11. Penghasilan kena pajak yang tidak dapat dihitung adalah periksa pajak
tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka penghitungan besarnya penghasilan kena pajak dengan prosedur sesuai standar pelaksanaan
pemeriksaan. 12.
Laporan hasil pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang sesuai oleh pemeriksa pajak secara ringkas
dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan. 13.
Pemeriksaan ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak yang telah diterbitkan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
sebelumnya untuk jenis pajak dan masatahun pajak. 14.
Kuesioner pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan dan nilai oleh wajib pajak yang terkait dengan pelaksanaan
pemeriksaan. 15.
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapati di bidang perpajakan.
D. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan yang diatur dalam surat edaran Direktur Jendral pajak nomor SE- 10PJ.042008 hanyah meliputi tujuan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak dilakukan dengan menguji
Universitas Sumatera Utara
kebenaran surat pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, danatau pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menguji kebenaran Surat
Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, danatau pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan kegiatan usaha, pekerjaan bebas,
danatau keadaan, yang sebenarnya dari Wajib Pajak. Pelaksanaan dan hasil pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang diikuti dengan penerbitan surat ketetapan pajak dan surat Tagihan pajak.
Sedangkan pemeriksaan untuk tujuan lain diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-116PJ2009 merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk melaksanakan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang- undangan perpajakan dan bukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak serta tidak dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak.
Jenis Pemeriksaan dipengaruhi oleh bobot risiko ketidakpatuhan dari Wajib Pajak yang diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan danatau untuk tujuan lain dapat dilaksankan melalui 2 jenis pemeriksaan, yaitu:
1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak. Kriteria Pemeriksaan merupakan alasan atau dasar dilakukannya
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak. Terdapat 2 kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak, yaitu: 1.
Pemeriksaan Rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak danatau pelaksanaan
kewajiban perpajakannnya atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP. Pemeriksaan rutin yang pelaksanaanya di prioritaskan merupakan
pemeriksaan yang dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaiman dimaksud dalam pasal 17B
Undang-Undang KUP. 2.
Pemeriksaan berdasarkan resiko risk based audit yang selanjutnya disebut dengan pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan yang
dilakukan berdasarkan hasil analisis resiko terhadap ketidak patuhan Wajib Pajak. Analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat
dilakukan secara komputerisasi atau secara manual. Pemeriksaan khusus dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu:
a. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat bottom up dari
bawah keatas yaitu pemeriksaan khusus berdasarkan hasil analisis
Universitas Sumatera Utara
risiko terhadap profil Wajib Pajak yang dilakukan secara manual oleh Kantor Pelayanan Pajak dan disampaikan kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP atasannya untuuk mendapatkan persetujuan. b.
Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat top down dari atas ke bawah yaitu Pemeriksaan Khusus yang dilakukan
berdasarkan: 1.
Hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan dan pengaduan yang dilakukan oleh Kepala
Kanwil DJP atau Direktur Intelijen dan Penyidikan. 2.
Hasil analisis risiko secara komputerisasi selama ini disebut Kriteria Seleksi yang berupa skor risiko ketidak
patuhan dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu serta adanya data dan informasi.
3. Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
E. Jangka Waktu Pemeriksaan