38 kemudian dihitung berapa jumlah analit yang ditambahkan Ermer dan McB.
Miller, 2005. Sampel daun kelor kering yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 5 g
di dalam krus porselin sebanyak 12 krus, lalu 6 krus ditambahkan 3,1 ml larutan baku magnesium nitrat konsentrasi 1000 µgml dan 6 krus lagi ditambahkan 8
ml larutan baku besi nitrat konsentrasi 10 µgml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur dekstruksi kering seperti yang telah dilakukan pada sampel sebelumnya.
Prosedur pengukuran uji perolehan kembali dilakukan sama dengan prosedur pengukuran penetapan kadar sampel.
Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
Persen Perolehan Kembali =
�
�
− �
�
�
� ∗
� 100
Keterangan: C
A
= kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku mg100g C
F
= kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku mg100g C
A
= kadar larutan baku yang ditambahkan mg100g
3.5.7.2 Simpangan Baku Relatif Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara
berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang
dilakukan. Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah sebagai berikut:
39 RSD =
100 ×
X SD
Keterangan: X = kadar rata-rata sampel
SD = standar deviasi
RSD = relative standard deviation
3.5.7.3 Penentuan Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantitasi Limit of Quantitation
Menurut Harmita 2004, batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan.
Sebaliknya batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel
yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Simpangan Baku µ gml =
�
∑
�−��
2
�−2
Batas Deteksi µ gml =
3 X
�� �
�
�����
Batas Kuantitasi µgml =
10 X
�� �
� �����
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia LIPI, Bogor, Jalan Raya Jakarta–Bogor Km.46, Cibinong. Disebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah daun dan biji tumbuhan kelor Moringa
oleifera Lam. suku Moringaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 54.
4.2 Karakterisasi Simplisia
Pemeriksaan makroskopik pada simplisia daun diperoleh bentuknya yang menciut, berwarna hijau kecoklatan, sedikit berbau dan tidak berasa. Simplisia
daun kelor ditunjukkan pada lampiran 3 halaman 56. Pemeriksaan makroskopik pada simplisia biji diperoleh bentuknya yang menciut, berwarna coklat keputihan,
tidak berbau dan berasa kelat. Simplisia biji kelor ditunjukkan pada lampiran 6 halaman 65.
Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun menunjukkan adanya rambut penutup, stomata tipe anomositik pada epidermis bawah, sel minyak,
kristal oksalat bentuk druse dan berkas pembuluh. Pemeriksaan mikroskopik pada serbuk biji menunjukkan adanya parenkim dengan minyak atsiri, sklerenkim,
berkas pembuluh dan sel batu.