127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1. Variabel suasana toko store atmosphere berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan impulsive buying di outlet Alfamart Jalan Pematang Tengah, Tanjung Pura. Suasana toko
store atmosphere dapat mempengaruhi pembelian tidak direncanakan impulsive buying. Hasil ini menerima hipotesis awal yang menyatakan
suasana toko store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan impulsive buying di outlet
Alfamart Pematang Tengah, Tanjung Pura.
2. Variabel display produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan di outlet Alfamart Jalan Pematang Tengah,
Tanjung Pura. Display produk tidak dapat mempengaruhi pembelian tidak direncanakan impulsive buying. Hasil ini menolak hipotesis awal yang
menyatakan display produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan di outlet Alfamat Jalan Pematang Tengah,
Tanjung Pura. 3. Variabel harga produk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pembelian tidak direncanakan impulsive buying di outlet Alfamart Jalan
Universitas Sumatera Utara
128
Pematanh Tengah, Tanjung Pura. Harga produk tidak dapat mempengaruhi pembelian tidak direncanakan impulsive buying. Hasil ini menolak
hipotesis awal yang menyatakan harga produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan impulsive buying di
outlet Alfamart Jalan Pematang Tengah, Tanjung Pura. 4. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah
sebesar 0,234 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu suasana toko store
atmosphere, display produk, harga produk adalah 23,4, sisanya sebesar 76,6 dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suasana toko store atmosphere
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan impulsive buying. Variabel ini merupakan variabel yang paling dominan.
Namun, pihak manajemen outlet Alfamart masih harus ditingkatkan lagi dengan cara memperbaiki, mempertahankan, dan memperhatikan suasana
toko store atmosphere yang bersih, wangi, dan nyaman membuat konsumen betah berada berlama-lama didalam toko sehingga dapat
menimbulkan pembelian tidak direncanakan impulsive buying.
Universitas Sumatera Utara
129
2. Selain itu display produk yang berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pembelian tidak direncanakan impulsive buying di outlet Alfamart Jalan Pematang Tengah, Tanjung Pura. Konsumen tidak
mementingkan display produk untuk melakukan pembelian tidak direncanakan impulsive buying. Tetapi bagi pihak manajemen outlet
Alfamart Jalan Pematang Tengah, Tanjung Pura hendaknya senantiasa memperhatikan penataandisplay produk yang ada di dalam outlet, apakah
sudah sesuai dan menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian tidak direncanakan impulsive buying.
3. Dan harga produk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembelian
tidak direncanakan impulsive buying, namun dibandingkan dengan suasana toko store atmosphere dan display produk, harga produk hal ini
menunjukan nilai yang tidak lebih besar dari kedua variabel diatas, Hal ini menjadi perhatian pihak manajemen tetap harus memberikan harga produk
yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas dari produk tersebut serta dapat bersaing di tengah-tengah persaingan antara usaha sejenisnya.
4. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, diharapkan kepada peneliti
selanjutnya untuk dapat lebih menyempurnakan penelitian ini, dengen menggunakan faktor-faktor lain selain yang diteliti oleh peneliti.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Retail Management
2.1.1 Pengertian Retailing
Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecahkan sesuatu Utami, 2012 : 5. Menurut Kotler dalam Dessyana,
2013 mendefinisikan ritel sebagai kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan
bukan bisnis. Ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga. Menurut
Dunne dan Lusch dalam Abel dan Hussein, 2015 “Ritel adalah kegiatan dan langkah akhir dalam menghantarkan barang atau jasa kepada konsumen akhir”.
Bisnis ritel merupakan semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan
penggunaan bisnis. Dan manajemen ritel dipahami sebagai segala upaya yang dilakukan dalam mengelola bisnis ritel, dimana di dalamnya juga termasuk
pengelolaan yang terkait dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, dan operasional bisnis ritel Utami, 2012 : 5.
Jadi dari teori diatas dapat disimpulkan, Retailing adalah suatu kegiatan dan langkah terakhir yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara
langsung kepada konsumen akhir yang digunakan untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis atau di perjual belikan kembali.
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.2 Jenis Retailing
Menurut Meyer dalam Harviona, 2010 mengklasifikasikan retailing berdasarkan lima kriteria, yaitu tipe kepemilikan, produk atau jasa yang dijual,
non-storeretailing, strategi penetapan harga, dan lokasi.
a Tipe Kepemilikan Berdasarkan tipe kepemilikan, retailing dapat dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu: 1.
Independent retail firm perusahaan ritel independen, yaitu suatu outlet pengecer yang dimiliki dan dioperasikan secara independen dan tanpa
afiliasi penggabungan. 2.
Franchising waralaba, yaitu suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk franchisor
memberikan kepada individu atau perusahaan lain franchisee yang berskala kecil atau menengah, hak-hak istimewa untuk melakukan suatu
sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, dan disuatu tempat tertentu pula.
3. Corporate chain rantai perusahaan, yaitu suatu kelompok yang terdiri
dari dua atau lebih usahabisnis yang saling berkaitan atau berhubungan dalam satu manajemen dan dimiliki oleh suatu kelompok pemegang
saham. b Produk atau Jasa yang dijual
Berdasarkan kriteria ini, retailing dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu service retailing dan product retailing.
Universitas Sumatera Utara
14
1. Service Retailing Jasa ritel
Ada tiga jenis service retailing, yaitu rented-goods services jasa sewa barang, owned-goods service jasa milik barang dan non-goods services
jasa bukan barang. a.
Rented-goods service jasa sewa barang Pada jenis ini, konsumen biasanya menyewa dan menggunakan
produk-produk tertentu, namun kepemilikannya tetap berada pada pihak retailer. Contohnya: penyewaan mobil, kaset video dan
apartemen. b.
Owned-goods service jasa milik barang Pada owned-goods service, produk-produk yang dimiliki oleh para
konsumen direparasi, ditingkatkan atau dikembangkan untuk kerjanya, atau dipeliharadirawat. Contohnya: jasa reparasi jam tangan, motor,
pencucian mobil, dry cleaning, perawatan taman, dll. c.
Non-goods services jasa bukan barang Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal yang bersifat
intangible tidak berbentuk produk fisik ditawarkan kepada konsumen. Contohnya: baby-sitter, supir, pemandu wisata, dll.
2. Product Retailing ritel produk
Product retailing terdiri atas beberapa jenis, diantaranya adalah: a.
Toko serba ada Department store Department store adalah suatu perusahaan eceran yang
mempekerjakan paling sedikit 25 orang dan memiliki penjualan
Universitas Sumatera Utara
15
pakaian dan peralatan rumah tangga sejumlah 20 persen atau lebih dari penjualan totalnya. Setiap divisi merupakan gabungan dari beberapa
departemen yang menjual lini barang dagangan mebel, perabotan, peralatan dan perlengkapan rumah tangga, dan pakaian yang saling
berkaitan atau berhubungan. b.
Specialty store toko khusus Ciri khas specialty store adalah konsentrasinya pada jenis barang
dagangan yang terbatassedikit. Specialty store biasanya berlokasi di pusat perbelanjaan yang besar. Contohnya:Toys”R”Us mainan anak-
anak, Athlete Foot sepatu olahraga, dll. c.
Katalog Showroom Katalog showroom menawarkan harga rendah, merek nasional,dan
daerah perbelanjaan yang kecil dengan yang berdekatan dengan tempat pajangan display ecerannya. Biasanya pembeli menelaah katalog-
katalog yang terdistribusi luas sebelum mengunjungi toko tersebut. d.
Food and Drug Retailer ritel makanan dan obatan Ada tiga jenis utama food and drug retailer, yaitu pasar swalayan
supermarket dan superdrug store, conveniencestore, dan combination store. Superdrug store adalah toko-toko besar yang
menjual makanan atau obat-obatan dalam jumlah besar dengan harga yang rendah. Convenience Store adalah toko swalayan mini yang
menjual barang kebutuhan sehari-hari dan berlokasi di sekitar tempat pemukiman penduduk, serta biasanya buka 24 jam. Combination store
Universitas Sumatera Utara
16
atau superstore merupakan kombinasi pasar swalayan dan toko serba yang menjual barang-barang umum general merchandise dengan
harga yang di diskon secara periodik, dan umumnya mempunyai luas toko 35.000 hingga 60.000 kaki persegi.
c. Non-store retailing bukan toko ritel Non-store retailing menjual produk dan jasa dengan menggunakan metode-
metode, seperti Telephone and Media Retailers, direct selling, vending machines, mail-orderretailing, dan Electronic Shopping.
1. Telephone and Media Retailers
Pengecer menggunakan kontak via telepon telemarketing dan media periklanan seperti TV, radio, surat kabar, dan majalah untuk
menginformasikan dan membujuk konsumen untuk membeli produk- produknya.
2. Vending Machines mesin penjual
Mesin khusus ini banyak dijumpai di bank, pasar swalayan, hotel dan kantor kantor tertentu.
3. Mail Order pesanan melalui pos
Dalam metode ini, penjualan dilakukan melalui pemesanan dengan menggunakan katalog-katalog tertentu via pos.
4. Direct Selling penjualan langsung
Direct selling merupakan penjualan barang-barang konsumesi langsung ke perorangan, di rumah-rumah maupun di tempat kerja mereka, melalui
transaksi yang diawali dan diselesaikan oleh tenaga penjualannya.
Universitas Sumatera Utara
17
5. Electronic Shopping belanja elektronik
Ada dua bentuk utama electronic shopping. Bentuk pertama adalah menggunakan video text, yaitu sistem dua arah, dimana perangkat TV
pelanggan dan bank data komputer penjual dihubungkan dengan kabel atau jalur telepon. Bentuk kedua adalah memanfaatkan jaringan internet
cybermarketing dengan seperangkat peralatan komputer personal PC atau modem.
d Strategi Penetapan Harga Setiap pengecer menawarkan harga yang sangat bervariasi, mulai dari yang
murah hingga yang sangat mahal. Untuk merek barang yang sama, harga yang ditetapkan bisa berbeda antara retailer yang satu dengan yang lain. Ada
pengecer yang menetapkan harga tinggi, karena mereka juga menawarkan pelayanan tertentu seperti suasana toko yang menarik dan nyaman, biasanya
department store dan specialty store. Di lain pihak, ada pula retailer yang menetapkan harga lebih rendah, yaitu discount store.
e Lokasi Retailer juga mengelompokkan berdasarkan lokasinya, yaitu downtown
central business distict pusat bisnis kota, strip development pengembangan jalur dan pusat perbelanjaan shopping center.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.3 Suasana Toko Store Atmosphere
2.1.3.1 Pengertian Suasana toko Store Atmosphere
Menurut Levy Weits dalam Fathoni, dkk, 2015. Store atmosphereadalah “ Store atmosphere is the combination of the store’s physical
characteristic, such as architecture, layout, signs and display, colour, lighting, temperature, sounds and smell, which together create and image in customer’s
minds”. “ Store atmosphere refers to design of an environtment through visual communicatiob, light, colour, music, and scent to stimulate customer, perceptual
and emotional responses and ultimately to affect their purchase behavior”. Dari definisi diatas bahwa suasasana toko store atmosphere adalah
kombinasi karakteristik fisik toko seperti, arsitektur, tata ruang, papan tanda dan pajangan, pewarnaan, pencahayaan, suhu udara, suara dan aroma, dimana semua
itu bekerja bersama-sama untuk menciptakan citra perusahaan di dalam benak pelanggan. Atmosfer toko juga berhubungan dengan kegiatan mendesain suatu
lingkungan melalui kombinasi visual, pencahayaan, warna, musik dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan pada akhirnya untuk
mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Menurut Utami 2012 : 255 “Suasana toko store atmosphere merupakan
kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma yang secara menyeluruh akan
menciptakan citra dalam benak konsumen”. Menurut Gilbert dalam Dessyana, 2013, Store atmosphere merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah
direncanakan. Store atmosphere dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap
Universitas Sumatera Utara
19
perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. Benyamin
Molan dalam Sitanggang, 2014 “Suasana toko store atmosphere merupakan unsur lain dalam perasenjataan produk. Setiap toko mempunyai tata letak fisik
yang membuat orang bergerak di dalamnya dengan susah dan mudah”. Sutisna dalam Sitangang, 2014 mengatakan store atmosphere adalah “penataan ruang
dalam instore dan ruang luar outstore yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pelanggan”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Suasana toko store atmosphere merupakan suatu karakteristik fisik toko yang harus dimiliki setiap
toko dan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Image retailer lebih bergantung besar pada Store
atmosphere-nya, karena perasaan psikologi yang dirasakan konsumen didapatkan ketika mengunjungi toko. Toko harus dapat membentuk suasana yang sesuai
dengan target konsumennya, sehingga dapat menarik konsumen untuk datang mengunjungi dan melakukan pembelian di dalam toko.
2.1.3.2 Elemen Suasana Toko Store Atmosphere
Menurut Berman dan Evans dalam Harviona, 2010, store atmosphere terdiri dari empat elemen sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
20
Sumber: Berman and Evans “Retail Management” dalam Harviona, 2010.
Gambar 2.1 The Elements of Store atmosphere
A. Eksterior Eksterior toko mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut,
sehingga harus direncanakan sebaik mungkin. Kombinasi dari eksterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol
dan mengundang orang untuk masuk ke dalamtoko. Elemen-elemen eksterior toko ini terdiri dari sub elemen sebagai berikut:
1. Storefront adalah bagian depan dari sebuah toko. Bagian depan dari
sebuah toko didesain sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat bagi konsumen untuk masuk ke dalam toko dan kemudian melakukan
pembelian. 2. Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau
logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan diwarnai atau menggunakan lampu neon, dicetak, dan diatur sendiri atau digabungkan
dengan slogan atau informasi lainnya. Supaya efektif, marquee harus diletakkan di luar, sehingga terlihat berbeda dan lebih menarik atau
mencolok dibandingkan dengan toko lainnya.
ATMOSPHERE CREATED BY
THE RETAILER
Eksterior
General Interior
POP Displays
Store Layout
Universitas Sumatera Utara
21
3. Store Entrances, Pintu masuk toko harus direncanakan sebaik mungkin sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk ke dalam toko dan
dapat juga mengurangi lalu lintas ketika konsumen masuk dan keluar toko. Dalam perencanaannya, pintu masuk toko membutuhkan tiga
keputusan utama, yaitu: a. Jumlah pintu masuk, disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan.
Salah satu faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah untuk menghindari terjadinya pencurian.
b. Jenis pintu masuk yang dipilih, apakah pintu masuknya berupa pintu otomatis, pintu tarik-dorong, pintu biasa, pintu yang harus dibuka
sendiri, atau pintu dikontrol sesuai dengankeadaan cuaca. c. Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan menciptakansuasana
dan kesan yang berbeda dibandingkan dengan pintu masuk yang sempit, kecil, dan berdesak-desakan.Selain itu,dapat juga berfungsi
untuk menghindari kemacetan arus lalu lintas orang yang masuk dan keluar toko.
4. Height of Building, eksterior tinggi gedung dapat dibedakan menjadi tersembunyi dan tidak tersembunyi. Hal ini dapat mempengaruhi kesan
tertentu terhadap toko tersebut. 5.Uniqueness, tujuan utama dari toko dalam mendesain tokonya adalah agar
tokonya dapat terlihat unik dan dapat menarik perhatian para konsumennya. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara memilih marquee
yang mencolok, jendela dan etalase yang dekoratif, tinggi dan ukuran
Universitas Sumatera Utara
22
gedung yang berbeda dari sekitarnya sehingga dapat menarik perhatian konsumen dengan keunikan tokonya.
6. Store surroundings, lingkungan sekitar toko menunjukkan citra toko tersebut, dilihatdari range harga, tingkat servisnya, dan lain-lain.
Lingkungan sekitar toko merefleksikan demografis dan gaya hidup dari mereka yang tinggal di sekitar toko.
7. Parking facilities, tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen dalam mengunjungi suatu toko atau pusat perbelanjaan.
Tempat parkir yang luas, aman, gratis dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko yang menciptakan atmosfir yang positif bagi toko.
B. General Interior General interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan
visual merchandising. Display yang baik yaitu display yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,
memeriksa dan memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan pembelian ketika konsumen masuk ke dalam toko, sehingga akan ada
banyak hal yang mampu mempengaruhi persepsi mereka terhadap toko tersebut.
Elemen-elemen general interior ini terdiri dari: a
Flooring lantai b
Colors and Lighting warna dan pencahayaan c
Scents and sounds aroma dan suara d
Store fixtures toko perlengkapan
Universitas Sumatera Utara
23
e Wall textures tekstur dinding
f Temperature suhu
g Width of aisles lebar lorong
h Dressing facilities fasilitas ganti
i Multilevel stores toko bertingkat
j Dead areas daerah mati
k Personnel personil
l Merchandise barang dagangan
m Prices levels and displays harga tingkat dan menampilkan
n State-of-the-art technology keadaan teknologi seni
o Cleanliness kebersihan
C. Layout Toko Layout toko akan mengundang masuk konsumen atau malah menyebabkan
konsumen menjauhi toko tersebut ketika konsumen tersebut melihat bagian dalam toko melalui jendela etalase atau pintu masuk. Layout toko
direncanakan sebaik mungkin untuk dapat mengundang konsumen untuk lebih merasa nyaman dan betah berkeliling lebih lama sehingga dapat
membelanjakan uangnya lebih banyak di toko tersebut. Hal spesifik dari layout toko yang harus direncanakan secara berurutan
adalah: a Allocation of Floor Space alokasi dari lantai ruang
b Classification of store offerings klasifikasi dari toko persembahan
Universitas Sumatera Utara
24
1. Functional product groupings pengelompokan produk fungsional
2. Purchase motivation product groupings pengelompokan produk motivasi membeli
3. Market segment product groupings pengelompokan produk segmen pasar
4. Storability product groupings pengelompokan produk daya simpan
c Traffic-flow pattern arus lalu lintas 1. Straight gridiron traffic flow arus lalu lintas yang luas,
2. Curving free-flowing traffic flow arus lalu lintas yang melengkung
d Space needs kebutuhan ruang 1. Model stock approach model pendekatan saham
2. Sales-productivity ratio rasio produktivitas penjualan e Mapping out in-store locations memetakan di lokasi toko
f Arrangement of individual products penataan produk individu D. POP Displays
Point-of-purchase POP displays menyediakan kepada para konsumen mengenai informasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi Store
atmosphere dan menyediakan peran promosi yang sangat penting di dalam toko. POP displays terdiri dari:
a Assortment display tampilan berbagai macam
Universitas Sumatera Utara
25
b Theme-setting display tampilan pengaturan tema
c Ensemble display tampilan ensembel
d Racks and cases display tampilan rak dan kasus
e Cut cases and dump bins display tampilan pemotongan kasus dan
membuang sampah f
Posters, signs, and cards poster, tanda-tanda, dan kartu
2.1.4 Display Produk
2.1.4.1 Pengertian Display Produk
Menurut Willian J. Shultz dalam Putri, dkk, 2014, display yaitu usaha mendorong perhatian dan minat konsumen pada toko atau barang dan mendorong
keinginan membeli melalui daya tarik pengelihatan langsung direct visual appeal. Menurut Foster dalam Hartanto dan Haryanto, 2012, Display
mempunyai beberapa definisi yaitu keinginan membeli sesuatu yang tidak didorong oleh seseorang tetapi didorong oleh daya tarik, atau oleh pengelihatan
ataupun oleh perasaan lainnya. Menurut Berger dalam Hartanto dan Haryanto, 2012, Display adalah penataan toko yang ditawarkan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan oleh pengecer. Display berada di dalam promosi point of purchase. Menurut Utami dalam Hartanto dan Haryanto, 2012, mengemukakan
bahwa titik penjualan dapat dilaksanakan dengan cara memajang produk display di counter, lantai, dan jendela window display yang memungkinkan ritel untuk
mengingatkan para pelanggan dan sekaligus merangsang pola perilaku belanja tak
Universitas Sumatera Utara
26
terencana. Adakalanya pemajangan pada sebuah ritel disiapkan oleh pemasok atau produsen produk.
Dari beberapa pengertian diatas mengenai display maka dapat ditarik kesimpulan bahwa display
produk merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan produk suatu perusahaan kepada konsumen agar konsumen
dapat mengamati, meneliti dan melakukan pilihan, dimana hal ini dilakukan konsumen karena terdorong oleh daya tarik dari pengelihatan ataupun rasa-rasa
tertentu karena adanya peragaan atau penyusunan produk yang menarik. Memajangkan barang didalam toko dan etalase, mempunyai pengaruh besar
terhadap penjualan. Biasanya kita lihat salah satu cara untuk menjual barang adalah dengan membiarkan calon pembeli melihat, meraba, mencicipi,
mengendari dan sebagainya.
2.1.4.2 Tujuan Display Produk
Menurut Willian J. Shultz dalam Putri, dkk, 2014, tujuan display dapat digolongkan menjadi yaitu :
1. Untuk menarik perhatian attention interest para pembeli. Hal ini dilakukan untuk menggunakan warna-warna, lampu-lampu dan
sebagainya. 2. Untuk dapat menimbulkan keinginan memiliki barang-barang yang
dipamerkan di toko attention, interest kemudian para konsumen masuk ke dalam toko dan melakukan pembelian desire + action.
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.4.3 Jenis-jenis Display Produk
Menurut Willian J. Shultz dalam Putri, dkk, 2014, membagi display produk menjadi 3 macam yaitu :
1. Windows Display Tampilan Etalase Yaitu memajangkan barang-barang, gambar-gambar kartu harga, simbol-
simbol dan sebagainya di bagian toko yang disebut etalase. Dengan demikian calon konsumen yang lewat di muka toko-toko di harapkan kan tertarik oleh
barang-barang tersebut dan ingin masuk ke dalam toko. Wajah toko akan berubah jika windows display diganti. Fungsi windows display ini mempunyai beberapa
tujuan sebagai berikut : a. Untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat
b. Menyatakan kualitas yang baik, atau harga yang murah, sebagai ciri khas dari toko tersebut
c. Memancing perhatian terhadap barang-barang istimewa yang dijual toko d. Untuk menimbulkan impulse buying dorongan seketika untuk
membeli e. Agar menimbulkan daya tarik terhadap keseluruhan daya toko
2. Interior Display Tampilan dalam Ruangan Yaitu memajangkan barang-barang, gambar-gambar, kartu-kartu harga,
poster-poster didalam toko misalnya di lantai, di meja, di rak-rak, dan sebagainya. Interior display ini ada beberapa macam:
Universitas Sumatera Utara
28
a. Merchandise Display Tampilan Barang Dagangan Barang-barang dagangan yang dipajang di dalam toko dan ada tiga
bentuk memajangnya : 1. Open display : barang-barang yang dipajangkan pada suatu tempat
terbuka sehingga dapat dihampiri dan dipegang, dilihat dan teliti oleh calon pembeli tanpa bantuan dari petugas-petugas penjualnya,
misalnya self display, insland display barang disimpan diatas lantai yang diatur bagus seperti pulau-pulau dan sebaginya.
2. Closed display : barang-barang di pajangkan dalam suasana tempat tertutup. Barang-barang tersebut tidak dapat dihampiri dan dipegang
atau diteliti oleh calon pembeli kecuali atas bantuan petugas. Jelas ini bertujuan melindungi barang dari kerusakan, pencurian dan
sebagainya. 3. Architecture display : memperlihatkan barang-barang dalam
penggunaanya misalnya di ruang tamu, meubel di kamar tidur, dapur dengan perlengkapannya, dan sebagainya. Cara ini dapat
memperbesar daya tarik karena barang-barang dipertunjukan secara realistis.
b. Store Sign and Decoration Simbol dan Dekorasi Toko Tanda-tanda, simbol-simbol, lambang-lambang, poster-poster, gambar-
gambar, bendera-bendera, semboyan-semboyan, dan sebagainya disimpan di atas meja atau digantung di dalam toko. Store design
digunakan untuk membimbing calon pembeli ke arah barang dagangan
Universitas Sumatera Utara
29
dan memberi keterangan kepada mereka tentang kegunaan barang- barang tersebut. “Decoration” pada umumnya digunakan dalam rangka
peristiwa khusus seperti penjualan pada saat Hari Raya, Natal, Tahun Baru dan sebagainya.
c. Dealer Display Petunjuk Ini dilaksanakan oleh Wholesaler terdiri dari simbol-simbol petunjuk-
petunjuk tentang penggunaan produk, yang kesemuanya berasal dari produsen. Dengan memperlihatkan kegunaan produk dalam gambar dan
petunjuk, maka display ini juga memberi peringatan kepada para petugas penjualan agar mereka tidak memberikan keterangan yang tidak
sesuai dengan petunjuk yang ada dalam gambar tersebut. 3. Exterior Display Tampilan Luar Toko
Ini dilaksanakan dengan memajangkan barang-barang diluar toko, misalnya pada waktu mengadakan obral, pasar malam. Display ini mempunyai
beberapa fungsi antara lain : a. Memperkenalkan suatu produk secara tepat dalam ekonomis
b. Membantu para produsen menyalurkan barang-barangnya dengan cepat dan ekonomis
c. Membantu mengkoordinasikan advertising dan merchandising d. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat misalnya pada
hari Raya, Ulang Tahun dan sebaginya.
Universitas Sumatera Utara
30
Menurut Beger dalam Hartanto dan Haryanto, 2012, ada beberapa macam display yang ada pada usaha ritel, yakni :
1. Floor stand, yaitu merupakan salah satu bentuk display yang digunakan di pasar-pasar swalayan atau departement store yang berupa penataan
produk dalam rak khusus di area tertentu di dalam toko yang mempunyai ruang cukup luas.
2. Counter, yaitu merupakan salah satu bentuk display yang sesuai dengan produk kosmetik, obat-obatan, parfum atau barang-barang yang tidak
memakan banyak tempat dan cocok bagi toko atau ritel outlet yang mempunyai ruang terbatas.
3. Display stand in front of chasier yaitu jenis display biasanya didepan meja kasir untuk menata produk ringan.
2.1.5 Harga Produk 2.1.5.1 Pengertian Harga Produk
Menurut Kotler dan Armstrong dalam Akbar, 2013, “Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai
yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa”. “Harga merupakan sejumlah pengorbanan
yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk Suharno dan Sutarso, 2010 : 178”. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau
ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikkan atau penggunaan suatu barang atau jasa dalam
Universitas Sumatera Utara
31
Akbar, 2013. Menurut Stanton dalam Imran, 2011 harga adalah jumlah uang kemungkinan ditambah beberapa barang yang dibutuhkan untuk memperoleh
beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, Harga produk merupakan
nilai yang ditukarkan terhadap suatu barang atau produk yang diberikan untuk konsumen.
2.1.5.2 Tujuan Penetapan Harga Produk
Tjiptono dalam Akbar, 2013, Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
1. Tujuan Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi maksimisasi
laba. Dalam era persaingan global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan,
maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk dapat memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada
tingkat harga tertentu. Dengan demikian, tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahuin secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba
maksimum. 2.
Tujuan Berorientasi pada Volume volume pricing objectives Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume
penjualan dalam ton, kg, unit, m
3
, dan lain-lainnya, nilai penjualan Rp
Universitas Sumatera Utara
32
atau pangsa pasar absolut maupun relatif. Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel,
pengusaha bioskop dan pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta penyelenggaraan seminar-seminar.
3. Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra image suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu image of value, misalnya dengan
memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu.
4. Tujuan Strabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, baik suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan
pula harga mereka. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu
perusahaan dan harga pemimpin industri industry leader. 5.
Tujuan-tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
33
2.1.5.3 Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangakan dalam Penetapan Harga Produk
Menurut Kotler dan Armstrong dalam Akbar, 2013, secara umum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yaitu:
1. Faktor Internal Perusahaan
a. Tujuan Pemasaran Perusahaan
Tujuan ini bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan
kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain.
b. Strategi Bauran Pemasaran
Harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran. Harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya,
yaitu produk, distribusi, dan promosi. c.
Biaya Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Untuk menganalisis pengaruh biaya terhadap strategi penetapan harga ada tiga macam hubungan
yang perlu dipertimbangkan. a
Rasio biaya tetap terhadap biaya variabel b
Skala ekonomis yang tersedia bagi suatu perusahaan c
Struktur biaya perusahaan dibandingkan pesaingnya.
Universitas Sumatera Utara
34
d. Organisasi
Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus menetapkan harga. Perusahaan kecil ditetapkan oleh manajer puncak.
Perusahaan besar ditangani oleh divisi atau manajer suatu lini produk. Dalam pasar industri, para wiraniaga sales people diperkenakan untuk
bernegoisasi guna menetapkan rentang harga tertentu. 2. Faktor Lingkungan Eksternal
a. Sifat Pasar dan Permintaan
Tabel 2.1 Beberapa Dimensi Penting Dalam Berbagai Situasi Pasar
Dimensi Penting
Macam Situasi Persaingan
Sempurna Oligopoli
Persaingan Monopolistik
Monopoli
Kekhasan produk masing-masing
perusahaan Tidak ada
Tidak ada Ada
Khas Jumlah peserta
persaingan Banyak
Beberapa Beberapa
sampai banyak Tidak ada
Ukuran para peserta persaingan
dibandingkan dengan ukuran
pasar Kecil
Besar Besar sampai
kecil Tidak ada
Elastisitas permintaan yang
dihadapi perusahaan
Sangat elastis
Kurva permintaan
berkelok elastis dan
inelastis Salah satu
Salah satu
Elastisitas permintaan industri
Salah satu Inelastis
Salah satu Salah satu
Pengendalian harga oleh perusahaan
Tidak ada Ada harus
berhati-hati Ada
Sepenuhnya
Sumber: Fandy Tjiptono 2008
Universitas Sumatera Utara
35
b. Persaingan
Menurut Porter dalam Tjiptono, 2008 : 156, Ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu industri, yaitu persaingan dalam
industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru. Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain meliputi : a
Jumlah perusahaan dalam industri b
Ukuran relatif setiap anggota dalam industri c
Diferensiasi produk d
Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan c.
Unsur-unsur Lingkungan Eksternal Lainnya Perusahaan juga perlu mempertimbangan faktor-faktor kondisi ekonomi
inflasi, boom atau resesi, tingkat bunga, kebijakan dan peraturan pemerintah, aspek sosial kepedulian terhadap lingkungan.
2.2 Perilaku Konsumen