Proses pendidikan dalam keluarga

68 pendidikan agama yang rendah memang menjadi faktor penghambat pendidikan moral yang terjadi pada remaja dalam keluarga single parent di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Semarang ini. Rendahnya pendidikan agama yang dimiliki orangtua dan tidak kontinunya orangtua dalam memberikan pendidikan agama menjadi salah satu penyebab degradasi moral pada anak. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada penelitian tersebut subjek merupakan keluarga single parent sehingga yang berperan mendidik hanya satu orang saja, sedangkan pada penelitian ini terdapat orangtua yang masih lengkap yaitu ayah dan ibu yang seharusnya dapat bekerjasama dalam memberikan pendidikan agama bagi anaknya. Penanaman nilai religiusitas pada keluarga di Kampung Jambon ini cenderung demokratis dengan memberikan kebebasan kepada anak namun orangtua tetap memberikan aturan- aturan.

b. Nilai Sosial

Materi kedua adalah menanamkan nilai sosial kepada anak, dalam penanaman nilai sosial ini orangtua di Kampung Jambon mengajarkan anak untuk menolong orang yang sedang kesusahan, saling menghargai orang lain, menghormati, serta tenggang rasa. Penanaman nilai sosial ini diberikan secara baik oleh orangtua, ketika melihat tetangga sedang kerepotan orangtua meminta anaknya untuk 69 membantu. Pendidikan ini juga diterima anak dengan baik, anak tidak pernah mengelak permintaan orangtua untuk membantu orang lain. Dalam keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke bawah memang jiwa sosial tertanam dengan baik kepada anak, karena menyadari bahwa hidup selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Pada penanaman nilai sosial ini orangtua di Kampung Jambon cenderung demokratis, membiarkan anaknya mengerti akan pentingnya jiwa sosial dengan memberikan arahan atau aturan yang dapat diterima oleh anak sehingga jiwa sosial tertanam dengan baik pada diri anak.

c. Nilai Kesetaraan Gender

Materi ketiga dalam pendidikan moral adalah penanaman nilai kesetaraan gender. Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan untuk memperoleh haknya untuk dapat berperan dan berpartisipasi dalam segala hal. Pada penanaman kesetaraan gender kepada anak ini sebagian orangtua di Kampung Jambon masih menggunakan pemikiran kuno yang memiliki anggapan bahwa derajad perempuan tidak setinggi derajad laki-laki. Orangtua memberikan pengertian kepada anak laki-laki bahwa harus melindungi perempuan karena perempuan merupakan mahkluk yang lemah dan patut untuk dilindungi. Sedangkan beberapa keluarga lain 70 telah mengerti akan kesetaraan gender sehingga orangtua mengajarkan suatu kesamaan antara laki-laki dengan perempuan. Perbedaan pendidikan kesetaran gender yang diberikan orangtua ini tidak membuat pendapat para anak berbeda, dari keluarga yang tidak menanamkan kesetaraan gender pun anak tetap beranggapan bahwa nilai kesetaraan gender itu perlu dipahami. Pendidikan memang tidak selalu datang dari keluarga, pendidikan bisa juga didapat pada lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Jika pada lingkungan keluarga anak tidak mendapat pendidikan kesetaraan gender, anak dapat belajar nilai kesetaraan gender tersebut di sekolah atau lingkungan masyarakat. Pada penanaman nilai kesetaraan gender orangtua di Kampung Jambon cenderung permisif, anak bebas melakukan sesuatu dan tidak ada batasan atau aturan yang jelas dari orangtua.

d. Nilai Demokratis

Materi keempat adalah menanamkan nilai demokarasi kepada anak. Orangtua di Kampung Jambon telah menanamkan nilai demokrasi ini dengan baik, membiarkan anak berpendapat dalam musyawarah keluarga dan memberikan kesempatan anak untuk dapat menyampaikan keinginan dan cita-citanya. Dengan nilai demokrasi yang ditanamkan orangtua tersebut akan membekali anak dalam kemampuan berargumentasi sehingga anak mampu berinteraksi dan