 Alur kerja instalasi pusat sterilisasi Depkes b Cara sterilisasi ada dua macam, yaitu: , 2009. 1. Sterilisasi suhu tinggi 134 o Dengan stim uap air bertekanan tinggi yang digunakan untuk alat-alat yang tahan terhadap suhu panas seperti logam, kain katun yang yahan panas, dll. C 2. Sterilisasi suhu rendah 50 o – 60 o C Universitas Sumatera Utara Prinsip kerjanya memakai sterilan. Digunakan untuk alat-alat yang tidak tahan panas seperti jenis-jenis plastik. Sterilisasi suhu rendah menggunakan reagen sebagai sterilan, reagen nya adalah : a. Ethylen Oksida proses sterilisasi selama 11-12 jam. b. H 2 O 2 c. Formaldehid proses sterilisasi selama 4-4,5 jam. proses sterilisasi selama 1-1,5 jam. Sterilan harus ada jaminan dapat mensterilkan bahanalat yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin steril alat bahan diperlukan mekanisme yang ketat. Oleh karena itu, perlu melakukan proses monitoring proses sterilisasi. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah : a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan b. Data mesin sterilisasi c. Waktu kadaluarsa Pemantauan proses sterilisasi secara rutin dilakukan dengan indikator sterilisasi terdiri dari: 1. Indikator mekanik adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi dengan sistem steam seperti indikator suhu dan tekanan yang menunjukkan alat sterilisasi bekerja dengan baik. 2. Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan, dengan adanya perubahan Universitas Sumatera Utara warna.Indikator kimia yang digunakan yaitu indikator eksternal Autoclave tape, indikator internal Comply. 3. Indikator Bowie-Dick. Indikator ini hanya digunakan untuk sterilisasi uap.Dilakukan 1x sehari. 4. Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. 5. Indikator mikrobiologi berkaitan dengan exp. Date instrumen yang mengalami proses sterilisasi. Contohnya kassa setelah dilakukan uji mikrobiologi expired date bisa sampai 3 bulan dengan syarat disimpan di lemari tertutup, terpisah dari alat-alat lain dan penyimpanannya di suhu sejuk. Diinstalasi CSSD Rumah Sakit Haji Adam Malik, untuk barangalat yang telah disterilkan waktu expire date selama tujuh hari. Namun setelah diuji mikrobiologi selama 3 bulan masih bebas dari mikroorganisme. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 24 tentang Rumah sakit, rumah sakit umum kelas A harus mempunyai minimal 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medis, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis, dilihat dari jumlah spesialisasi yang ada RSUP H. Adam Malik sudah memenuhi kriteria rumah sakit kelas A, dimana RSUP H. Adam Malik memiliki 20 Staf Medik Fungsional SMF dan 28 spesialisasi kedokteran dan sesuai dengan SK MenKes No. 335MenKesSKVII1990, RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit umum kelas A yang dipimpin oleh seorang direktur utama dan dibantu oleh 4 direktur yang mengepalai direktorat masing-masing. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi.

4.2 Peran Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Peran apoteker di RSUP H. Adam Malik tidak hanya pada instalasi farmasi rumah sakit tetapi juga berperan serta pada Panitia Farmasi dan Terapi PFT dan Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD. Peran apoteker sebagai sekretaris di Panitia Farmasi dan Terapi PFT sangatlah penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat diseluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini, sehingga dengan keberadaan apoteker di Panitia Farmasi dan Terapi PFT dapat turut Universitas Sumatera Utara