Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

J. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan pasal 31 Ketentuan Umum dan tata cara Perpajakan, pemeriksa pajak wajib menyampaikan Surat pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP kepada wajib pajak, dan hak wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pembahasan closing conference dalam batas waktu yang ditentukan. Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaan ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Berdasarkan pasal 36 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009, Direktorat Jenderal Pajak karena jabatan atau pemohonan wajib pajak dapat membatalkan Hasil Pemeriksaan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan wajib pajak. Tata cara pemberitahuan hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil pemeriksaan terdapat dalam pasal 22,pasal 23, pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82PMK.032011 antara lain : 1. Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan beserta lampirannya dan kepada Universitas Sumatera Utara Wajib Pajak diberikan hak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 2. Surat Pemberitahuan Hasil pemeriksaan beserta lampirannya disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui kurir, faksmil, pos, atau jasa pengiriman lainnya. 3. Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan paling lama 7 tujuh hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima oleh Wajib Pajak. 4. Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan untuk jangka waktu paling lama 3 tiga hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu yang ditentukan. 5. Untuk melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan, Wajib Pajak harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis sebelum berakhirnya jangka sebagaimana yang ditentukan. 6. Dalam rangka melaksanakan pembahasan akhir, kepada wajib pajak harus diberikan undangan secara tertulis yang mencantumkan hari dan tanggal dilaksanakannya pembahsan akhir. 7. Undangan secara tertulis harus disampaikan kepada wajib pajak dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga hari kerja terhitung sejak: a. Diterimanya tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dari wajib pajak sesuai jangka waktu yang ditentukan. Universitas Sumatera Utara b. Berakhirnya jangka waktu dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dalam hal wajib pajak tidak menyampaikan anggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemerikasaan. 8. Apabila wajib pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Hasil Pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil pemeriksaan dalam jangka waktu sebagaimana yang telah ditentukan dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana yang telah ditentukan Pemeriksa Pajak membuat berita acara PAHP yang ditandatangani oleh tim pemeriksa. 9. Apabila wajib pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang ditentukan dan tidak hadir dalam Pembahasan akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan dengan mendasarkan pada tanggapan yang disampaikan Wajib Pajak. 10. Apabila wajib pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas seluruh hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang ditentukan dan tidak hadir dalam Pembahasan akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan yang tertulis sebagaimana yang telah Universitas Sumatera Utara ditentukan, pemeriksa pajak melakukan PAHP dengan wajib pajak dengan mendasarkan tanggapan yang disampaikan wajib pajak. 11. Apabila Wajib Pajak menyampaikan tanggapan secara tertulis yang berisi tentang ketidaksetujuan dan tidak hadir dalam Pembahasan akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yg tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana yang telah ditentukan. 12. Dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati antara tim pemeriksa pajak dengan wajib pajak dalam PAHP berdasarkan risalah pembahasan, wajib pajak dapat mengajukan permohonan agar hasil pemeriksaan yang belum disepakati tersebut dibahas terlebih dahulu Tim Quality Assurance Pemeriksaan. 13. Hasil Pembahan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dituangkan dalam Tim Quality Assurance Pemeriksaan. 14. Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilanjutkan dengan pemeriksaan bukti permulaan. 15. Risalah pembahasan dan berita acara PAHP, danatau risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan hasil pemeriksaan Universitas Sumatera Utara 54 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA Sejak awal tahun 1984 sistem self assessment di bidang perpajakan di Indonesia telah diberlakukan untuk Pajak Penghasilan PPh dan untuk pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPN dan PPnBM dimulai sejak 1 april 1985. Sedangkan untuk Pajak Bumi dan Bangunan PBB belum sepenuhnya diberlakukan system self Assesment, sebagian masih diberlakukan system official assessment. Sistem self assessment adalah sebuah sistem pengumutan pajak dimana wajib pajak WP diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Wewenang untuk menentukan pajak yang terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan fiskus. Sistem self assessment diberlakukan sampai sekarang karena sistem official assessment yang sebelumnya dibelakukan dinilai tidak effisien, dan menimbulkan kecenderungan wajib pajak kurang bertanggung jawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara menghindari dari kewajiban perpajakannya. Dengan menyadari kelemahan- kelemahan tersebut maka sistem self assessment yang diberlakukan dalam seperlu sistem self assessment pemberdayaan masyarkat empowering people adalah hal Universitas Sumatera Utara yang pokok, dimana prinsip itikad baik good faith merupakan tuntutan moral menyelenggarakan pembukuan-pembukuan untuk keperluan pajak. Berdasarkan sistem ini perlu setiap wajib pajak diwajibkan: 1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus mendapatkan nomor pokok wajib pajak. 2. Kewajiban memahami peraturan perpajakan yang berlaku. 3. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan untuk keperluan administrasi pajak dengan disertai dengan moral dan etika yang bertanggung jawab. Dalam pelaksanaan penyelenggaran pembukuan atau pencatatan terjadinya pelanggaran ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan, selain dalam bentuk tax evasion dapat juga terjadi karena kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan dapat disebabkan a. Ketidaktahuan ignorance, yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Kesalahan error, yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan, tetapi salah dalam menerapkan dan penghitungan datanya. Universitas Sumatera Utara c. Kesalahpahaman misunderstanding, yaitu wajib pajak salah menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan d. Kealfaan negligence yaitu wajib pajak alfa untuk menyimpan buku beserta bukti-buktinya secara lengkap. Sistem self assessment juga mengandung hal yang penting, yang diharapkan ada dalam diri wajib pajak yaitu: 1. Tax Consciousness Kesadaran Wajib Pajak 2. Kejujuran Wajib Pajak 3. Tax Mindedness Wajib Pajak, hasrat untuk membayar pajak Tax Discipline, disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan peraturan pajak-pajak, sehingga pada waktunya wajib pajak dengan sendirinya memenuhi kewajiban pajak sehingga pada waktunya wajib pajak dengan sendirinya memenuhi kewajiban-kewajiban yang dibedakan kepadanya oleh undang-undang seperti memasukkan SPT pada waktunya, membayar pajak pada waktunya dan sebagainya, tanpa diperingatkan untuk melakukan hal-hal itu. Hal-hal yang penting yang mempengaruhi keberhasilan sistem self assessment adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Ciri-ciri sistem pemungutan pajak berdasarkan sistem self assessment adalah : 1. Adanya kepastian hukum 2. Pelaksanaannya mudah 3. Lebih mencerminkan azas keadilan dan merata Universitas Sumatera Utara Memperkecil kemungkinan wajib pajak tidak mampu bayar pajak akibat perhitungan yang terlalu besar. Dalam rangka pengawasan atas sistem self assessment, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan tindakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sampai dengan tahun 2012, tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut: Wajib Pajak Tahun Pemeriksaan 2010 2011 2012 Orang Pribadi 79 121 131 Badan 51 41 128 Bendaharawan - - - Total 130 162 259 Sumber : KPP Pratama Medan Kota

A. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak