kaolin dan sebagainya. Areal pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan seluas 24.984,90 ha.
2. Non Pertambangan
Bentuk kegiatan non pertambangan ini pada umunya adalah : pemboran sumur minyak, jalur pipa minyak, jaringan listrik, PLTU, jalan umum,
fasilitas produksi dan sebagainya. Areal pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan non pertambangan seluas 320 ha.
Luas dan sebaran areal pinjam pakai sesuai izin Menteri Kehutanan yang telah dikeluarkan sampai dengan bulan Juni 2010
per provinsi sebagaimana Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Luas dan sebaran areal pinjam pakai sesuai izin Menteri Kehutanan per Provinsi
Di Dalam Kaw asan Hutan Produksi ha No
Provinsi Pertambangan
Non Luas
Eksploitasi Eksplorasi
Tambang Total
1 Babel
198,46 -
- 198,46
2 Bengkulu
1.013,28 -
- 1.013,28
3 Jambi
70,83 -
320,00 390,83
4 Jatim
545,65 -
- 545,65
5 Kalsel
786,80 -
- 786,80
6 Kalteng
2.517,37 -
- 2.517,37
7 Kaltim
11.541,18 -
- 11.541,18
8 Maluku
562,42 -
- 562,42
9 Malut
871,30 -
- 871,30
10 N T B
6.417,30 -
- 6.417,30
11 Sultra
460,31 -
- 460,31
Total 24.984,90
- 320,00
25.304,90
Sumber
: Direktorat BRPHP dan Ditjen Planologi Kehutanan
I I I . KESATUAN WI LAYAH PENGELOLAAN HUTAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan lestari, pasal 17 Undang- undang Kehutanan No.41 Tahun 1999 mengamanatkan pembentukan
wilayah pengelolaan hutan untuk tingkat provinsi, kabupaten kota dan unit pengelolaan. Wilayah pengelolaan hutan yang dibentuk merupakan unit-unit
kesatuan pengelolaan hutan KPH terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Pengelolaan
hutan dalam KPH merupakan pelaksanaan manajemen hutan yang meliputi kegiatan tata hutan, penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan
hutan, rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam. Menurut PP No.6 tahun 2007 jo PP 3 tahun 2008, bahwa KPH meliputi : a. KPH
Konservasi KPHK; b. KPH Lindung KPHL; dan c. KPH Produksi KPHP Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari, maka seluruh kawasan hutan
nantinya terbagi ke dalam KPH. Pembangunan KPH merupakan salah satu prioritas dan target sasaran dalam rencana strategis kehutanan. Pada
Rencana Strategis Departemen Kehutanan Tahun 2009-2014, telah ditetapkan sasaran strategis yang harus dicapai, yaitu beroperasinya
lembaga KPH di 15 provinsi.
B. Arahan Pencadangan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH
Arahan pencadangan merupakan tahap awal dari prosedur pembentukan lembaga KPH. Arahan pencadangan KPH ditetapkan oleh Menteri setelah
adanya usulan rancang bangun unit KPH oleh Gubernur, yang disusun berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh Menteri.
Sampai dengan Juni 2010, jumlah dan luas areal pencadangan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH di seluruh I ndonesia seluas 58.604.936
ha yang tersebar pada 22 provinsi, yaitu terdiri dari: