19
B. Kajian Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis
proyek merupakan
penerapan dari
pembelajaran aktif, teori konstruktivisme dari Piaget serta teori konstruksionisme dari Seymour Papert. Sebagaimana halnya dengan
konstruktivisme, pemikiran konstruksionisme juga berprinsip bahwa setiap anak membangun model mentalnya untuk berpikir dan memahami dunia di
sekelilingnya. Dengan kata lain, suatu informasi pengetahuan akan dimengerti oleh para siswa melalui pembangunan struktur kognitif di benaknya.
Konstruksionisme yang diungkap oleh Papert berasumsi bahwa pembelajaran akan berlangsung efektif jika para siswa aktif dalam membuat atau
memproduksi suatu karya fisik yang dapat dihadirkan dalam dunia nyata suatu artefak. Gagasan pokok dari konstruksionisme adalah membuat sesuatu
learning is making.
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Warsono 2013:153 pembelajaran berbasis proyek adalah “suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan
masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa atau dengan suatu proyek sekolah. Pembelajaran berbasis proyek memusatkan diri terhadap
adanya sejumlah masalah yang mampu memotivasi serta mendorong para siswa berhadapan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pokok
pengetahuan secara langsung sebagai pengalaman tangan pertama hands- on experiencer”. Pembelajaran berbasis proyek akan meningkatkan
kebiasaan belajar siswa yang khas serta praktik pembelajaran yang baru.
20 Para siswa harus berpikir secara orisinal sampai akhirnya mereka dapat
memecahkan suatu masalah dalam kehidupan nyata. Pengertian lain dijelaskan oleh Ngainun Naim 2009:186 yaitu:
“Belajar berbasis proyektugas Project-Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran komprehensif dimana lingkungan belajar
siswa kelas didesain agar siswa melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah yang autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik
pembelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengonstruk
membentuk pembelajarannya dan mengulminasikannya dalam produk nyata”.
Guru berperan sebagai fasilitator murni. Para guru bekerja dengan
siswa dalam bingkai pemecahan masalah yang bermanfaat, membangun tugas-tugas yang bermakna, serta memandu pengembangan pengetahuan
siswa dan pengembangan keterampilan sosialnya, serta secara hati-hati melakukan penilaian otentik tentang apa yang telah dipelajari siswa selama
mengerjakan poyek, maupun menilai artefak sebagai produk belajar siswa bersama timnya.
Pendekatan pembelajaran berbasis proyek sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa
mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara individu. Pendekatan belajar berbasis proyek memberikan alternatif lingkungan belajar otentik
dimana guru dapat membantu memudahkan siswa meningkatkan keterampilan dalam bekerja dan pemecahan masalah secara kolaboratif.
“Menurut Ngainun Naim 2009:189 potensi keefektifan belajar berbasis proyek ini juga didukung oleh temuan-temuan penelitian belajar
kolaboratif yang terbuka dapat meningkatkan pencapaian prestasi akademik, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis yang
lebih baik, kemampuan memandang situasi dari perspektif lain yang lebih
21 baik, pemahaman yang mendalam terhadap bahan belajar lebih bersikap
positif terhadap bidang studi, hubungan yang lebih positif dan suportif dengan teman sejawat dan meningkatkan motivasi belajar”.
Pembelajaran berbasis proyek dapat disimpulkan sebagai
lingkungan belajar yang otentik untuk siswa belajar meningkatkan keterampilan dan membuat pengalaman menarik serta bermakna secara
langsung.
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek