Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
5.5 Live Story
Identitas Responden 1 1. Nama
: Marta br Sinaga Nd. Betty 2. Jenis kelamin
: Perempuan 3. Umur
: 36 tahun 4. Agama
: Protestan 5. Suku Bangsa
: Batak Toba 6. Asal Daerah
: Samosir 7. Jumlah dalam keluarga
: 9 orang 8. Jumlah anak
: 7 orang Marta Sinaga ini biasa disebut nande Betty merupakan perantau yang
datang dari Toba ke Kabanjahe sudah lama sekali, yaitu sejak dia masih gadis karena mengikuti saudaranya yang memang sudah berdomisili di Kabanjahe dan
kemudian menikah dengan Batara Siregar yang berprofesi sebagai penarik becak di pusat pasar Kabanjahe. Mereka menikah sampai sekarang sudah memiliki 7
anak yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak pertama bernama Betty boru Siregar berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas 2 SMA. Anak kedua bernama
Nurlela boru Siregar berusia 16 tahun duduk di bangku kelas 3 SMP dan pernah tinggal kelas sekali. Anak ketiga bernama Koramil Siregar berusia 15 tahun duduk
di bangku kelas 3 SMP. Anak keempat bernama Sabar Siregar berusia 13 tahun duduk di kelas 1 SMP. Anak kelima Ferdinan Siregar berusia 10 tahun duduk di
kelas 4 SD. Anak keenam bernama Yenni boru Siregar duduk di kelas 2 SD dan anak bungsu bernama Agnes boru Siregar yang belum sekolah. Hebatnya
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
walaupun suami ibu ini bekerja sebagai penarik becak dan ibu ini sendiri bekerja sebagai buruh aron tetapi semua anak mereka sekolah dengan layak.
Ibu Marta ini bekerja sebagai buruh harian lepas sejak tahun 2007 alasannya bekerja sebagai buruh aron adalah karena dia tidak mempunyai skill
untuk mencari pekerjaan lain. Sebelum menjadi buruh harian lepas ibu Marta ini membuka kedai sampah di rumahnya dan sebelum berkedai dia pernah berjualan
di pajak. Barang yang dijual seperti tomat, cabai kentang wortel dan lain-lain. Kedai sampah yang dikelola oleh ibu Marta ini mengalami pailit dikarenakan
modal yang tidak berputar dan banyak sekali pelanggan yang berutang. Adapun orang yang mengajaknya sebagai buruh harian lepas adalah temannya yang
tinggal di dekat rumahnya. Bidang yang biasanya dikerjakan oleh ibu ini adalah memanen tetapi tidak menutup kemungkinan dia menerima pekerjaan lain seperti
menyiangi dan mencangkul. Setiap pagi ibu Marta bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan
untuk keluarga dengan dibantu oleh anak perempuannya dan menyiapkan bekal makan siang yang akan dibawanya untuk bekerja karena makan siang biasanya
tidak ditanggung oleh yang mempekerjakan mereka. Setelah bersiap-siap dengan pakaian yang mengenakan lengan panjang dan celana panjang yang lusuh serta
menggunakan tudung yang dibuat dari kain panjang dan berguna untuk menutupi kepala dan muka dari sengatan sinar matahari. Setelah itu ibu Marta berangkat ke
tempat berkumpulnya para aron yaitu di simpang Laudah sekitar jam 07.00 Wib. Ibu Marta sedapat mungkin selalu berangkat pagi-pagi karena katanya peluang
untuk mendapat kerja lebih besar dan supaya rejeki tidak dipatok ayam, dia berujar sambil tertawa. Disana sudah menunggu para buruh aron yang lain untuk
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
menanti pekerjaan. Mereka sangat berharap ada yang memakai jasa mereka sehingga mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga
mereka. Ibu ini dan para buruh aron yang lainnya menunggu sampai jam sembilan, apabila sudah jam sembilan tidak ada yang memakai jasa mereka maka
satu per satu orang bepergian meninggalkan lokasi berkumpul buruh aron begitu juga dengan ibu Marta karena masih banyak pekerjaan yang menunggunya di
rumah. Sistem pekerjaan dan penerimaan upah yang dilakukan adalah sistem upah
harian dengan upah sebesar Rp 35.000 per harinya dengan rata-rata kerja dalam seminggu adalah 4 hari. Jika masa panen tiba maka pekerjaan akan banyak dan
bisa saja dalam seminggu itu dia bekerja setiap hari. Jika banyak terjadi kegagalan panen maka secara otomatis pekerjaan juga akan sepi bahkan terkadang dalam
seminggu satu hari pun tidak bekerja seperti misalnya buah jeruk terkena wabah lalat buah otomatis para petani tidak akan memanen jeruknya karena buahnya
rusak dan tidak ada yang akan mau membeli jeruk mereka sehingga buah jeruk dibiarkan berjatuhan begitu saja tanpa dipanen. Secara otomatis hal ini
menyebabkan para buruh aron tidak mendapatkan pekerjaan. Ibu Marta ini tinggal di sebuah rumah sewaan yang terbuat dari papan dan
berlantaikan semen dan beratapkan seng. Luas rumah yang mereka tempati hanya seluas 6m x 12m yang hanya mempunyai satu kamar. Tetapi mereka membuat
satu kamar lagi dengan memberi sekat lemari dan tirai untuk tempat anak perempuan tidur. Sumber air bersih mereka harus dibeli dengan harga Rp 300 per
jerigen. Sedangkan untuk penerangan di rumah mereka sudah menggunakan
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
meteran listrik sendiri sehingga tidak harus menyalurkan listrik secara khusus dari rumah tetangga.
Ibu Marta ini mengakui bahwa pendapatan yang diperolehnya sebagai buruh harian lepas ini sangat kurang sehingga untuk menambah penghasilan
keluarga dia tidak hanya mengharapkan penghasilan dari suaminya yang bekerja sebagai penarik becak tetapi dengan menggarap lahan yang disewanya dekat
rumahnya yaitu berupa lahan yang ditanaminya dengan sayuran sawi sayur manis. Lahan tersebut disewa ibu Marta dengan harga Rp 400.000 setahun
kepada tetangganya seluas 44 m². Dari situ dia bisa menambah penghasilan untuk keluarganya. Tanaman sawi ini mudah perawatannya dan bisa dipanen dalam
waktu 40 hari dengan harga di pasaran yang selalu stabil sehingga dia lebih memilih untuk menanam sayuran sawi. Setiap panen ibu Marta akan menjualnya
ke pasar dengan harga sekitar Rp 3000 – Rp 4000 per kilogram. Hasil panen sawi yang di dapat dari lahannya itu bisa mencapai 30 kg. Hasil dari penjualan tersebut
dipakai untuk menutupi biaya kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak mereka.
Identitas Responden 2 1. Nama
: Kristina Laia 2. Jenis kelamin
: Perempuan 3. Umur
: 33 tahun 4. Agama
: Protestan 5. Suku Bangsa
: Nias
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
6. Asal Daerah : Nias
7. Jumlah dalam keluarga : 5 orang
8. Jumlah anak : 3 orang
Kristina Laia merupakan perantau yang datang dari Nias ke Kabanjahe 3 tahun lalu untuk mengadu nasib. Dia bekerja sebagai buruh harian lepas sejak
tahun 2006 alasannya bekerja sebagai buruh aron adalah karena keadaan yang memaksa dan dia tidak mempunyai skill untuk mencari pekerjaan lain. Sebelum
menjadi buruh harian lepas ibu ini tidak bekerja. Adapun yang mengajaknya sebagai buruh harian lepas adalah temannya tetangga. Bidang yang biasanya
dikerjakan oleh ibu ini adalah menyusun barang sehingga terkadang pekerjaannya dilakukan sampai larut malam.
Setiap pagi ibu ini bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga dan menyiapkan bekal makan siang yang akan dibawanya untuk
bekerja karena makan siang biasanya tidak ditanggung oleh yang mempekerjakan mereka. Setelah bersiap-siap dengan pakaian yang mengenakan lengan panjang
dan celana panjang yang lusuh maka ibu ini berangkat ke tempat berkumpulnya para aron yaitu di simpang Laudah sekitar jam 07.00 Wib. Disana sudah
menunggu para buruh aron yang lain untuk menanti pekerjaan. Mereka sangat berharap ada yang memakai jasa mereka sehingga mereka bisa mendapatkan uang
untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ibu ini dan para buruh aron yang lainnya menunggu sampai jam sepuluh, tetapi biasanya apabila sudah jam
sembilan tidak ada yang memakai jasa mereka maka satu per satu orang sbepergian meninggalkan lokasi berkumpul buruh aron, yang menunggu sampai
jam sepuluh biasanya para ibu-ibu mereka saling bercerita satu sama lain
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
mengenai keseharian mereka. Setelah itu sekitar jam sebelas ibu Kristina pulang ke rumahnya.
Sistem pekerjaan dan penerimaan upah yang dilakukan adalah sistem upah harian dengan upah sebesar Rp 35.000 per harinya dengan rata-rata kerja dalam
seminggu adalah 3 hari. Tetapi waktu kerja tergantung waktu. Jika masa panen maka pekerjaan akan banyak dan bias saja dalam seminggu itu dia bekerja setiap
hari tetapi sebaliknya jika pekerjaan sepi. Tidak saat masa panen dan banyak terjadi kegagalan panen maka secara otomatis pekerjaan juga akan sepi bahkan
terkadang dalam seminggu satu hari pun tidak bekerja. Rata-rata jam kerja ibu Kristina ini adalah 8 jam tetapi terkadang mau juga sampai 13 jam karena
menyusun barang membutuhkan waktu yang sangat lama dan bekerja sampai larut malam.
Ibu Kristina Laia ini tinggal di sebuah rumah sewaan yang dulunya adalah sebuah bengkel. Kondisi bangunan rumah yang ditempati bersama keluarganya
terbuat dari papan dengan lantai papan dan beratapkan seng. Luas rumah yanag mereka tempati hanya seluas 4m x 4m yang dihuni oleh 3 orang rumah tersebut
tidak memiliki sumber air bersih jadi harus dibeli atau mereka mengambilnya ke air mil yaitu sumber mata air yang airnya bisa didapatkan secara gratis. Biasanya
ibu Kristina mengambil air tersebut dengan menggunakan jerigen yang dibuat diatas sebuah sorong. Dengan adanya air tersebut pengeluaran mereka menjadi
berkurang sehingga uang yang seharusnya mereka gunakan untuk membeli air bias digunakan untuk keperluan lainnya. Sedangkan untuk penerangan di rumah
mereka menggunakan listrik yang disalurkan dari rumah tetangga dan pembayarannya nantinya akan dibagi rata.
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
Suami ibu Kristina bernama Rudi Telaumbanua umurnya sekitar 37 tahun dan bekerja sebagai penarik becak. 2 orang anaknya tidak kesampaian sekolahnya
sedangkan yang ketiga masih sekolah. Anak sulungnya bernama Yenni Telaumbanua usianya 17 tahun hanya menamatkan SMP, setelah itu dia tidak
melanjutkan sekolahnya karena kekurangan biaya. Anak nomor dua bernama Herman Telaumbanua berusia 15 tahun dan hanya menamatkan sampai jenjang
SD, putus sekolah dikarenakan tidak ada biaya juga. Anak yang nomor tiga bernama Agus Telaumbanua dan duduk di kelas 2 SMP Negeri 2 Kabanjahe.
Kedua anaknya yang pertama dan kedua berada di Nias dan tinggal bersama keluarga mereka. Sedangkan yang nomor tiga tinggal bersama mereka.
Pendidikan Ibu Kristina ini tidak tamat SD dikarenakan kurang biaya juga dan keinginan untuk bersekolah di kampung mereka memang masih sangat
rendah. Sehingga untuk mencari pekerjaan di sektor formal tidak memungkinkan untuknya. Pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik merupakan pilihan
terakhir baginya karena dia tidak mempunyai keterampilan dan kemampuan di bidang lain. Pendapatan yang diperolehnya sebagai buruh harian lepas ini sangat
kurang tetapi dia tidak mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan keluarga dan hanya mengharapkan penghasilan dari suaminya yang bekerja
sebagai penarik becak. Hal ini karena anak tanggungan mereka hanya 1 sedangkan yang dua lagi ditanggung oleh keluarga mereka di kampung. Ibu
Kristina ini merasa apa yang diperolehnya untuk saat ini sudah lebih dari cukup.
Kristina Sembiring : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas Aron Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, 2009.
BAB VI PENUTUP