dokumentasi. Dispensing sediaan khusus meliputi pencampuran obat kemoterapi, pencampuran obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral. Proses
dispensing di pokja apotek I dan pokja apotek II untuk pasien rawat jalan, sedangkan untuk pasien rawat inap dilakukan di masing-masing depo.
Dispensing sediaan steril di RSUP H. Adam Malik dilakukan sepenuhnya oleh farmasi klinis diruang khusus dispensing sediaan steril.
3.3.5.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
Pemantauan kadar obat dalam darah di RSUP H. Adam Malik belum dilakukan.
3.4 Instalasi Central Sterilized Suplay Departement CSSD
Instalasi Cental Sterilized Suplay Departement CSSD atau sterilisasi pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan
kegiatan pelayanan kebutuhan steril. Peranan CSSD di Rumah Sakit bertujuan untuk:
1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pencucian, pengemasan dan strelisisasi dengan sempurna
2. Mengurangi penyebaran kuman di lingkungan Rumah Sakit, menyediakan dan menjamin kualitas hasil strerilisasi terhadap produk yang dihasilkan
Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit,
mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan
rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Instalasi CSSD dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Struktur Organisasi Instalasi
CSSD RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik
Medan
Kepala instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan dalam perencanaan dan pemenuhan
kebutuhan CSSD, menyelenggarakan sterilisasi dan pelayanan kepada unit- unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril, menyelenggarakan penelitian
dan pengembangan dalam bidang sterilisasi. Wakil kepala instalasi membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan,
mengkoordinasikan, merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan di Instalasi CSSD.
Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di CSSD.
Ka. Instalasi CSSD Wa. Ka. Instalasi CSSD
Tata Usaha
Pokja Penyediaan
Pokja Sterilisasi Pokja
Distribusi Direktur Umum dan Operasional
Universitas Sumatera Utara
Dalam menunjang tugas dan fungsi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu: a. Pokja Penyediaan
Pokja penyediaan bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan penyediaan dan penerimaan kebutuhan
steril di CSSD. b. Pokja Pencucian dan Sterilisasi
Pokja pencucian dan sterilisasi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian dan sterilisasi kebutuhan
di CSSD mulai dari pembilasan atau pencucian, pengeringan, pengemasan paket, sterilisasi dan penyimpanan.
c. Pokja Distribusi Pokja distribusi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam
menyelenggarakan seluruh kegiatan pendistribusian kebutuhan steril untuk unit IGD, IBP, IPI, Poliklinik, Rindu A dan Rindu B.
Standar gedung yang harus dipedomani yaitu sistem satu arah. Sehingga diharapkan mencegah kontaminasi silang yang mungkin dapat
terjadi. Ruangan yang tersedia di instalasi sterilisasi pusat yaitu : 1. Ruang lantai 1 ISP yang terdiri dari ruang kotor dekontaminasi, ruang
sterilisasi dan ruang bersih. 2. Ruang Depo ISP dilantai 3 yang terdiri dari ruang kotor dekontaminasi,
ruang steril, ruang sterilisator Etilen Oksida. Alur kerja yang terjadi di CSSD yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Penerimaan alat-alat yang perlu disterilkan dari unit-unit diloket penerimaan.
2. Masuk ruang dekontaminasi, alat akan dicuci dan dibersihkan. 3. Menuju ruang bersih, disini alat akan dikemas, diberi label dan indikator.
4. Proses sterilisasi 5. Alat yang sudah disterilisasi akan masuk ke ruang steril dan disimpan
disana sebelum digunakan kembali.
Gambar 3.3 Alur kerja instalasi pusat sterilisasi Depkes
b
Cara sterilisasi ada dua macam, yaitu:
, 2009.
1. Sterilisasi suhu tinggi 134
o
Dengan stim uap air bertekanan tinggi yang digunakan untuk alat-alat yang tahan terhadap suhu panas seperti logam, kain katun yang yahan panas, dll.
C
2. Sterilisasi suhu rendah 50
o
– 60
o
C
Universitas Sumatera Utara
Prinsip kerjanya memakai sterilan. Digunakan untuk alat-alat yang tidak tahan panas seperti jenis-jenis plastik.
Sterilisasi suhu rendah menggunakan reagen sebagai sterilan, reagen nya adalah :
a. Ethylen Oksida proses sterilisasi selama 11-12 jam. b. H
2
O
2
c. Formaldehid proses sterilisasi selama 4-4,5 jam. proses sterilisasi selama 1-1,5 jam.
Sterilan harus ada jaminan dapat mensterilkan bahanalat yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin steril alat bahan diperlukan
mekanisme yang ketat. Oleh karena itu, perlu melakukan proses monitoring proses sterilisasi. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah
: a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan
b. Data mesin sterilisasi c. Waktu kadaluarsa
Pemantauan proses sterilisasi secara rutin dilakukan dengan indikator sterilisasi terdiri dari:
1. Indikator mekanik adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi dengan sistem steam seperti indikator suhu dan tekanan yang menunjukkan alat
sterilisasi bekerja dengan baik. 2. Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi pada obyek yang disterilkan, dengan adanya perubahan
Universitas Sumatera Utara
warna.Indikator kimia yang digunakan yaitu indikator eksternal Autoclave
tape, indikator internal Comply. 3. Indikator Bowie-Dick. Indikator ini hanya digunakan untuk sterilisasi
uap.Dilakukan 1x sehari. 4. Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.
5. Indikator mikrobiologi berkaitan dengan exp. Date instrumen yang mengalami proses sterilisasi. Contohnya kassa setelah dilakukan uji
mikrobiologi expired date bisa sampai 3 bulan dengan syarat disimpan di lemari tertutup, terpisah dari alat-alat lain dan penyimpanannya di suhu
sejuk. Diinstalasi CSSD Rumah Sakit Haji Adam Malik, untuk barangalat yang
telah disterilkan waktu expire date selama tujuh hari. Namun setelah diuji mikrobiologi selama 3 bulan masih bebas dari mikroorganisme.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 24 tentang Rumah sakit, rumah sakit umum kelas A harus mempunyai minimal 4 spesialis
dasar, 5 spesialis penunjang medis, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis, dilihat dari jumlah spesialisasi yang ada RSUP H. Adam Malik sudah memenuhi
kriteria rumah sakit kelas A, dimana RSUP H. Adam Malik memiliki 20 Staf Medik Fungsional SMF dan 28 spesialisasi kedokteran dan sesuai dengan SK
MenKes No. 335MenKesSKVII1990, RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit umum kelas A yang dipimpin oleh seorang direktur utama dan
dibantu oleh 4 direktur yang mengepalai direktorat masing-masing. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan yang menyelenggarakan
program latihan untuk berbagai profesi.
4.2 Peran Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Peran apoteker di RSUP H. Adam Malik tidak hanya pada instalasi farmasi rumah sakit tetapi juga berperan serta pada Panitia Farmasi dan Terapi
PFT dan Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD. Peran apoteker sebagai sekretaris di Panitia Farmasi dan Terapi PFT sangatlah penting
karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat diseluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini, sehingga
dengan keberadaan apoteker di Panitia Farmasi dan Terapi PFT dapat turut
Universitas Sumatera Utara
ambil bagian menetapkan kebijkan-kebijakan mengenai pemilihan obat serta evaluasinya dalam bentuk formularium. Peran apoteker juga memberikan
kontribusi dalam terbitnya pedoman penggunaan antibiotik dalam tim Program Pengendali Resistensi Antibiotik PPRA.
Terhitung tanggal 01 Januari 2014, RSUP H. Adam Malik telah mengacu kepada formularium nasional, dimana pasien Askes dan Jamkesmas
ditangani oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS.
4.3 Instalasi Farmasi RSUP H. Adama Malik
Peran apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS merujuk pada falsafah pelayanan farmasi menurut surat keputusan MenKes No.
1333MenKesSKXII1999 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyrakat. Tanggung jawab yang begitu besar
di pikul oleh apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS dalam penyediaan obat yang bermutu dan meminimalkan terjadi Drug Related
Problem DRP, memantau penggunaan obat yang rasional, memonitoring efek samping obat dan melakukan pelayanan informasi obat.
4.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUP H. Adam Malik dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi PFT
Universitas Sumatera Utara
dimana penetapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sudah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan formularium nasional, standar
pelayanan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga, dan ketersediaan di pasaran.
Pembelian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS dengan mengeluarkan
Surat Pesanan SP ke distributor, sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang masuk diantar ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit
IFRS, untuk diterima, diperiksa dan diteliti keadaannya, disesuaikan dengan Surat Pengantar Barang SPB dan Surat Pesanan SP oleh petugas pokja
perbekalan, kemudian di entry data sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang masuk ke Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS dan
disimpan. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di tempat yang aman dan berkunci sesuai dengan sifatnya obat
termolabil dilemari pendingin pada suhu 2-8
o
C, dan obat pada suhu ruangan 15-25
C dan dilakukan pencatatan suhu minimal dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, bentuk sediaan oral, injeksi, infus, salep, bahan baku obat mudah
menguapterbakar terpisah dari produk farmasi lainnya. Obat narkotik dalam lemari khusus dan terkunci double lock dan obat high alert pada lemari
khusus yang ditandai garis merah diberi tanda label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan high alert dan disusun secara alfabetis
dengan sistem first in first out FIFO dan first expired first out FEFO.
Universitas Sumatera Utara
Gudang penyimpanan di RSUP H. Adam Malik terdiri dari gudang sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai umum, gudang
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai Badan Pelayanan Jaminan Sosial BPJS, gudang sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai floor stock. Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi.
Kegiatan produksi yang dilakukan di RSUP H. Adam malik adalah memproduksi merubah bentuk sediaan NaCl 0,9 non steril, kloralhidrat,
handrub serta mengubah kemasan yang lebih kecil re-packing antara lain isodin povidon iodin dan dilakukan pengenceran untuk alkohol 96
menjadi 70, H
2
O
2
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai di unit-unit pelayanan seperti: 3, formalin 10. Adanya kegiatan produksi yang
dilakukan oleh instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik memberikan efisiensi biaya yang lebih ekonomis kepada rumah sakit.
a. Depo rawat inap terpadu A Rindu A. Depo rawat ianap terpadu Rindu B, Depo CMU, Depo Instalasi Gawat Darurat IGD, Apotek I dan Apotek
II b. Instalasi seperti Instalasi Diagnostik Terpadu IDT, Instalasi Hemodialisa
IHD, Instalasi Patologi Anatomi IPA, Mikrobiologi, Rehabilitasi Medis dan Istalasi Radiologi
c. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan
Universitas Sumatera Utara
4.4 Pelayanan Farmasi Klinik 4.4.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh pokja apotek I
dan pokja apotek II. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter,
paraf dokter, tanggal resep dan ruanganunit asal resep, persyaratan farmasetik bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan dan
persyaratan klinis ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan Efek Samping Obat ESO, kontraindikasi dan
efek aditif baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
4.5.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat