Ruang Terbuka Hijau TINJAUAN PUSTAKA

10 Persepsi masyarakat merupakan tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang bergaul dan berinteraksi atas dasar nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang berlangsung secara terus menerus dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui interpretasi data indera.

2.2 Ruang Terbuka Hijau

2.2.1 Pengertian ruang terbuka hijau Secara umum ruang terbuka publik open spaces di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau RTH perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka open spaces suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi endemik maupun introduksi guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan estetis yang dapat memberikan manfaat ekonomi kesejahteraan bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras paved maupun ruang terbuka biru RTB yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diper-untukkan sebagai genangan retensi. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga Hakim, R. 2004. Universitas Sumatera Utara 11 Dari segi fungsi RTH dapat berfungsi secara ekologis, sosialbudaya, estetis, dan ekonomi. Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, sempadan sungai dan lainnya. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai identitas kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU dsb. Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanianperkebunan urban agriculture dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan Hakim, R dan Utomo, H. 2008. Sementara itu secara struktur, bentuk dan susunan RTH dapat merupakan konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis. RTH dengan konfigurasi ekologis merupakan RTH yang berbasis bentang alam seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir dan sebagainya. Sedangkan RTH dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti pola struktur kota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regionalnasional. Dari segi kepemilikan RTH dapat berupa Universitas Sumatera Utara 12 RTH public yang dimiliki oleh umum dan terbuka bagi masyarakat luas, atau RTH privat pribadi yang berupa taman-taman yang berada pada lahan-lahan pribadi. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, memiliki beberapa definisi terkait RTH yakni: a. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk area memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, didefinisikan bahwa ruang terbuka hijau adalah area memanjangjalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 2.2.2 Tujuan ruang terbuka hijau Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 tujuan dialokasikannya RTH Kawasan Perkotaan adalah: 1. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; Universitas Sumatera Utara 13 2. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; dan 3. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. 2.2.3 Fungsi ruang terbuka hijau RTH publik maupun RTH privat memiliki fungsi yang strategis. Fungsi RTH dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. Fungsi utama intrinsik yaitu fungsi ekologis, dan Fungsi ekologis ini yaitu menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. Beberapa fungsi ekologis RTH di kota adalah antara lain sebagai areal resapan air menghasilkan oksigen, meredam kebisingan, filter dari partikel padat yang mencemari udara kota, menyerap gas-gas rumah kaca atau hujan asam, penahan angin, mencegah intrusi air laut, amelorasi iklim serta konservasi air tanah. a. Penyerap karbon dioksida CO 2 Universitas Sumatera Utara 14 Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun ruang terbuka hijau untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik ruang terbuka hijau, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat C 6 H 12 O 6 dan oksigen O2. Proses kimia pembentukan karbohidrat C 6 H 12 O 6 dan oksigen O 2 adalah 6 CO 2 + 6 H 2 O + Energi dan klorofil menjadi C 6 H 12 O 6 + 6 O 2 Kriedemann, 1977. Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada proses fotosintesis dapat menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. b. Pelestarian air tanah Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah di lingkungan sekitarnya. Pada musim hujan laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh penutupan vegetasi Universitas Sumatera Utara 15 yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan dilingkungan perkotaan. Ruang terbuka hijau dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun Urban Forest Research, 2002. c. Penahan Angin Ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75-80 . Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain ruang terbuka hijau untuk menahan angin adalah sebagai berikut: i. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat ii. Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin pada musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50 persen energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan kesejukan di dalam ruangan Forest Service Publications. Trees save energy, 2003 d. Ameliorasi Iklim Universitas Sumatera Utara 16 Ruang terbuka hijau dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik reradiasi dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari suatu hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh ruang terbuka hijau adalah kelembaban. Pohon dapat memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang panas heat island akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini akan menghasilkan suhu udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan mengurangi temperature atmosfer pada wilayah yang panas tersebut Forest Service Publications, 2003. Trees Modify Local Climate, 2003 e. Habitat Hidupan Liar Ruang terbuka hijau bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Ruang terbuka hijau merupakan tempat perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis satwa terutama burung, mamalia kecil dan serangga. Ruang terbuka hijau dapat menciptakan lingkungan alami dan Universitas Sumatera Utara 17 keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya Forest Service Publications, 2003. Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and Plant Diversity, 2003. 2. Fungsi tambahan ekstrinsik yaitu fungsi estetis, sosial, dan fungsi ekonomi. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya sosial, ekonomi, arsitektural merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota. a. Fungsi sosial Ruang terbuka hijau dalam fungsinya secara sosial dapat menurunkan tingkat stress masyarakat, konservasi situs alami sejarah, menurunkan konflik sosial, meningkatkan keamanan kota, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan sebagainya. b. Fungsi estetika arsitektural Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan pengaturan tata Universitas Sumatera Utara 18 ruang yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan ruang terbuka hijau terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan ruang terbuka hijau karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan Tyrväinen, 1998. c. Fungsi ekonomi Manfaat ruang terbuka hijau dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi ruang terbuka hijau diperoleh dari penjualan atau penggunaan hasil ruang terbuka hijau berupa kayu bakar maupun kayu perkakas. Penanaman jenis tanaman ruang terbuka hijau yang bisa menghasilkan biji, buah atau bunga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf gizi, kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari selain untuk dikonsumsi juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung dapat diambil bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng, duku, asam, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat kota. Sedangkan secara tidak langsung, manfaatekonomi ruang Universitas Sumatera Utara 19 terbuka hijau berupa perlindungan terhadap angin serta fungsi ruang terbuka hijau sebagai perindang, menambah kenyamanan masyarakat kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota Fandeli, 2004. Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat dengan cara menarik minat wisatawan dan peluang- peluang bisnis lainnya, orang-orang akan menikmati kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di sepanjang jalur hijau, kantor-kantor dan apartemen di areal yang berpohon akandisewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan dilakukan pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan memberikan produktivitas yang tinggi.kepada para pekerja Forest Service Publications, 2003. Trees Increase Economic Stability, 2003. 2.2.4 Manfaat ruang terbuka hijau Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas: a. Manfaat langsung dalam pengertian cepat dan bersifat tangible seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual kayu, daun, bunga, kenyamanan fisik teduh, segar, keinginan, dan Universitas Sumatera Utara 20 b. Manfaat tidak langsung berjangka panjang dan bersifat intangible seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. Selanjutnya dalam Hakim 2006, manfaat RTH tersebut diatas diuraikan secara rinci, sebagai berikut: 1. Pelestarian Plasma Nutfah Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. RTH dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati dan sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna. 2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya RTH, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap menempel pada permukaan daun, khususnya daun yang Universitas Sumatera Utara 21 berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang, dan ranting. 3. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal Dahlan 1989; Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit 1990 menyatakan damar Agathis alba, mahoni Swietenia mahagoni, jamuju Dacrycarpus imbricatus dan pala Mirystica fragrans, asam landi Pithecellobium dulce, johar Cassia siamea, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini: glodogan Polyalthea longifolia, keben Barringtonia asiatica, dan tanjung Mimusops elengi, walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu Bauhinia purpurea dan kesumba Bixa orellana mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. 4. Penyerap dan Penjerap Debu Semen Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis pohon yaitu: mahoni Swietenia Universitas Sumatera Utara 22 mahagoni, bisbul Diospyros discolor, tanjung Mimusops elengi, kenari Canarium commune, meranti merah Shorea leprosula, kiara payung Filicium decipiens, kayu hitam Diospyros elebica, duwet Eugenia cuminii, medang lilin Litsca roxburghii dan sempur Dillenia ovata telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Tanaman tersebut dipergunakan dalam program pengembangan RTH dikawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap adsorpsi dan menyerap absorpsi debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kiara payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen Irawati, 1990. 5. Peredam Kebisingan Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang Grey dan Deneke, 1978. Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya Universitas Sumatera Utara 23 berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke 1978, dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95. 6. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Menurut Smith 1984, pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses dan translokasi. Proses translokasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah: Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula. 7. Penyerap Karbon Monoksida Bidwell dan Fraser dalam Smith 1981 mengemukakan, kacang merah Phascolus vulgaris dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kgkm2hari. Mikroorganisme serta tanah pada lantai RTH mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini Bennet dan Hill, 1975. Smith 1981 mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm 13,8 x 104 μgm3 menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja. 8. Penyerap Karbon dioksida dan Penghasil Oksigen RTH merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fitoplankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan RTH dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan RTH akibat peladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun RTH untuk membantu mengatasi penurunan fungsi Universitas Sumatera Utara 24 RTH tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik RTH kota, RTH alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. 9. Penyerap dan Penapis Bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau Grey dan Deneke, 1978. Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum seperti: cempaka Michelia campaka dan tanjung Mimusops elengi. 10. Mengatasi Penggenangan Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata mulut daun yang banyak pula. Menurut Manan 1976 tanaman penguap Universitas Sumatera Utara 25 air yang tinggi diantaranya adalah nangka Artocarpus integra, sengon Paraserianthes falcataria, akasia Acacia auriculiformis, sonokeling Dalbergia latifolia, mahoni Swietenia mahagoni, jati Tectona grandis, kihujan Samanea saman dan lamtoro Leucaena glauca. 11. Ameliorasi Iklim. Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antena pemancar radio, televisi, dan lain-lain, sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik reradiasi dari bumi Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983. Robinette 1983 lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu RTH sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah mempunyai RTH lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. 12. Pengelolaan Sampah RTH dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal: 1 sebagai penyerap bau; 2 sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi Universitas Sumatera Utara 26 dari sampah; 3 sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya. 13. Pelestarian Air Tanah Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar Bernatzky, 1978. Maka kadar air tanah RTH akan meningkat. Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian RTH yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik. Menurut Manan 1976 tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia, beringin Ficus elastica, karet Hevea brasiliensis, manggis Garcinia mangostana, bungur Lagerstromia speciosa, trembesi Fragraea fragrans, dan kelapa Coccos nucifera. 14. Penapis Cahaya Silau Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa Universitas Sumatera Utara 27 sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi. Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya. 15. Meningkatkan Keindahan Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang harmonis bergradasi lembut. Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti: tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya RTH sebagai tabir penyekat di sana. 16. Sebagai Habitat Burung Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam back to nature. Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Menurut Hernowo dan Prasetyo 1989 salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Universitas Sumatera Utara 28 Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain: a. Membantu mengendalikan serangga hama, b. Membantu proses penyerbukan bunga, c. Mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, d. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, e. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi, f. Sebagai sumber plasma nutfah, g. Objek untuk pendidikan dan penelitian. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra Calliandra calothyrsus di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya. 17. Mengurangi Stress Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Oleh sebab itu gejala stress tekanan psikologis dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi kepergiannya saja di kota. Program pembangunan dari pengembangan RTH dapat membantu mengurangi Universitas Sumatera Utara 29 sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai RTH. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. RTH juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas. 18. Meningkatkan Industri Pariwisata Bunga bangkai Amorphophallus titanuni di Kebun Raya Bogor yang berbunga setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun mancanegara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan RTH yang unik, indah dan menawan. 19. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja. Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. 2.2.5 Luas dan jenis ruang terbuka hijau Besaran luas RTH yang ideal di suatu kota berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling Universitas Sumatera Utara 30 sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota, pada ayat 3 berbunyi proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 dua puluh persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau public merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, antara lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Ruang terbuka hijau privat, antara lain adalah kebun atau halaman rumah atau gedung milik masyarakat maupun swasta yang ditanami tumbuhan Gambar 2.1. Gambar 2.1 Pembagian Ruang Wilayah Kota Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum RUANG WILAYAH KOTA Ruang Terbangun 60 Ruang Terbuka 40 Non Hunian 20 Jaringan Jalan 20 RTH Publik = 20 Ruang Hunian 40 RTH Privat = 10 RTH di ruang non hunian Asumsi KDB Maks. 90 RTH = 10 x 20 = 2 Lainnya non hijau 7,5 Taman Kota 12,5 RTH di Jaringan Jalan Asumsi jalur hijau 30 RTH = 30 X 20 = 6 RTH di ruang hunian Asumsi KDB Maks. 80 RTH = 20 x 40 = 8 Sungai, Jalan, KA, SUTET, Pemakaman Asumsi jalur hijau 30 RTH = 20 X 7,5 = 1,5 Universitas Sumatera Utara 31 Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota merupakan ukuran minimal untuk menjamin seimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan system nikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 dua puluh persen yang disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Dalam penyediaan ruang terbuka hijau proporsi yang diamanatkan dalam Permendagri No. 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaaan disebutkan bahwa luas ideal RTHKP adalah sebesar 20 dua puluh persen. Luas RTHKP tersebut mencakup luas RTH publik dan RTH privat. Luas RTHKP publik penyediaannya menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten atau kota yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah.

2.3 Tempat Pemakaman Umum