Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan kaum buruh di Indonesia sekarang ini memang semakin mengalami proses pemiskinan dan semakin tidak diperhatikan hak sosial-ekonomi
dan hak sipil-politiknya. Rencana Revisi UU No 13 tahun 2003 memiliki motivasi ekonomis-politik, untuk meliberalisasikan sektor perburuhan dan melemahkan
posisi tawar politik komunitas buruh di Indonesia. Standard kesejahteraan hidup para buruh di Indonesia juga semakin melemah karena himpitan dampak
kebijakan ekonomi pemerintah yang berwatak neo-liberalisme. Kebijakan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005 sampai 180 telah membuat banyak
buruh kehilangan pekerjaan. Para buruh yang masih bekerja terpaksa semakin mengencangkan ikat pinggang karena upah yang mereka terima s jauh dari
standar kebutuhan hidup layak KHL dan tidak bisa mengimbangi laju kenaikan harga berbagai produk dan barang kebutuhan pokok Yulianto, 2006.
http:els.bappenas.go.id, diakses tanggal 20 November 2008 pukul 19:29 Wib Kemiskinan struktural yang dialami kaum buruh di Indonesia saat ini ada
120 juta orang buruh, 65 adalah perempuan, 70 bekerja disektor industri dan berkategori pekerja kerah biru. Nasib suram yang menyelimuti kaum buruh
Indonesia masih diwarnai dengan aksi unjuk rasa besar-besaran setiap memperingati hari Buruh Internasional 1 Mei merupakan isyarat bahwa beban
kaum buruh kian berat. Pekerjaan berat yang dijalani kaum buruh tetap tidak mampu memenuhi apa yang menjadi standard kebutuhan hidup layak. Buktinya,
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
pemenuhan atas tuntutan upah yang layak, pesangon, cuti hamil, kebebasan berserikat, tunjangan hari raya dan berbagai hak normatif lain masih sebatas
wacana. Benar memang wacana tersebut hingga saat ini masih terus diperjuangkan. Tapi resiko perjuangan juga tidak kecil dan kadang pahit.
Akibatnya, kaum buruh tetap berkubang dalam lumpur kemiskinan. Jika ukuran garis kemiskinan BPS 2005 Rp 135.000 per kapita per bulan, buruh Indonesia
dengan upah rata-rata Rp 700.000 sampai Rp 800.000 sekarang, memang tidak termasuk miskin. Tapi karena setiap buruh menanggung rata-rata tiga anggota
keluarga, meski tidak di bawah garis kemiskinan, tetap terkategori miskin. Belum ditambah mahalnya harga kebutuhan pokok. Jangan heran jika banyak buruh
harus bertahan hidup di kawasan kumuh dengan standar kesehatan di bawah rata- rata, dan anak-anak putus sekolah adalah fenomena biasa. Semua itu demi
menyeimbangkan pendapatan dengan biaya kebutuhan hidup keluarga.
Firmansyah. http:pakolescenter.blogspot.com. Diakses tanggal 20 November 2008 pukul 20:12 Wib
Sejak tahun 1970 praktek kerja BHL mulai marak seperti jaman kolonial, bahwa dalam 100 Ha kebun dipekerjakan 22 orang buruh, 12 diantaranya SKU
dan 10 BHL. Dengan asumsi seperti itu, diperkirakan jumlah BHL sekitar 800.000 di sumatera Utara. Ada 3 jenis perikatan kerja BHL yaitu : 1 Perikatan permanen
kontrak tahunan, sistem dan beban kerja sama dengan SKU hanya saja hari kerja dibatasi dibawah 20 hari, sistem kerja berdasarkan 1 hk 7 jam kerja dan target
kerja secara bersamaan ditentukan sepihak oleh perusahan, upah antara Rp 29.000,- sd Rp 31.500 tanpa jaminan sosial. 2. Perikatan semi permanen kontrak
borongan, model kerja sopir-kernet yang kita sebut “paket hemat”, kepastian kerja
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
tergantung pada fruktuasi panen, jam kerja ada yang ½ hk, ada yang 1 hk tergantung pada fruktuasi panen tanpa jaminan sosial. dan 3. outsourcing baik
resmi dan tidak resmi, kepastian kerja ukuranya ½ hk 4 jam kerja, kompensasi upah sekitar Rp 8.000 sd 15.000,- tanpa jaminan sosial. Seluruh aspek kerja BHL
berbasis penghisapan mulai dari proses rekruitmen, proses kerja, polanya hampir sama dengan jaman ordonasi kuli tempo dulu kerja hanya untuk sekedar makan
tanpa adanya pemikiran untuk masa depan Torang. 2008.
http:kpspor.blogspot.com Diakses tgl 14 November 2008 pukul 21:19 Wib Di AS, upah minimum adalah US 5-8 per jam atau US 840 - 1.344 per
bulan Rp 7,8 - 12,6 juta per bulan. Di Singapura tidak ada UMR, tapi rata2 buruh manufaktur, gaji per bulannya adalah US 1.600 per bulan Rp 15 juta.
Bahkan TKW kita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura, gajinya sekitar Rp 1,5 juta per bulan, sementara di Indonesia hanya Rp 250 ribu
per bulan. UMR di Indonesia berkisar antara Rp 300.000 sampai Rp. 711.000 per bulan US 32 - 75. Upah serendah itu pun sering dianggap terlalu besar,
sehingga banyak pekerja yang gajinya di bawah UMR, hal ini dapat kita survey ke pelayan toko di pasar2mal2 2005. http:osdir.com diakses tgl 20 November
2008 pukul 19:12 Wib Aspek kehidupan manusia sangatlah kompleks sehingga dengan
sendirinya ragam dan intensitas pembangunan menjadi kompleks pula. Tuntutan masyarakat sangat majemuk sehingga pembangunan sebagai jawaban responsive
akan menjadi jawaban majemuk pula. Salah satu dari aspek pembangunan itu adalah pembangunan dibidang pertanian. Sebab bidang ini adalah sektor yang
telah digeluti masyarakat Indonesia sejak dahulu sehingga Indonesia dikenal
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
sebagai negara agraris. Tetapi perkembangan di bidang pertanian tidak merata disetiap daerah. Hal ini mendorong para pencari kerja untuk merantau ke daerah
yang memerlukan tenaga kerja di bidang pertanian. Para pencari kerja tersebut tidak memiliki pendidikan dan keterampilan khusus untuk bekerja di sektor ini.
Mereka hanya mengandalkan kekuatan fisik. Sektor pertanian di Tanah Karo sangat berkembang pesat, terutama buah-
buahan dan sayur mayur. Hal ini menyebabkan tumbuhnya lapangan kerja baru bagi para penduduk setempat maupun penduduk perantau. Disana kita dapat
menjumpai suatu kelompok pekerja buruh harian lepas yang sering disebut oleh masyarakat Karo sebagai aron. Mereka bekerja dalam proses menanam,
menyiangi, dan memanen hasil-hasil pertanian dengan upah harian. Setiap hari mereka berkumpul di suatu tempat yaitu simpang Laudah untuk menunggu para
petani yang memerlukan tenaga mereka. Pagi-pagi sekali mereka harus sudah berangkat menuju tempat tersebut karena jarak dari tempat mereka tinggal cukup
jauh. Ketika mereka berangkat dari rumah, mereka belum tahu pekerjaan apa yang akan mereka kerjakan pada hari tersebut tergantung dari kebutuhan petani yang
memerlukan mereka. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah tidak selamanya mereka mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan jumlah mereka yang begitu
banyak. Mereka membentuk suatu komunitas tersendiri di Kelurahan Padang mas, di daerah Simpang Laudah.
Sejak kapan buruh harian lepas aron ini mulai beroperasi tidak diketahui secara pasti. Seorang penduduk setempat yang telah lama tinggal di daerah
tersebut sejak tahun 1989 yaitu Esra Bangun mengatakan tidak mengetahui secara jelas sejak kapan aron ini ada di simpang Laudah tersebut, sebab ketika dia dan
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
keluarganya menetap disana buruh aron tersebut sudah ada disana. Sementara itu seorang petani jeruk Gembira Ginting yang telah sering menggunakan jasa para
buruh harian lepas sejak tahun 1995. Begitu juga dengan informasi yang penulis peroleh dari kelurahan Padang mas tidak ada data yang mengatakan sejak kapan
BHL aron tersebut mulai ada. Menurut Lurah Kelurahan Padang mas mengatakan bahwa kehadiran para buruh aron seiring dengan sektor pertanian
yang berkembang pesat di Tanah Karo terutama buah-buahan dan sayur-sayuran. Tidak bisa dibayangkan kalau tidak ada buruh aron maka sektor pertanian di
Tanah Karo akan mengalami kepincangan, sehingga peran serta mereka dalam sektor pertanian di Tanah Karo sangat besar.
Aron yang bekerja ada yang masih lajang tetapi mayoritas dari mereka telah berkeluarga. Ada suami saja yang bekerja sebagai aron sedangkan istrinya
mempunyai pekerjaan lain, atau sebaliknya si istri bekerja sebagai aron sedangkan si suami mempunyai pekerjaan lain, bahkan ada juga yang sepasang suami istri
bekerja sebagai aron untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Para aron ini bekerja dengan upah antara Rp35.000 – Rp50.000 sesuai dengan pekerjaan yang
mereka lakukan. Dalam seminggu para aron bekerja kira-kira 4-5 hari dalam seminggu. Mereka bekerja setiap hari kecuali hari minggu yang digunakan
sebagai hari untuk beristirahat. Pekerjaan merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup yang sangat essensial sekali dan pada hakekatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan hidup yang bermacam ragamnya serta tidak terbatas
intensitasnya. Banyak cara digunakan dalam mensistematiskan kebutuhan hidup.
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
Menurut Manullang sebagaimana dikutip dalam Pitomo kebutuhan manusia untuk
melangsungkan hidupnya dibagi menjadi dua kategori yakni:
1. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan hidup seperti:
makan, minum, pakaian, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. 2. Kebutuhan Sekunder
adalah kebutuhan yang dipergunakan untuk melengkapi kebutuhan primer seperti: alat-alat dan perabot
Dalam pemenuhan kebutuhannya, apa yang telah dilakukan oleh para buruh harian lepas aron tidak memberikan hasil yang maksimum hal ini dapat
dilihat dari kebutuhan primer mereka yang belum terpenuhi dan kondisi perumahan yang masih seadanya. Dengan bekerja mereka mengharapkan adanya
peningkatan kesejahteraan kehidupan keluarganya, tetapi muncul kesenjangan antara harapan yang ingin dicapai dengan kenyataan yang mereka hadapi saat itu.
Jadi untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan pangan maka para buruh harian lepas aron ini menggunakan metode strategi adaptif untuk
tetap survive dalam mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan
kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.
Dari sekian banyak issu yang membahas fenomena sosial yang dialami sebagian besar penduduk dan masyarakat salah satunya yang dialami masyarakat
petani adalah golongan masyarakat yang berprofesi sebagai buruh pertanian atau buruh harian lepas aron. Termasuk salah satu yang dimaksudkan yaitu kondisi
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
kehidupan buruh harian lepas aron di Tanah Karo pada umumnya dan di Kelurahan Padang Mas pada khususnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka penulis merasa tertarik untuk melihat bagaimana Kondisi Kehidupan Sosial
Ekonomi Buruh Harian Lepas aron di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.
1.2 Perumusan Masalah