Pengaruh Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Langkat
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Oleh
ABDUL HALIM HARAHAP
097003026/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SEK O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
(2)
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ABDUL HALIM HARAHAP
097003026/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(3)
Judul Tesis : PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI
KABUPATEN LANGKAT Nama : Abdul Halim Harahap Nomor Pokok : 097003026
Program Studi : Perencanaan Pembangungan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Badaruddin, MS) Ketua
(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Agus Suriadi, S.Sos, M.Si) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(4)
Tanggal lulus : 18 Agustus 2011
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, MS Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta. M.Si
2. Agus Suriadi S.Sos. M.Si 3. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS 4. Ir. Supriadi, MS
(5)
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN
WILAYAH DI KABUPATEN LANGKAT
ABSTRAK
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu dianalisis pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat dan persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat, dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat secara nyata memberi pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah, dan persepsi masyarakat tentang penilaian hasil kerja pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat menunjukan adanya manfaat pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah terhadap masyarakat.
Kata Kunci : Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah, Pengembangan Wilayah.
(6)
THE EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM REGIONAL INFRASTRUCTURE (PISEW) THE REGIONAL DEVELOPMENT IN LANGKAT
ABSTRACT
Socio-Economic Development Regional Infrastructure (PISEW) in important Langkat built due to community life can not be separated from the need for adequate infrastructure. Infrastructure is the physical facility and its services are held to support the operation of socio-economic system, to be more work for businesses meet basic needs and to solve various problems. Activities of the transport sector is the backbone of the distribution pattern of both goods and passengers. Availability of drinking water and sanitation infrastructure, widely and evenly, and management of sustainable water resources determines the level of welfare. For that need to be analyzed the influence of socio-economic infrastructure development programs of regional development in Langkat and community perceptions about the work of socio-economic infrastructure development in Langkat, using simple regression analysis and descriptive analysis.
Results showed that socio-economic infrastructure development in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat significantly positive effect on regional development, it is because society benefits from regional economic development of social infrastructure, and public perception of the performance assessments of development socio-economic infrastructure in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat indicates the existence of socio-economic benefits of infrastructure development on the community territory.
Keywords: Regional Economic Development Of Social Infrastructure, Development Region.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Pengaruh Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Langkat” merupakan syarat dalam
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si., dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos. M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
5. Bapak H. Gatot Pujo Nugroho, ST selaku Pelaksana Gubernur Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan kami program beasiswa dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
6. Bapak Ir. H. Riadi Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.
(8)
7. Bapak Drs. H. Junaidi Muslim, M.Si, Kepala Bidang SDM dan Sosial Budaya Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan kelonggaran waktu bagi penulis, sehingga dapat menyelelesaikan studi dan penulisan tesis ini.
8. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
9. Ayahanda (Alm) M. Thahir Harahap dan Ibunda (Almh) Sitiogur Siregar yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.
10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta
Munalismah, SH atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam
mendampingi penulis serta dukungannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Demikian pula kepada kedua putra-putri penulis, masing-masing: Nazhira Utami
Harahap dan M. Anwar Natama Harahap.
Penulis menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Medan, September 2011 Penulis
(9)
RIWAYAT HIDUP
Abdul Halim Harahap lahir di Rantau Prapat, 08 November 1968, dari pasangan (Alm) M. Thahir Harahap dengan (Almh) Sitiogur Siregar, dan merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1981 di SD di Kecamatan Hamparan Perak. Pada tahun 1984 menyelesaikan pendidikan SMP di Kecamatan Hamparan Perak dan tahun 1987 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 10 Medan. Kemudian pada tahun 1997 menyelesaikan Sarjana S1 di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Pada tahun 1997 penulis menikah dengan Munalismah, SH dan dikarunia 2 orang putra putri: Nazhira Utami Harahap dan M. Anwar Natama Harahap. Sejak tahun 1989 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan September 2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD).
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Pembangunan Pedesaan ... 8
2.2. Infrastruktur ... 10
2.3. Program Pengembangan Infrastruktur Sossial Ekonomi (PISEW) ... 21
2.4. Pengembangan Wilayah ... 22
2.5. Penelitian Sebelumnya ... 25
2.6. Kerangka Pemikiran ... 26
2.7. Hipotesis... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 27
3.2. Sumber dan Jenis Data Penelitian ... 27
3.3. Lokasi Penelitian ... 27
(11)
3.6. Analisis Data ... 35
3.7. Definisi dan Batasan Operasional ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 37
4.2. Pengaruh PISEW terhadap Pengembangan Wilayah ... 40
4.3. Persepsi Masyarakat terhadap PISEW ... 43
4.4. Pembahasan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
5.1. Kesimpulan ... 51
5.2. Saran ... 51
(12)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10.
Lokasi penelitian ………... Interval Jawaban, Kategori Jawaban dan Skor Jawaban ………... Uji Validitas Variabel Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah ……….. Uji Validitas Variabel Pengembangan Wilayah ……… Operasional Variabel Penelitian ……… Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bahorok Tahun 2009 ………... Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Wampu Tahun 2009 ………... Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kuala Tahun 2009 ………... Hasil Analisis Regresi Sederhana ………. Rincian Pelaksanaan Program PISEW dan Manfaat yang
diharapkan di Kecamatan Bahorok, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Kuala Tahun 2000 ………. Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur transportasi ……… Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur produksi pertanian ….……… Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur pemasaran pertanian……… Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi………. Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur
28 31 34 34 36 38 39 40 41 43 44 44 45 45
(13)
4.11. Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur
(14)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian ……….
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuisioner Penelitian ………... 56
2. Data Tabulasi Validitas Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 56
3. Hasil Analisis Validitas PISEW ………. 60
4. Hasil Analisis Realibilitas PISEW ………... 61
5. Hasil Analisis Validitas Pengembangan Wilayah ……….. 62
6. Hasil Analisis Realibilitas Pengembangan Wilayah ……….. 63
7. Data Tabulasi Ordinal Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 65
8. Data Tabulasi Interval Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 67
(16)
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN
WILAYAH DI KABUPATEN LANGKAT
ABSTRAK
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu dianalisis pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat dan persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat, dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat secara nyata memberi pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah, dan persepsi masyarakat tentang penilaian hasil kerja pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat menunjukan adanya manfaat pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah terhadap masyarakat.
Kata Kunci : Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah, Pengembangan Wilayah.
(17)
THE EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM REGIONAL INFRASTRUCTURE (PISEW) THE REGIONAL DEVELOPMENT IN LANGKAT
ABSTRACT
Socio-Economic Development Regional Infrastructure (PISEW) in important Langkat built due to community life can not be separated from the need for adequate infrastructure. Infrastructure is the physical facility and its services are held to support the operation of socio-economic system, to be more work for businesses meet basic needs and to solve various problems. Activities of the transport sector is the backbone of the distribution pattern of both goods and passengers. Availability of drinking water and sanitation infrastructure, widely and evenly, and management of sustainable water resources determines the level of welfare. For that need to be analyzed the influence of socio-economic infrastructure development programs of regional development in Langkat and community perceptions about the work of socio-economic infrastructure development in Langkat, using simple regression analysis and descriptive analysis.
Results showed that socio-economic infrastructure development in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat significantly positive effect on regional development, it is because society benefits from regional economic development of social infrastructure, and public perception of the performance assessments of development socio-economic infrastructure in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat indicates the existence of socio-economic benefits of infrastructure development on the community territory.
Keywords: Regional Economic Development Of Social Infrastructure, Development Region.
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terkait dengan begitu banyaknya program dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah untuk pembangunan desa.
Pembangunan di negara yang sedang berkembang mengandung dua dimensi, yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.
Todaro (2000) mengemukakan bahwa pembangunan bersifat multidimensional yang mengandung perubahan besar dalam struktur sosial, perilaku penduduk dan institusi nasional dalam upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan dan mengeradikasi kemiskinan absolut.
Data penduduk Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan proporsi penduduk yang bertempat tinggal di perdesaan jika dibandingkan di perkotaan tidak lagi berbeda jauh, yakni 113,7 juta jiwa di perdesaan dan 106,2 juta jiwa di perkotaan (BPS, 2005). Namun, perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat pembangunan wilayah di antara keduanya menunjukkan kawasan perdesaan masih relatif tertinggal jika dibandingkan dengan perkotaan. Jumlah penduduk miskin di perdesaan pada tahun 2004
(19)
mencapai 24,6 juta jiwa, jauh lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu 11,5 juta jiwa. Sementara itu, jangkauan pelayanan infrastruktur di perdesaan masih jauh dari memadai. Misalnya, baru sekitar 6,4 persen rumah tangga perdesaan yang telah dilayani oleh infrastruktur perpipaan air minum, sedangkan di perkotaan mencapai 32 persen (Yadi, 2010
Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dapat dimasukkan ke dalam beberapa permasalahan utama sebagai berikut (1) masih kurang berkembangnya kehidupan masyarakat perdesaan karena terbatasnya akses masyarakat perdesaan, terutama kaum perempuan, ke sumber daya produktif, seperti lahan, permodalan, infrastruktur, dan teknologi serta akses terhadap pelayanan publik dan pasar; (2) masih terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana permukiman perdesaan, seperti air minum, sanitasi, persampahan, dan prasarana lingkungan lain; (3) masih terbatasnya kapasitas kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal dan kelembagaan sosial ekonomi untuk mendukung peningkatan sumber daya pembangunan perdesaan; dan (4) masih kurangnya keterkaitan antara kegiatan ekonomi perkotaan dan perdesaan yang mengakibatkan makin meningkatnya kesenjangan ekonomi dan kesenjangan pelayanan infrastruktur antarwilayah (
).
Upaya mempercepat pembangunan regional dapat dilaksanakan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat produktivitasnya. Efisensi dalam kegiatan ekonomi harus didukung oleh infrastruktur yang memadai sehingga mendorong peningkatan potensi daerah masing-masing secara berkesinambungan. Pertumbuhan potensi daerah akan pertukaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan memungkinkan bergeraknya perekonomian daerah sesuai dengan potensinya serta secara
(20)
bersama-sama menuju proses pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin meningkat sesuai dengan kemampuannya yang optimal.
Walaupun kebijakan pembangunan infrastruktur di Indonesia telah berlangsung cukup lama dengan biaya yang cukup besar dan kontribusinya dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi cukup signifikan, namun masih banyak masalah yang dihadapi beberapa wilayah di Indonesia, antara lain perencanaan yang lemah, kuantitas yang belum mencukupi dan kualitas yang masih rendah (Ikhsan, 2004).
Salah satu masalah yang dihadapi dalam peningkatan ekonomi lokal adalah kurang tersedianya infrastruktur yang memadai, terutama di daerah perdesaan. Kondisi pelayanan infrastruktur perdesaaan umumnya masih kurang, hal ini terlihat dari sebagian besar penduduk di desa tertinggal harus menempuh jarak sejauh 6-10 km ke pusat pemasaran (terutama pusat kecamatan), bahkan di desa lainnya penduduk harus menempuh jarak lebih dari 10 km dengan kondisi jalan yang memprihatinkan. Penduduk yang terlayani air minum perpipaan perdesaan masih sangat rendah, selebihnya masih mengambil langsung dari sumber air yang belum terlindungi. Sementara itu, banyak petani di desa tertinggal memiliki luas lahan pertanian kurang dari 0,5 ha (lahan marjinal). Dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan strategi penanganan penyediaan infrastruktur perdesaan yang dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan keberlanjutan kegiatan perekonomian di perdesaan (Ikhsan, 2004).
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi sehingga u diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan di perdesaan, pemerintah telah mencanangkan
(21)
program revitalisasi pertanian dan pembangunan dengan pemenuhan kebutuhan pendukung produksi (khususnya pertanian) dan pendukung pasca produksi (khususnya pemasaran).
Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Pada tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah Kabupaten yang mendapat program PISEW. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.
Salah satu tujuan dari program PISEW adalah mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal. Adapun lingkup kegiatan meliputi pembangunan infrastruktur skala kecil perdesaan dengan kategori infrastruktur yang dibangun: a) Transportasi (jalan, jembatan, titian); b) Peningkatan produksi Pertanian (irigasi tersier); c) Pemasaran hasil pertanian (pasar desa); d) Air Bersih dan sanitasi (Prasarana Air Bersih, MCK); e) Kesehatan (pembangunan posyandu, puskesdes dan rehabilitasi puskesmas); dan f) Pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan sekolah menegah pertama, Penyediaan Meubeler).
Infrastruktur di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya
(22)
sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah.
Selama ini pembangunan infrastruktur menjadi bagian integral dari pembangunan nasional pada umumnya dan Kabupaten Langkat pada khususnya. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa program PISEW bukan sekedar berbicara mengenai berapa panjang jalan yang telah dibangun, berapa jembatan yang telah dibangun, atau berapa irigasi yang telah dibangun, akan tetapi yang terpenting dan merupakan pokok permasalahan adalah bagaimana program PISEW tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan mengembangkan wilayah di Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada aspek manfaat pelaksanaan program PISEW dan pengembangan wilayah di Kabupaten Langkah melalui pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, kelancaran usaha, peningkatan pendidikan dan kesehatan.
Mengingat begitu besarnya dana yang telah disalurkan melalui Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat, maka dipandang perlu diketahui secara jelas bagaimana pengaruh Program PISEW terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Langkat, untuk itu perlu mengkaji manfaat pelaksanaan Program PISEW guna dapat memberikan masukan dan pertimbangan pada
(23)
kebijakan Pemerintah Kabupaten Langkat yang akan datang dalam mewujudkan program tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat?
2. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap
pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat.
2. Persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Langkat dalam merencanakan dan mengimplementasikan program pengembangan
(24)
infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang lebih baik di masa mendatang, sehingga kesejahteraan rakyat dan pengembangan wilayah menjadi lebih meningkat.
2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pihak swasta yang terlibat langsung dalam program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah untuk dapat lebih dapat bijaksana dalam mengelola infrastruktur sosial ekonomi.
3. Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pembangunan dan pengembangan wilayah. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi para peneliti lain yang berminat melakukan kajian sejenis.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Pedesaan
Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja pembangunan yang sangat baik pun, mungkin saja menciptakan berbagai masalah sosial ekonomi baru yang tidak diharapkan. Kompleksitas permasalahannya bertambah besar karena ruang lingkup permasalahannya telah bertambah luas. Pendekatan terhadap permasalahan pembangunan dan cara pemecahannya telah mengalami perkembangan pula (Adisasmita, 2005).
Batten dalam Sinaga (2004) mengemukakan bahwa pembangunan itu suatu proses dimana orang atau masyarakat desa, mulai mendiskusikan dan menemukakan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Adapun tujuan pembangunan menurut Giant (1971 dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2010) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus dapat memberi tekanan pada mekanisme ekonomi sosial, politik dan kelembagaan, baik dari sektor swasta
(26)
maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup masyarakat secara cepat (Mahalli, 2005).
Pembangunan dan pengembangan harus berjalan sesuai dengan kebijakan publik yang telah disusun sebelumnya. Kebijakan publik yang disusun harus mencakup kepentingan dari seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, niat dan keinginan itu harus diawali dengan penciptaan kebijakan publik sehingga pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah dapat dinikmati secara optimal oleh masyarakat (Miraza, 2005).
Pembangunan pedesaan mempunyai peranan pentingan dalam konteks pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65% penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan kemamapuan sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga kreativitas dan aktivitasnya dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi (Adisasmita, 2006).
Pembangunan daerah pedesaan diarahkan (1) untuk pembangunan desa yang bersangkutan dengan memanfaatkan sumberdaya pembangunan yang dimiliki (SDA dan SDM), (2) untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan antar sektor (perdagangan, pertanian dan industri) antar desa, antar pedesaan dan perkotaan, dan (3) untuk memperkuat pembangunan nasional secara menyeluruh.
Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dimana mereka mengidentifikasikan kebutuhan dan masalahnya secara bersama. Ada yang mengartikan pula bahwa pembangunan masyarakat desa adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial-ekonomi masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(27)
2.2. Infrastruktur
Menurut Setyaningrum (1997), infrastruktur adalah bagian dari kapital stock dari suatu negara, yaitu biaya tetap sosial yang langsung mendukung produksi. Stone dalam Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.
Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan
output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi
efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya.
Hanafie (2010) adanya infrastruktur ekonomi yang memadai merupakan prakondisi bagi tumbuh kembangnya kegiatan agribisnis dan perekonomian secara umum di pedesaan. Infrastruktur esensial bagi agribisnis dan perekonomian pedesaan secara umum mencakup sistem pengairan, pasar, komoditas pertanian, jalan raya, kelistrikan, dan jaringan telekomunikasi.
Infrastruktur dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu:
1. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public
utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan,
bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel kereta api, angkutan pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
(28)
2. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi (taman, museum dan lain-lain).
3. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.
Infrastruktur juga dapat digolongkan menjadi infrastruktur dasar dan pelengkap. Infrastruktur dasar (basic infrastructure), meliputi sektor-sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (non tradable) dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik secara teknis maupun spasial. Contohnya jalan raya, rel kereta api, pelabuhan laut, drainase, bendungan, dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur pelengkap (complementary
infrastructure) misalnya gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum. Infrastruktur
dasar biasanya diselenggarakan oleh pemerintah karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Namun dalam penyediaannya pemerintah dapat bekerja sama dengan badan usaha sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Perbedaan antara infrastruktur dasar dan pelengkap tidaklah selalu sama dan dapat berubah menurut waktu. Misalnya pengadaan air minum yang dulunya digolongkan sebagai infrastruktur pelengkap, sekarang digolongkan sebagai infrastruktur dasar.
Fasilitas infrastruktur bukan hanya berfungsi melayani berbagai kepentingan umum tetapi juga memegang peranan penting pada kegiatan-kegiatan swasta di bidang ekonomi. Kebutuhan prasarana merupakan pilihan (preference), dimana tidak ada standar umum untuk menentukan berapa besarnya fasilitas yang tepat di suatu daerah atau
(29)
populasi. Edwin (1998) menguraikan prasarana umum terdiri dari kategori-kategori dalam fasilitas pelayanan dan fasilitas produksi. Fasilitas pelayanan meliputi kategori-kategori sebagai berikut:
1. Pendidikan, berupa Sekolah Dasar, SMP, SMA dan perpustakaan umum.
2. Kesehatan, berupa rumah sakit, rumah perawatan, fasilitas pemeriksaan oleh dokter keliling, fasilitas perawatan gigi dengan mobil keliling, fasilitas kesehatan mental dengan mobil keliling, rumah yatim piatu, perawatan penderita gangguan emosi, perawatan pecandu alkohol dan obat bius, perawatan penderita cacat fisik dan mental, rumah buta dan tuli, serta mobil ambulans.
3. Transportasi, berupa jaringan rel kereta api, bandar udara dan fasilitas yang berkaitan, jalan raya dan jembatan di dalam kota dan antar kota serta terminal penumpang. 4. Kehakiman, berupa fasilitas penegakan hukum dan penjara.
5. Rekreasi, berupa fasilitas rekreasi masyarakat dan olahraga. Sedangkan fasilitas produksi meliputi kategori-kategori:
1. Energi, yaitu penyuplai energi langsung.
2. Pemadam kebakaran, berupa stasiun pemadam kebakaran, mobil pemadam
kebakaran, sistem komunikasi, suplai air dan penyimpanan air.
3. Sampah padat, berupa fasilitas pengumpulan dan peralatan sampah padat dan lokasi pembuangannya.
4. Telekomunikasi, berupa televisi kabel, televisi udara, telepon kabel dan kesiagaan menghadapi bencana alam.
5. Air limbah, berupa waduk dan sistem saluran air limbah, sistem pengolahan dan pembuangannya.
(30)
6. Air bersih, berupa sistem suplai untuk masyarakat, fasilitas penyimpanan, pengolahan dan penyalurannya, lokasi sumur dan tangki air di bawah tanah.
Dengan melihat jenis-jenis infrastruktur yang banyak berhubungan dengan masyarakat, peranan pemerintah sangat penting dalam penyediaannya. Walaupun pengadaan infrastruktur bisa dilakukan dengan kerja sama dengan badan usaha yang telah ditunjuk, tidak semua layanan infrastruktur bisa dilaksanakan oleh pihak swasta karena ada layanan infrastruktur yang memerlukan modal yang besar dengan waktu pengembalian yang lama dan resiko investasi yang besar.
Pemerintah sebagai pemain utama dalam penyediaan infrastruktur selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan memrioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional, sehingga infrastruktur dapat dibenahi baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu perlu pendekatan yang lebih terpadu dalam pembangunan infrastruktur guna menjamin sinergi antar sektor dan wilayah (Bulohlabna, 2008).
2.2.1. Infrastruktur Transportasi
Infrastruktur transportasi merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk pengangkutan yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan prasarana jalan turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang pada akhirnya akan memengaruhi pendapatan.
(31)
Ikhsan (2004) mengemukakan bahwa jalan raya akan memengaruhi biaya variabel dan biaya tetap. Jika infrastruktur harus dibangun sendiri oleh sektor swasta, maka biaya akan meningkat secara signifikan dan menyebabkan cost of entry untuk suatu kegiatan ekonomi menjadi sangat mahal sehingga kegiatan-kegiatan ekonomi yang sebetulnya secara potensial mempunyai keunggulan komparatif menjadi tidak bisa terealisasikan karena ketiadaan infrastruktur. Lebih jauh lagi infrastruktur sangat berpengaruh terhadap biaya marketing.
Queiroz dalam Sibarani (2002) juga menunjukkan adanya hubungan yang konsisten dan signifikan antara pendapatan dengan panjang jalan. Negara berpenghasilan lebih dari US$ 6.000/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 10.110 km/1 juta penduduk, sedangkan negara berpenghasilan US$ 545 - US$ 6.000/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 1.660 km/1 juta penduduk dan negara berpenghasilan kurang dari US$ 545/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 170 km/1 juta penduduk. Jika data tersebut dibandingkan, negara yang berpenghasilan tinggi mempunyai panjang jalan 59 kali lipat dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah.
2.2.2. Infrastruktur Produksi Pertanian
Infrastruktur produksi pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk meningkatkan hasil pertanian (irigasi) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan irigasi akan memudahkan masyarakat dalam mengelola tanaman pertaniannya. Pembangunan prasarana irigasi turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume hasil pertanian.
Sumber air (misalnya, sungai dan danau) merupakan milik bersama masyarakat
(32)
investasi yang sangat besar. Oleh karena itu, pembangunan sistem pengairan haruslah diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat lokal secara bersama-sama. Mengingat adanya keterbatasan anggaran pembangunan pemerintah maka alternatif lain yang dapat ditempuh ialah mendorong petani dan pengusaha membangun sumber pengairan sendiri, seperti pompa air tanah atau jaringan irigasi sederhana swakelola. Hanafie, 2010)
2.2.3. Infrastruktur Pemasaran Pertanian
Infrastruktur pemasaran pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk pemasaran hasil pertanian (pasar desa) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan pasar desa akan memudahkan masyarakat dalam membeli dan menjual hasil pertanian. Pembangunan prasarana pasar desa turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume jual beli.
Hanafie (2010) pasar lokal komoditas pertanian juga sangat esensial bagi tumbuh kembangnya agribisnis pedesaan. Pembangunan pasar lokal sangat diperlukan untuk menjamin bahan pokok yang dihasilkan petani dapat terjual dengan harga wajar. Pembangunan pasar lokal berfungsi menciptakan pasar komoditas pertanian yang efisien. Pasar lokal juga merupakan barang publik yang harus dibangun dan dikelola pemerintah. Jalan raya diperlukan untuk membuka perekonomian desa sehingga tercipta perdagangan dengan perekonomian di luar desa. Sistem jalan yang efisien sangat diperlukan untuk meminimumkan biaya pemasaran. Sistem jalan raya yang efisien mutlak diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agribisnis. Jalan raya merupakan barang publik yang harus dibangun dan dikelola juga oleh pemerintah.
(33)
Air bersih merupakan kebutuhan vital yang mutlak diperlukan dalam kehidupan manusia sehingga pengadaan sumber daya ini termasuk dalam prioritas pembangunan. Pengalokasian air bersih yang efisien harus didasarkan pada sifat zat cair yang mudah mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu. Karakteristik sumber daya air dikemukakan oleh Anwar dalam Oktavianus (2003), yaitu:
1. Mobilitas air, menyebabkan sulitnya penegasan hak-hak (property right) atas sumber daya air secara ekslusif agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.
2. Sifat skala ekonomi yang melekat, menyebabkan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly), dimana semakin besar jumlah air yang ditawarkan, maka biaya per satuan yang ditanggung produsennya semakin murah.
3. Sifat penawaran air dapat berubah-ubah menurut waktu, ruang dan kualitasnya sehingga penyaluran air dalam keadaan kekeringan hebat dan banjir biasanya hanya dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.
4. Kapasitas daya asimilasi dari badan air (water bodies) yang dapat melarutkan dan menyerap zat-zat tertentu selama daya dukungnya tidak melampaui, sehingga komoditas air dapat dimasukkan dalam barang umum (public good) dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan atas air bersih.
5. Penggunaan air bisa dilakukan secara beruntun ketika air mengalir dari suatu daerah aliran sungai (DAS) sampai ke laut, yang dapat menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitasnya.
(34)
7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulkiness) sehingga biaya transportasinya menjadi mahal.
8. Nilai kultur masyarakat yang menganggap bahwa sumber daya air sebagai anugerah dari Tuhan, dapat menjadi kendala dalam pendistribusiannya secara komersial.
Penggunaan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri. Kebutuhan domestik untuk masyarakat akan meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun pedesaan. Air untuk keperluan irigasi pertanian juga terus meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Demikian juga dalam bidang industri, yang kian mengalami peningkatan karena struktur perekonomian yang mengarah pada industrialisasi.
Air harus dipandang sebagai barang ekonomi sehingga untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan baik waktu maupun biaya. Sebagaimana barang ekonomi lainnya, air mempunyai nilai bagi penggunanya, yaitu jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan untuk penggunaan sumber daya tersebut, dimana pengguna akan menggunakan air selama manfaat dari tambahan setiap kubik air yang digunakan melebihi biaya yang dikeluarkan (Briscoe dalam Oktavianus, 2003).
2.2.5. Infrastruktur Pendidikan
Infrastruktur pendidikan merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan menengah dan penyediaan meubeler) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan prasarana pendidikan akan memudahkan masyarakat untuk belajar. Pembangunan prasarana pendidikan turut akan meningkatkan pertumbuhan
(35)
wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas masyarakat yang belajar.
Pembangunan pendidikan penting dilaksanakan supaya masyarakat dapat maju, sehingga menambah ilmu pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan Pembangunan pendidikan diusahakan untuk membantu masyarakat yang ingin bergerak maju ke arah perkembangan yang dikehendaki.
Belajar secara terus-menerus memang mutlak perlu, akan tetapi orang dapat belajar dari pengalaman tanpa menerima pengajaran secara formal. Jika ada pengangkutan maka dengan sendirinya akan banyak petani yang bepergian mengunjungi kota-kota. Sebagai akibatnya, akan memperoleh pengetahuan dan gagasan yang baru. Jadi, orang dapat belajar tanpa harus ada fasilitas-fasilitas formal untuk pendidikan. Adanya fasilitas formal dapat mempercepat proses belajar. (Hanafie, 2010).
2.2.6. Infrastruktur Kesehatan
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah
kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar bebas penyakit dan kelemahan fisik. Dalam prakteknya, pengukuran tingkat kesehatan yang digunakan antara lain tingkat harapan hidup. Ukuran ini merupakan salah satu dari tiga komponen dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional karena bidang kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia secara berkesinambungan, yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terpadu, dan terarah. Pembangunan ini merupakan upaya untuk tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat
(36)
kesehatan yang optimal. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan setiap penduduk memiliki kemampuan hidup sehat sehingga di masa mendatang tercipta generasi penerus yang bermutu sebagai modal penting dalam pembangunan nasional.
Secara ekonomi, masyarakat yang sehat akan menghasilkan tenaga kerja yang sehat dan merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi. Negara-negara yang mempunyai tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah menghadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dibandingkan dengan negara yang lebih baik tingkat kesehatan dan pendidikannya. Tenaga kerja yang berkualitas akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk lebih produktif, mempunyai kesempatan kerja yang lebih besar, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dan menghasilkan
output ekonomi yang lebih besar juga.
Tujuan pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan adalah terselenggaranya program atau kegiatan pembangunan kesehatan yang memberi jaminan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sesuai dengan visi “Indonesia Sehat 2010”. Arah kebijakan pembangunan kesehatan menurut Depkes (2004 dalam Wahyuni, 2009) adalah:
1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung, dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.
2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
(37)
Pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta pelayanan kesehatan lainnya diharapkan meningkatkan mutu kesehatan yang menjangkau seluruh masyarakat untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang merata. Pengembangan infrastruktur kesehatan, baik secara kuantitas maupun kualitas, akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor input pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
2.3. Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM-PISEW) adalah program untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat pengangguran dan bertujuan mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan dengan berbasis pada sumber daya lokal untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki pengelolaan pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa serta penguatan institusi lokal ditingkat desa (PNPM-PISEW, 2010).
Tujuan dari program PISEW adalah: a) Mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal; b) Mengurangi kesenjangan antar wilayah; c) Pengentasan kemiskinan di daerah perdesaan; dan d) Memperbaiki pengelolaan pemerintahan dan penguatan institusi di perdesaan.
Sedangkan sasaran program PISEW adalah: a) Terbangunnya infrastruktur perdesaan; b) Meningkatnya usaha ekonomi masyarakat; c) Terbentuknya kawasan
(38)
strategis, kelompok usaha, & forum kelompok diskusi sektor; dan d) Meningkatnya kapasitas pemerintah dan masyarakat.
Adapun lingkup kegiatan meliputi pembangunan infrastruktur skala kecil perdesaan dengan kategori infrastruktur yang dibangun:
a. Transportasi (jalan, jembatan, titian);
b. Peningkatan produksi Pertanian (irigasi tersier); c. Pemasaran hasil pertanian (pasar desa);
d. Air Bersih dan sanitasi (Prasarana Air Bersih, MCK);
e. Kesehatan (pembangunan posyandu, puskesdes dan rehabilitasi puskesmas);
f. Pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan sekolah menegah pertama, Penyediaan Meubeler).
2.4. Pengembangan Wilayah
Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusun wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pengembangan dan pembangunann wilayah yang baik dan terarah.
(39)
Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable) (Todaro 2000). Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat (Nasoetion 1999).
Pengembangan wilayah adalah merupakan suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Sandy (1992) pengembangan wilayah pada hakekatnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah tersebut serta tetap mentaati peraturan perundangan yang berlaku.
Hadisaroso (1993) mengemukakan pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah/kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Lebih lanjut pengembangan
(40)
wilayah menurut Soegijoko (1997) merupakan upaya pemerataan pembangunan dengan mengembangkan wilayah-wilayah tertentu melalui berbagai kegiatan sektoral secara terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Mulyanto (2008) pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.5. Penelitian Sebelumnya
Purba (2006) dalam penelitian “Pengaruh Program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) terhadap Pengembangan Wilayah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Raya - Kabupaten Simalungun, menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui Program P2D di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, sudah menunjukkan hasil-hasil yang cukup baik dan secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum dan sesudah Program P2D.
(41)
Wahyuni (2009) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia”, menyimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan dengan model fixed effects menunjukkan hasil bahwa masing-masing infrastruktur memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas ekonomi dengan tingkat elastisitas yang berbeda-beda, yaitu infrastruktur sarana kesehatan sebesar 0,65, energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07 dan air bersih 0,05. Sarana kesehatan yang merupakan bagian dalam modal manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai tingkat elastisitas yang paling besar memengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap kenaikan 1 persen infrastruktur kesehatan akan meningkatkan produktivitas ekonomi sebesar 0,65 persen.
(42)
2.6. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Program Pengembangan Infrastruktur
SOSIAL
Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan
Pendidikan
Kesehatan
EKONOMI
Transportasi
Peningkatan Produksi Pertanian
Peningkatan Pemasaran Pertanian
Pengembangan Wilayah Kabupaten Langkat
Persepsi Masyarakat
(43)
2.7. Hipotesis
1. Program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat.
2. Persepsi masyarakat dengan adaya program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat memberikan manfaat terhadap pembangunan infrastruktur transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih dan sanitasi, pendidikan dan kesehatan.
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini meliputi program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah (PISEW) yang meliputi transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih dan sanitasi lingkungan, pendidikan, dan kesehatan yang berada di Kabupaten Langkat.
3.2. Sumber dan Jenis Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini menurut cara memperolehnya adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden masyarakat yang dijadikan sampel penelitian dengan menyebarkan kuisioner pertanyaan mengenai program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kabupaten Langkat terhadap pengembangan wilayah dan manfaatnya terhadap masyarakat.
Data sekunder diperoleh dari objek penelitian, yang menggambarkan situasi dan kondisi Kabupaten Langkat, dalam hal ini infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang bersumber dari Kabupaten Langkat Dalam Angka.
3.3. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Pengamatan dan pengambilan sampel ditetapkan pada kecamatan-kecamatan yang memperoleh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi yang tersebar pada 10 kecamatan/lokasi (Bahorok, Kuala, Binjei, Wampu, Batang Serangan,
(45)
Sawit Sebrang, PD. Tualang, Hinai, Brandan Barat, dan KSK Bukit Lawang Tangkahan, Bahorok, Batang Serangan (Bulangta).
Mengingat luasnya lokasi kecamatan yang akan diteliti, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap lokasi penelitian. Untuk keperluan studi ini, peneliti membatasi pada Kecamatan Bahorok, Wampu dan Kuala, dengan alasan ketiga kecamatan tersebut bersifat homogen/seragam sehingga dianggap telah dapat mewakili seluruh kecamatan penerima Program PISEW, dimana mata pencaharian sebagain besar penduduk dari sektor pertanian.
Secara rinci lokasi penelitian (Tabel 3.1) yang dipilih adalah desa-desa yang mata pencaharian sebagain besar penduduk dari sektor pertanian yakni Desa Sampe Raya di Kecamatan Bahorok, Desa Mekar Jaya di Kecamatan Wampu dan Desa Sido Makmur di Kecamatan Kuala (BPS Kabupaten Langkat, 2010).
Tabel 3.1. Lokasi Penelitian No. Kecamatan Jumlah
Desa/Kelurahan
Desa/Kelurahan Penelitian
1 Bahorok 19 Sampe Raya
2 Wampu 14 Mekar Jaya
3 Kuala 16 Sido Makmur
Jumlah 47 3
Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2010
3.4. Populasi dan Sampel
Penelitian ini mengkaji pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Langkat. Oleh karenanya yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kabupaten Langkat yang menerima program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah.
(46)
Sampel penelitian ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 hingga 500 orang. Berdasarkan pendapat di atas, maka ditetapkan anggota sampel responden penelitian sebanyak 90 orang masyarakat, dengan pertimbangan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang. Sampel responden diambil sebanyak 30 orang pada masing-masing desa yang menjadi sampel penelitian (masing-masing 1 desa pada 3 kecamatan) dan pengambilan sampel responden dilakukan secara simple random sampling.
3.5. Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan, yaitu membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, dokumen serta buku-buku yang memberikan informasi berkaitan dengan penelitian ini.
b. Observasi, yaitu mengumpulkan informasi dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap aktivitas objek penelitian.
c. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan
melakukan wawancara langsung kepada responden yang terkait dengan objek penelitian.
Alat pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini melalui alat bantu kuisioner, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner yang bersifat tertutup, yaitu
kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang sudah disediakan alternatif jawabannya. Selanjutnya jawaban yang diberikan responden terhadap kuesioner yang diberikan untuk keperluan analisis diberi bobot nilai tertentu yaitu:
(47)
b) Untuk alternatif jawaban (b) diberi nilai atau skor 4, yang berarti setuju/ baik.
c) Untuk alternatif jawaban (c) diberi nilai atau skor 3, yang berarti cukup setuju/cukup baik.
d) Untuk alternatif jawaban (d) diberi nilai atau skor 2, yang berarti kurang setuju. e) Untuk alternatif jawaban (e) diberi nilai atau skor 1, yang berarti sangat tidak
setuju/sangat tidak baik.
Sehubungan pengukuran data berskala ordinal, maka skala tersebut harus dinaikkan dulu menjadi skala interval dengan menggunakan “Metode Succesive Interval” atau “Method of Succesive Interval” dengan rumus sebagai berikut:
Langkah-langkahnya:
(1) Ambil data ordinal hasil kuesioner
(2) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban dan hitung proporsi
kumulatifnya.
(3) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif.
(4) Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan
memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.
(5) Menghitung nilai skala dengan rumus metode succesive interval. (6) Menggunakan nilai transformasi yaitu:
Y = NILAI SKALA - [ NILAI SKALA MINIMAL ] + 1
Density of lower limit – Density at upper limit Means of Interval =
(1)
Lampiran 7. Data Tabulasi Ordinal Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah
Pertanyaan dan Skor Bobot Nilai
No
Resp
Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah
Pengembangan Wilayah
1
2
3
4
5
6 Jumlah
1
2
3
4
5
Jumlah
1
4
4
3
3
2
4
20
4
3
3
3
3
16
2
4
3
4
3
2
4
20
4
4
3
3
4
18
3
5
5
5
3
3
3
24
4
5
5
3
5
22
4
4
3
5
5
5
3
25
4
3
5
3
3
18
5
4
3
3
3
3
3
19
4
4
5
5
3
21
6
5
5
3
3
5
4
25
5
4
3
2
5
19
7
5
5
3
3
5
4
25
4
5
3
3
5
20
8
4
4
2
3
2
3
18
4
4
3
3
2
16
9
4
4
2
2
2
3
17
4
4
2
2
2
14
10
5
5
5
5
5
3
28
3
5
5
5
3
21
11
3
5
5
5
5
4
27
5
3
3
3
5
19
12
4
4
5
2
4
4
23
4
4
5
2
4
19
13
3
5
5
5
5
4
27
5
5
5
5
5
25
14
4
4
5
2
4
3
22
4
4
5
3
3
19
15
4
4
5
2
3
3
21
4
4
5
2
3
18
16
3
4
3
4
4
4
22
4
4
3
4
4
19
17
4
4
3
2
3
4
20
4
4
3
2
3
16
18
5
5
3
4
4
3
24
5
5
4
4
4
22
19
3
5
3
5
5
5
26
5
5
5
5
5
25
20
5
4
5
5
3
4
26
5
5
5
5
5
25
21
4
4
5
2
5
3
23
4
4
5
2
5
20
22
3
5
5
3
5
3
24
5
5
4
5
5
24
23
5
4
5
5
5
4
28
5
5
4
5
5
24
24
3
5
5
2
2
5
22
5
5
4
5
5
24
25
3
5
5
5
5
5
28
5
5
5
4
5
24
26
5
5
5
5
2
5
27
5
5
5
4
4
23
27
5
4
5
2
2
4
22
5
5
5
5
5
25
28
4
3
3
4
5
2
21
4
4
3
4
5
20
29
4
2
3
2
2
3
16
4
4
3
2
4
17
30
4
4
4
4
5
4
25
4
4
4
4
5
21
31
4
3
5
2
5
3
22
5
5
5
5
5
25
32
5
4
2
2
3
4
20
5
5
5
5
5
25
33
4
5
5
5
5
5
29
5
5
5
5
5
25
34
4
4
2
2
4
4
20
4
4
5
2
4
19
35
5
5
3
2
4
3
22
5
5
3
2
4
19
36
4
5
3
2
5
5
24
5
5
3
2
5
20
37
5
5
3
4
5
3
25
5
5
4
4
5
23
38
3
4
4
3
5
4
23
5
5
4
4
5
23
39
3
3
5
3
5
3
22
5
5
5
3
5
23
40
3
5
5
3
4
5
25
5
5
5
3
5
23
41
4
3
5
4
4
3
23
5
5
5
5
5
25
(2)
43
4
5
4
3
4
3
23
5
5
5
3
5
23
44
4
4
5
5
5
4
27
5
5
5
5
5
25
45
4
4
3
3
5
4
23
5
5
3
3
5
21
46
3
4
3
3
2
4
19
5
5
5
3
5
23
47
3
5
5
3
5
5
26
5
5
5
3
5
23
48
3
3
3
3
4
4
20
5
5
5
3
5
23
49
4
4
5
3
3
4
23
5
5
5
3
5
23
50
3
4
5
3
4
4
23
5
5
5
3
5
23
51
5
3
5
3
3
3
22
5
5
5
3
5
23
52
3
3
3
4
5
5
23
5
5
3
4
5
22
53
4
5
3
3
3
3
21
5
5
5
3
4
22
54
5
4
3
2
4
4
22
5
5
3
2
4
19
55
5
5
5
3
5
5
28
5
5
5
3
5
23
56
5
4
5
3
4
4
25
5
5
5
3
4
22
57
4
4
4
4
5
3
24
4
5
4
4
5
22
58
4
4
4
3
4
4
23
4
5
5
3
5
22
59
5
5
5
3
3
5
26
4
5
5
3
5
22
60
4
4
5
3
5
4
25
5
5
5
3
5
23
61
4
4
5
2
4
4
23
5
5
5
2
4
21
62
5
4
4
4
3
4
24
4
5
5
5
5
24
63
3
4
3
3
5
3
21
4
5
5
5
5
24
64
3
5
5
3
3
3
22
4
5
5
3
5
22
65
3
5
4
4
4
3
23
4
5
4
4
4
21
66
3
5
4
4
4
5
25
5
5
4
4
4
22
67
3
5
3
3
3
5
22
5
5
5
5
5
25
68
5
5
4
2
5
5
26
4
5
4
2
5
20
69
5
5
5
5
5
5
30
4
5
5
5
5
24
70
5
5
5
3
5
5
28
4
5
5
3
5
22
71
5
5
5
3
5
5
28
5
5
5
3
5
23
72
5
5
5
3
5
5
28
4
5
5
4
5
23
73
5
5
5
2
2
5
24
5
5
5
3
5
23
74
5
5
4
2
2
5
23
5
5
4
4
5
23
75
5
5
5
3
5
5
28
5
5
5
3
5
23
76
3
4
5
5
3
4
24
3
4
5
5
3
20
77
4
5
4
4
2
5
24
5
5
4
3
2
19
78
4
3
5
2
5
3
22
3
3
5
2
5
18
79
5
3
4
2
2
3
19
5
3
4
5
2
19
80
4
3
4
2
5
3
21
5
3
3
4
5
20
81
4
5
3
3
2
5
22
5
5
3
3
3
19
82
5
3
2
2
3
3
18
5
3
4
4
3
19
83
3
4
4
3
2
4
20
4
4
5
3
2
18
84
3
5
2
3
4
5
22
3
5
3
3
3
17
85
5
3
4
4
4
3
23
4
3
4
2
5
18
86
5
5
2
5
2
5
24
5
5
5
5
2
22
87
4
4
3
3
5
4
23
3
4
3
3
5
18
88
5
4
4
5
3
4
25
5
4
4
5
3
21
(3)
Lampiran 8. Data Tabulasi Interval Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah dan Pengembangan Wilayah
Pertanyaan dan Skor Bobot Nilai
No
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
Pengembangan Wilayah
Resp
1
2
3
4
5
6
Jumlah
1
2
3
4
5
Jumlah
1
2,112 3,073 2,034 2,141 1,000 3,46913,829
2,240 1,000 2,409 2,111 1,7839,543
2
2,112 2,105 2,712 2,141 1,000 3,46913,539
2,240 1,925 2,409 2,111 2,28110,966
3
3,285 4,290 3,699 2,141 1,837 2,42317,674
2,240 3,307 4,323 2,111 3,42115,402
4
2,112 2,105 3,699 3,689 3,346 2,42317,375
2,240 1,000 4,323 2,111 1,78311,457
5
2,112 2,105 2,034 2,141 1,837 2,42312,653
2,240 1,925 4,323 3,731 1,78314,003
6
3,285 4,290 2,034 2,141 3,346 3,46918,564
3,679 1,925 2,409 1,000 3,42112,434
7
3,285 4,290 2,034 2,141 3,346 3,46918,564
2,240 3,307 2,409 2,111 3,42113,487
8
2,112 3,073 1,000 2,141 1,000 2,42311,749
2,240 1,925 2,409 2,111 1,0009,685
9
2,112 3,073 1,000 1,000 1,000 2,42310,608
2,240 1,925 1,000 1,000 1,0007,165
10
3,285 4,290 3,699 3,689 3,346 2,42320,732
1,000 3,307 4,323 3,731 1,78314,145
11
1,000 4,290 3,699 3,689 3,346 3,46919,493
3,679 1,000 2,409 2,111 3,42112,620
12
2,112 3,073 3,699 1,000 2,358 3,46915,710
2,240 1,925 4,323 1,000 2,28111,770
13
1,000 4,290 3,699 3,689 3,346 3,46919,493
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
14
2,112 3,073 3,699 1,000 2,358 2,42314,665
2,240 1,925 4,323 2,111 1,78312,383
15
2,112 3,073 3,699 1,000 1,837 2,42314,144
2,240 1,925 4,323 1,000 1,78311,272
16
1,000 3,073 2,034 2,887 2,358 3,46914,820
2,240 1,925 2,409 2,858 2,28111,713
17
2,112 3,073 2,034 1,000 1,837 3,46913,525
2,240 1,925 2,409 1,000 1,7839,357
18
3,285 4,290 2,034 2,887 2,358 2,42317,276
3,679 3,307 3,209 2,858 2,28115,334
19
1,000 4,290 2,034 3,689 3,346 4,56518,924
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
20
3,285 3,073 3,699 3,689 1,837 3,46919,051
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
21
2,112 3,073 3,699 1,000 3,346 2,42315,653
2,240 1,925 4,323 1,000 3,42112,909
22
1,000 4,290 3,699 2,141 3,346 2,42316,899
3,679 3,307 3,209 3,731 3,42117,347
23
3,285 3,073 3,699 3,689 3,346 3,46920,560
3,679 3,307 3,209 3,731 3,42117,347
24
1,000 4,290 3,699 1,000 1,000 4,56515,553
3,679 3,307 3,209 3,731 3,42117,347
25
1,000 4,290 3,699 3,689 3,346 4,56520,589
3,679 3,307 4,323 2,858 3,42117,589
26
3,285 4,290 3,699 3,689 1,000 4,56520,527
3,679 3,307 4,323 2,858 2,28116,449
27
3,285 3,073 3,699 1,000 1,000 3,46915,525
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
(4)
28
2,112 2,105 2,034 2,887 3,346 1,00013,484
2,240 1,925 2,409 2,858 3,42112,853
29
2,112 1,000 2,034 1,000 1,000 2,4239,570
2,240 1,925 2,409 1,000 2,2819,855
30
2,112 3,073 2,712 2,887 3,346 3,46917,598
2,240 1,925 3,209 2,858 3,42113,653
31
2,112 2,105 3,699 1,000 3,346 2,42314,686
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
32
3,285 3,073 1,000 1,000 1,837 3,46913,663
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
33
2,112 4,290 3,699 3,689 3,346 4,56521,701
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
34
2,112 3,073 1,000 1,000 2,358 3,46913,011
2,240 1,925 4,323 1,000 2,28111,770
35
3,285 4,290 2,034 1,000 2,358 2,42315,389
3,679 3,307 2,409 1,000 2,28112,676
36
2,112 4,290 2,034 1,000 3,346 4,56517,347
3,679 3,307 2,409 1,000 3,42113,815
37
3,285 4,290 2,034 2,887 3,346 2,42318,265
3,679 3,307 3,209 2,858 3,42116,474
38
1,000 3,073 2,712 2,141 3,346 3,46915,740
3,679 3,307 3,209 2,858 3,42116,474
39
1,000 2,105 3,699 2,141 3,346 2,42314,714
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
40
1,000 4,290 3,699 2,141 2,358 4,56518,052
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
41
2,112 2,105 3,699 2,887 2,358 2,42315,584
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
42
3,285 2,105 1,000 3,689 3,346 2,42315,848
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
43
2,112 4,290 2,712 2,141 2,358 2,42316,036
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
44
2,112 3,073 3,699 3,689 3,346 3,46919,388
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
45
2,112 3,073 2,034 2,141 3,346 3,46916,175
3,679 3,307 2,409 2,111 3,42114,926
46
1,000 3,073 2,034 2,141 1,000 3,46912,717
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
47
1,000 4,290 3,699 2,141 3,346 4,56519,041
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
48
1,000 2,105 2,034 2,141 2,358 3,46913,106
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
49
2,112 3,073 3,699 2,141 1,837 3,46916,331
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
50
1,000 3,073 3,699 2,141 2,358 3,46915,739
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
51
3,285 2,105 3,699 2,141 1,837 2,42315,490
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
52
1,000 2,105 2,034 2,887 3,346 4,56515,937
3,679 3,307 2,409 2,858 3,42115,674
53
2,112 4,290 2,034 2,141 1,837 2,42314,837
3,679 3,307 4,323 2,111 2,28115,701
54
3,285 3,073 2,034 1,000 2,358 3,46915,218
3,679 3,307 2,409 1,000 2,28112,676
55
3,285 4,290 3,699 2,141 3,346 4,56521,325
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
56
3,285 3,073 3,699 2,141 2,358 3,46918,024
3,679 3,307 4,323 2,111 2,28115,701
57
2,112 3,073 2,712 2,887 3,346 2,42316,553
2,240 3,307 3,209 2,858 3,42115,035
58
2,112 3,073 2,712 2,141 2,358 3,46915,864
2,240 3,307 4,323 2,111 3,42115,402
59
3,285 4,290 3,699 2,141 1,837 4,56519,816
2,240 3,307 4,323 2,111 3,42115,402
(5)
60
2,112 3,073 3,699 2,141 3,346 3,46917,840
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
61
2,112 3,073 3,699 1,000 2,358 3,46915,710
3,679 3,307 4,323 1,000 2,28114,590
62
3,285 3,073 2,712 2,887 1,837 3,46917,261
2,240 3,307 4,323 3,731 3,42117,022
63
1,000 3,073 2,034 2,141 3,346 2,42314,017
2,240 3,307 4,323 3,731 3,42117,022
64
1,000 4,290 3,699 2,141 1,837 2,42315,390
2,240 3,307 4,323 2,111 3,42115,402
65
1,000 4,290 2,712 2,887 2,358 2,42315,669
2,240 3,307 3,209 2,858 2,28113,895
66
1,000 4,290 2,712 2,887 2,358 4,56517,810
3,679 3,307 3,209 2,858 2,28115,334
67
1,000 4,290 2,034 2,141 1,837 4,56515,866
3,679 3,307 4,323 3,731 3,42118,461
68
3,285 4,290 2,712 1,000 3,346 4,56519,197
2,240 3,307 3,209 1,000 3,42113,176
69
3,285 4,290 3,699 3,689 3,346 4,56522,873
2,240 3,307 4,323 3,731 3,42117,022
70
3,285 4,290 3,699 2,141 3,346 4,56521,325
2,240 3,307 4,323 2,111 3,42115,402
71
3,285 4,290 3,699 2,141 3,346 4,56521,325
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
72
3,285 4,290 3,699 2,141 3,346 4,56521,325
2,240 3,307 4,323 2,858 3,42116,149
73
3,285 4,290 3,699 1,000 1,000 4,56517,838
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
74
3,285 4,290 2,712 1,000 1,000 4,56516,851
3,679 3,307 3,209 2,858 3,42116,474
75
3,285 4,290 3,699 2,141 3,346 4,56521,325
3,679 3,307 4,323 2,111 3,42116,841
76
1,000 3,073 3,699 3,689 1,837 3,46916,766
1,000 1,925 4,323 3,731 1,78312,763
77
2,112 4,290 2,712 2,887 1,000 4,56517,565
3,679 3,307 3,209 2,111 1,00013,306
78
2,112 2,105 3,699 1,000 3,346 2,42314,686
1,000 1,000 4,323 1,000 3,42110,744
79
3,285 2,105 2,712 1,000 1,000 2,42312,524
3,679 1,000 3,209 3,731 1,00012,619
80
2,112 2,105 2,712 1,000 3,346 2,42313,698
3,679 1,000 2,409 2,858 3,42113,367
81
2,112 4,290 2,034 2,141 1,000 4,56516,142
3,679 3,307 2,409 2,111 1,78313,289
82
3,285 2,105 1,000 1,000 1,837 2,42311,650
3,679 1,000 3,209 2,858 1,78312,530
83
1,000 3,073 2,712 2,141 1,000 3,46913,394
2,240 1,925 4,323 2,111 1,00011,599
84
1,000 4,290 1,000 2,141 2,358 4,56515,353
1,000 3,307 2,409 2,111 1,78310,610
85
3,285 2,105 2,712 2,887 2,358 2,42315,769
2,240 1,000 3,209 1,000 3,42110,870
86
3,285 4,290 1,000 3,689 1,000 4,56517,828
3,679 3,307 4,323 3,731 1,00016,040
87
2,112 3,073 2,034 2,141 3,346 3,46916,175
1,000 1,925 2,409 2,111 3,42110,866
88
3,285 3,073 2,712 3,689 1,837 3,46918,064
3,679 1,925 3,209 3,731 1,78314,328
89
3,285 1,000 2,034 2,887 1,000 1,00011,206
3,679 3,307 2,409 2,858 1,00013,253
90
2,112 4,290 2,034 3,689 1,000 4,56517,690
2,240 3,307 2,409 3,731 1,00012,687
(6)
Lampiran 9. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Variables Entered/Removed(b)Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah(a)
. Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Pengembangan Wilayah
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 153.134 1 153.134 27.484 .000(a)
Residual 490.320 88 5.572
Total 643.454 89
a Predictors: (Constant), Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah b Dependent Variable: Pengembangan Wilayah
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.940 1.514 4.585 .000
Pengembangan
Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah .475 .091 .488 5.242 .000