Universitas Sumatera Utara
Indonesia periode umumnya berlangsung antara 6-24 bulan pada saat frekuensi serangan diare dan kematian sebagai akibatnya mencapai angka tertinggi.
Lebih penting lagi bahwa serangan diare pada umur ini berpengaruh sangat buruk pada pertumbuhan anak-anak dengan akibat terjadinya malnutrisi.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak. ini penyebab utama bahwa susu botol merupakan suatu yang
berbahaya. Meneruskan pemberian ASI, menghindari pemberian susu botol, perhatian penuh terhadap higieneI makanan anak serta pemberian cairan
elektrolit seawal munkin, jika anak menderita diare adalah kunci utama dalam menanggulangi keadaan ini.
3. Faktor lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap terjadinya diare. Interaksi antara agent penyakit, tuan rumah manusia dan faktor-faktor
lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Peranan faktor lingkungan air, makanan, lalat dan
serangga lain, enterobakteri, parasit usus, virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis
sebagai penyebab penyakit diare, walaupun demikian, banyak yang masih perlu dijelaskan mengenai pentingnya sebagai faktor lingkungan.
2.1.4 Gejala dan Tanda Diare
Menurut Widoyono 2008 beberapa gejala dan tanda diare antara lain: 1.
Gejala umum a.
Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare. b.
Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut. c.
Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
Universitas Sumatera Utara
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis,
bahkan gelisah. 2.
Gejala spesifik a.
Bakteri Vibrio cholera dapat menyebabkan diare hebat yaitu dengan ciri warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
b. Disenteriform yaitu tinja berlendir dan berdarah
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan hal-hal berikut, antara lain:
1. Dehidrasi kekurangan cairan
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat diklasifikasikan menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Drajat dehidrasi
akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu : a
Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih
mau makan dan minum seperti biasa. b
Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.
c Dehidrasi berat, anak apatis kesadaran berkabut, mata cekung, pada
cubitan kulit turgor kembali dengan lambat, nafas cepat, dan anak terlihat lemah.
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10 berat badan, pasien dapat mengalami syok
atau presyok yang disebabkan oleh kekurangannya volume darah hipovolemia
Universitas Sumatera Utara
3. Gangguan asam-basa asidosis
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit bikarbonat dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu
meningkatkan pH arteri. 4.
Hipoglikemia kadar gula darah rendah Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi
kurang gizi. Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik
dan air masuk kedalam cairan intraseluler sehingga terjadi oedema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan,
serta sebelumnya penderita mengalami kekurangan gizi malnutrisi.
2.1.5 Pencegahan Penyakit Diare