2.2.2. Pencemaran Logam Timbal Pb
Ada beberapa pencemaran logam berat timbal Pb, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pencemaran Secara Alami Kadar timbal Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13
mgkg. Khusus timbal Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir kadarnya lebih besar yaitu 100 mg.kg. Timbal yang terdapat di
tanah berkadar sekitar 5-25 mgkg dan air bawah tanah berkisar antara 1-60 μgliter Sudarmaji, 2006.
b. Pencemaran dari Industri Industri yang berpotensi sebagai sumber pencemaran timbal adalah semua
industri yang menggunakan timbal sebagai bahan baku maupun bahan penolong, seperti industri pengecoran, pembuatan baterai, kabel, dan industri kimia dalam
pembuatan cat, karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain.
c. Pencemaran dari Transportasi Timbal Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai
sebagai anti knock pada bahan bakar. Timbal Pb sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar yaitu C
2
H
5 4
Pb atau TEL Tetra Ethyl Lead. Timbal Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan
oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat Timbal Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya Sudarmaji, 2006
Dari senyawa timbal Pb yang ditambahkan ke bensin, kurang lebih 70 diemisikan melalui knalpot dalam bentuk garam anorganik, 1 diemisikan masih
dalam bentuk tetralkil lead dan sisanya terperangkap dalam system exhaust dan mesin oli. Mukono, 2002
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan Timbal Pb dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas Timbal Pb tinggi dalam menaikkan angka oktan.
Setiap 0,1 gram Timbal Pb perliter bensin mampu menaikkan angka oktan 1,5. Penggunaan sampai 2 satuan. Selain itu, harga Timbal Pb relatif murah untuk
meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya Santi, 2001
2.2.3. Toksisitas Logam Timbal Pb
Timbal adalah logam berat konvensional yang sering menyebabkan keracunan pada hewan ruminansia, Rumput pakan ternak yang terkontaminasi oleh Pb dari
udara sering menyebabkan keracunan kronis, tetapi padang rumput yang terkontaminasi cemaran dari limbah peleburan logam ataupun dari limbah
bateraiaki sering menyebabkan toksisitas yang akut. Pada hewan ruminansia gejala khas dari keracunan Pb ini ada tiga bentuk yaitu sebagai berikut :
a. Gastro-enteritis, hal ini disebabkan karena terjadi reaksi dari mukosa saluran pencernaan bila kontak dengan garam Pb, sehingga terjadi
pembengkakan. Gerak kontraksi rumen dan usus terhenti, sehingga menyebabkan terjadinya konstipasi dan kadang-kadang diare.
b. Anemia, di dalam darah timbale berikatan dengan sel darah merah sehingga sel darah mudah pecah. Bila sel darah pecah, terjadi gangguan
terhadap sintesis Hb yang dapat menyebabkan anemia. Gejala ini ditandai dengan adanya anisositosis, polikromasia, dan jumlah sel darah muda
retikulosit meningkat. Sel darah bernukleus juga meningkatkan, dan ditemukan basofilik stipling yang merupakan cirri khas keracunan Pb.
c. Ensepalopati, logam ini juga menyebabkan terjadinya kerusakan sel endotel dari kapiler darah otak, sehingga bentuk protein berukuran
besar dapat menerobos masuk ke dalam otak. Tekanan osmosis cairan otak meningkat sehingga menyebabkan oedema.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Konsentrasi Pb dalam Pakan yang Dapat Mengakibatkan Keracunan pada Hewan Ruminansia
Diagnosis keracunan Pb secara kronis dapat dilakukan dengan analisis kandungan Pb dalam darah, kadar enzim delta amino levunik dehidrasi delta-
ALA dan kadar eritrosit porfirin bebas FEP dalam darah Darmono, 2001.
Kasus keracunan Pb dapat dialami oleh hewan ruminansia sapi, pada penelitian terdahulu melakukan analisa kandungan logam Pb, Cu dan Cd dalam
hati sapi lokal dan impor dengan metode SSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan rata-rata logam Pb, Cu dan Cd pada hati sapi Jakarta dalam
bobot basah adalah: 0,1667 μgg; 3,4202 μgg dan 0,0220 μgg. Sementara untuk logam Pb, Cu dan Cd dalam hati sapi Bogor adalah: 0,3578 μgg; 3,8305 μgg dan
0,0286 μgg. Sedangkan untuk logam Pb, Cu dan Cd dalam hati sapi Cirebon
adalah: 0,2931 μgg; 2,9121 μgg dan 0,0112 μgg. Kandungan rata-rata logam Pb,
Cu dan Cd dalam hati sapi New Zealand adalah: 0,2915 μgg; 1,9110 μgg dan 0,0608 μgg. Sedangkan kandungan rata-rata logam Pb,Cu dan Cd dalam hati sapi
Australia adalah: 0,2280 μgg; 2,8626 μgg dan 0,0360 μgg. Kandungan logam
Pb, Cu dalam hati sapi Bogor lebih besar bila dibandingkan dengan hati sapi Jakarta, Cirebon, New Zealand dan Australia. Sedangkan kandungan logam Cd
dalam hati sapi New Zealand lebih besar bila dibandingkan dengan hati sapi Jakarta, Bogor, Cirebon dan Australia. Kadar Pb, Cu dan Cd dari semua contoh
yang dianalisis tersebut masih memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yaitu maksimal 2,0 μgg untuk Pb, 5,0
μgg untuk Cu sedangkan untuk Cd memenuhi persyaratan menurut United State Food and Drug Administration FDA yaitu maksimal 1,0 μgg. Evi, 2006
Hewan Kronis
mgkghari Akut
Dosis Tunggal mg Anak sapi
Sapi dewasa Domba
6 7
4,5 400-600
600-800 -
Universitas Sumatera Utara
Keracunan Pb pada sapi perah telah dilaporkan pula oleh Oskarsson dkk. 1992 di Swedia, di mana Pb di-transfer ke air susu. Keracunan terjadi setelah
sapi merumput pada padang rumput bekas tempat pembuangan bateraiaki bekas. Barang tersebut dibakar dan sampahnya dibuang pada padang penggembalaan.
Setelah selang waktu tiga hari, sapi yang merumput di sekitar tempat itu, ditemukan mati mendadak. Sebelas ekor sapi perah yang merumput pada lokasi
yang sama tidak mengalami keracunan, empat di antaranya sedang bunting. Beberapa ekor sapi yang terlihat mengalami gejala keracunan segera dipotong.
Hasil analisis kandungan Pb dalam ginjal, hati, daging, darah dan susunya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Hasil Analisa Pada Ginjal, Hati, Daging, Darah, dan Susu Waktu Setelah
Makan Kondisi
Ginjal Hati
Daging μgg
Darah Susu
1 hari 3 hari
4 hari 5 hari
2 minggu 38 minggu
Mati Mati
Mati Mati
Dipotong Dipotong
70 100
124 129
214 0,75
26 10
31 34
13 0,33
0,42 0,14
0,26 0,50
0,23 -
- -
- -
- 0,12
- -
- -
- 0,006
Oskarson dkk, 1992
Dan keracunan pada tanaman akibat pencemaran udara karena pemakaian bensin bertimbal merupakan problem lingkungan serius di kota-kota besar di
Indonesia termasuk Bandung. Salah satu pendekatan untuk mereduksi kandungan partikel timbal di udara adalah dengan bioremediasi menggunakan tumbuhan.
Suatu tumbuhan dikatakan berpotensi sebagai agen bioremediasi jika mampu menyerap pencemar tanpa mengalami kerusakan atau gangguan pertumbuhan.
Pada penelitian akumulasi Pb pada daun Swietenia Macrophylla King mahoni, pohon pelindung jalan yang cukup banyak di Bandung mampu menyerap dan
mengakumulasi Pb di daun dan mengamati apakah akumulasi Pb tersebut berpengaruh pada kondisi daun. Sampel daun untuk pengujian konsentrasi Pb dan
pengamatan kondisinya kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah
Universitas Sumatera Utara
stomata diambil dari empat jalan yang berbeda tingkat kepadatan lalu lintasnya yaitu : Jalan Kyai Gde Utama, Kapten Tendean, Ir. H. Djuanda dan Siliwangi.
Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi Pb di seluruh sampel daun berkisar antara 0.038 sampai 2.281 μgg. Uji ANOVA dengan selang kepercayaan 95
menunjukkan bahwa konsentrasi Pb daun dari keempat jalan tidak berbeda nyata. Hasil analisis regresi linear menunjukkan adanya kecenderungan penurunan
kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah stomata seiring dengan naiknya konsentrasi Pb daun, namun nilai koefisien korelasi untuk ketiga
parameter tersebut sangat kecil, 0.0132, 0.0109, 0.0003. Secara umum dapat disimpulkan bahwa S. macrophylla mampu menyerap dan mengakumulasi Pb
pada daun dan akumulasi Pb tidak menunjukkan pengaruh terhadap kondisi daun, paling tidak dalam kisaran konsentrasi antara 0.038-
2.281 μgg, sehingga jenis ini dapat dipertimbangkan sebagai agen bioremediasi polusi timbal. Ebynthalina,
2006.
2.2.4. Mekanisme Toksisitas Pb