Peranan Arbitrase Menurut Sistem Hukum Indonesia

9. Keputusan arbitrase umumnya final dan binding tanpa harus naik banding dan kasasi. 10. Keputusan arbitrase umumnya dapat diberlakukan dan dieksekusi oleh pengadilan dengan sedikit atau tanpa review sama sekali. 11. Prosesprosedur arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas. 12. Menutup kemungkinan untuk dilakukan ”forum shopping”. 23 Jika dibandingkan dengan alternatif-alternatif penyelesaian sengketa yang lain, maka institusi arbitrase adalah merupakan lembaga penyelesaian sengketa yang paling mirip dengan badan pengadilan, terutama jika ditinjau dari prosedur yang berlaku, kekuatan putusannya, keterikatan dengan hukum yang berlaku atau dengan aturan main yang ada. Atas dsar hal itulah maka banyaknya orang terutama kalangan pengusaha banyak memilih model penyelesaian sengketa melalui institusi arbitrase ini.

E. Peranan Arbitrase Menurut Sistem Hukum Indonesia

Peranan badan hukum arbitrase komersial di dalam menyelesaikan sengketa bisnis di bidang perdagangan nasional maupun internasional dewasa ini semakin penting. Banyak kontrak nasional dan internasional menyelipkan klausula arbitrase. Memang bagi kalangan pebisnis cara penyelesaian sengketa melalui badan ini memberikan keuntungan sendiri dari pada melalui badan peradilan nasional. Dari perkembangan zaman, badan arbitrase ini sungguh telah lama 23 Munir Fuady, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara dipraktekkan namun perkembangan arbitrase di Eropah pada waktu itu masih dalam bentuknya yang sederhana, bentuk sederhana arbitrase pada masa ini mempunyai 3 ciri yaitu : 1. Bahwa pada masa itu orang baru menggunakan arbitrase setelah sengketa lahir, jadi sebelumnya para pihak tidak dan belum menjanjikan terlebih dahulu bahwa apa bila terjadi sengketa maka arbitrase-lah yang akan menyelesaikan. 2. Arbitrase ini digunakan untuk menyelesaikan sengketa dimana kerabat tetangga atau mereka yang hidupnya bersama-sama yang berkepentingan agar hubungan mereka menjadi baik. 3. Arbitrase yang dipilih adalah mereka yang telah dikenal baik oleh para pihak dan tidak terikat adanya ikatan-ikatan tertentu. 24 Arbitrase dalam pengertian modern yang kita kenal dewasa ini merupakan perkembangan dari bentuk di atas, dewasa ini klausula arbitrase telah pula dicantumkan dalam perjanjian pokoknya. Jadi jauh sebelum sengketa timbul sebagai akibat dari pelaksanaan kontrak tersebut, para pihak sebelumnya telah menunjukkan badan ini sebagai badan yang akan menyelesaikan sengketa tersebut. Arbitrase inipun tidak lagi digunakan dikalangan kerabat saja, sekarang ini hubungan bisnis telah lintas negara transnasional sifatnya. Karena itu para pihak yang terlibat di dalamnya terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial budaya yang berlainan. Karena ini pendek kata arbitrase dewasa ini melibatkan para pihak saling berbeda latar belakangnya. Berbeda dengan arbitrase pada abad pertengahan, dewasa ini peranan arbitrase tidak hanya memberikan atau menawarkan jasa penyelesaian sengketa kepada para pengusaha industri atau perdagangan, arbitrase juga menyelesaikan Universitas Sumatera Utara sengketa hukum, masalah-masalah yang berada diluar yuridiksi pengadilan tidak siap untuk menyelesaikan sesuatu sengketa dewasa ini. Arbitrase tidak saja diminta untuk menafsirkan suatu kontraknya telah dilaksanakan, atau apa yang menjadi konsekuensi suatu pelanggaran, tetapi arbitrase juga diminta untuk menyempurnakan suatu perjanjian yang tidak lengkap atau hal-hal lainnya yang telah disebutkan oleh para pihak. Menurut Komar Kantaatmadja secara garis besar bahwa suatu penyelesaian sengketa digolongkan dalam 3 yaitu : 1. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan negosiasi baik berupa negosiasi yang bersifat langsung negosiasi simplisister maupun dengan penyertaan pihak ketiga mediasi dan konsiliasi. 2. Penyelesaian sengketa dengan cara legitasi baik bersifat nasional maupun internasional. 3. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan arbitrase yang sifatnya ad-hoc maupun yang terlembaga. 25 Disamping adanya penggolongan penyelesaian sengketa, ada tiga bentuk alternatif penyelesaian yang mirip dengan arbitrase, khususnya kalangan bisnis yang terus berkembang dan dinilai cukup positif. Bentuk-bentuk alternatif tersebut yaitu : 1. Mini Trial : bentuk ini dalam bahasa Indonesia dapat disebut dengan ”Pengadilan mini” berguna bagi perusahaan yang tersangkut dalam sengketa- sengketa besar. 2. Mediasi : dalam bentuk ini seorang mediator penengah dalam menyelesaikan suatu sengketa, menemui para pihak atau wakilnya dengan maksud untuk mengadakan pengaturan suatu penyelesian sengketa yang nantinya dapat diterima oleh para pihak, dalam peranannya seorang mediator tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan yang mengikat terhadap para pihak. Peranannya adalah membantu menganalisa masalah- 24 Adolf Huala, Loc.Cit. 25 Ibid, h. 3. Universitas Sumatera Utara masalah yang ada dan mencari suatu formula kompromi bagi penyelesaian suatu sengketa. 3. Med-Arb : bentuk ini merupakan kombinasi antara bentuk nomor 2 di atas, yakni mediasi dan arbitrase. Di sini seseorang yang netral diberi wewenang untuk memutuskan setiap isu yang tidak dapat diselesaikan oleh para pihak. 26 Penyelesaian sengketa arbitrase dipilih untuk sengketa kontrak perdata baik yang bersifat sederhana maupun yang kompleks yang dapat digolongkan menjadi : a. Quality Arbitration, yang menyangkut permasalahan faktual question of fact yang dengan sendirinya memerlukan para arbitrator dengan kualifikasi teknis yang tinggi. b. Technical Arbitratior, yang tidak hanya menyangkut permasalahan faktual, sebagaimana halnya dengan masalah yang timbul dalam penyusunan dokumen construction of document atau aplikasi ketentuan-ketentuan kontrak. c. Mixed arbitration, sengketa baik mengenai permasalahan faktual maupun hukum question of fact and law. 27 Dewasa ini istilah yang digunakan untuk badan arbitrase perdata ini oleh sebagian besar digunakan istilah arbitrase dagang atau arbitrase perdagangan. Akan tetapi istilah yang paling tepat digunakan adalah arbitrase komersial bukan dagang atau perdagangan. Dagang atau perdagangan berarti perbuatan atau bisnis pembelian dan penjualan uang, jadi istilah ini terbatas sifatnya hanya jual beli uang saja. Bidang lain seperti asuransi, pinjam-meminjam, sewa beli dan lainnya termasuk dalam pengertiannya. Istilah komersial diartikan sebagai perbuatan yang berhubungan dengan atau dihubungkan dengan perdagangan dan lalu lintas uang dan perniagaan secara umum. 26 Ibid, h. 3. 27 Ibid, h. 6. Universitas Sumatera Utara Dari batasan ini istilah komersial yang paling luas dan mencakup pula pengertian dagang. Hal ini sesuai dengan misi badan arbitrase sebagai metode penyelesaian sengketa dibidang perdata, telah kita maklumi bersama tidak hanya menyangkut jual beli uang saja namun sangat luas karena bidang ini mencakup pula asuransi, maritim, surat berharga, jaminan, bidang terakhir yakni perniagaan dan jual beli uang yang tercakup kedalam arti komersial. Oleh karena itu istilah yang tepat dan memenuhi serta yang dapat menangani unsur-unsur keperdataan di dalamnya adalah arbitrase komersial. Peristilahan lain yang harus diluruskan adalah istilah yang digunakan untuk hakim arbitrase, yakni pihak yang tidak memihak netral yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk mendengar keterangan bukti, saksi dan memberikan keputusan. Dewasa ini istilah yang digunakan untuk hakim arbitrase ini masih ada dualisme, kedua istilah ini dijernihkan dan dibakukan di dalam tatanan bahasa Indonesia. Yang perlu dijernihkan disini adalah kedua kata ini sama-samam enjurus kepada pengertian hakim dalam forum arbitrase, namun cukup diberi batasannya pada masing-masing kata tersebut, persoalan menjadi lain. Kata arbiter dipakai untuk menyelesaikan atau memperbaiki syarat-syarat yang tidak terselesaikan dalam suatu kontrak, sedang kata arbitrator tidak hanya mengandung pengertian di atas arbiter tapi kata ini jgua dipakai untuk menyelesaikan sengketa-sengekta hukum. Jadi dari kedua batasan tersebut, nampaklah bahwa kata yang paling tepat dan memenuhi tujuan dan misi hakim arbitrase adalah arbitrator bukan arbiter. Agar kata arbiter Universitas Sumatera Utara seyogyanyalah tidak dipergunakan lagi, bukan kata ini salah kalau dipergunakan tapi karena pengertian ini kurang tepat. Badan arbitrase sekarang ini menjadi cara penyelesaian sengketa bisnis yang paling disukai, alasan-alasan para pengusaha menyukai badan ini dari pada pengadilan nasional bermacam-macam, yakni : umumnya pengadilan nasional kurang mendapat kepercayaan confidence dari masyarakat penguasa bisnis internasional. Pengadilan nasional kurang mendapat kepercayaan identik dengan sistem ekonomi, hukum dan politik dari negara-negara tempat pengdilan nasional tersebut berada yang berbeda dengan sistem para pengusaha bisnis dan sesuai kebutuhankeinginan mereka. Bahwa, berperkara melalui pengadilan nasional suatu negara telah umum dianggap tidak efektif bagi kalangan pengusaha. Masalah penangguhan perkara belum lagi kalau adanya kongesti tunggakan perkara yang harus diselesaikan, yang berarti tertunda-tundanya keputusan yang hendak dikeluarkan dan masalah biaya adalah salah satu alasan mengapa kebanyakan pengusaha atau masyarakat bisnis agak enggan berproses, berperkara melalui pengadilan. Telah menjadi rahasia bersama perkara melalui pengadilan acapkali memakan waktu yang relatif lama. Hakim yang mengadili tidak hanya berhadapan dengan satu atau dua perkara dalam suatu masa tugasnya. Akibatnya ia harus membagi-bagikan prioritasnya dan waktu untuk berperkara, mana yang didahulukan dan mana yang tidak terlalu mendesak. Hal ini sudah barang tentu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendukung cepat tidaknya proses penyelesaian suatu perkara. Universitas Sumatera Utara Sehubungan dengan alasan di atas, perlu pula diperhatikan bahwa banyak pengadilan negra tidak mempunyai hakim-hakim yang berkompeten atau yang berspesialisasi hukum komersil internasional, sehingga dengan keadaan ini para pihak lebih suka cara arbitrase. Selain itu pula dengan dikeluarkannya keputusan pengadilan, tidaklah otomatis perkara yang bersangkutan telah selesai, pihak-pihak yang kurang puas dengan keputusan itu masih punya saluran lain untuk melampiaskan ketidakpuasannya ke pengadilan yang lebih tinggi yakni tingkat banding. Bahwa seperti halnya pengalaman di pengadilan sebelumnya tingkat pertama, disinipun lamanya putusan yang dikeluarkan kemungkinannya besar. Tampak bahwa proses berperkara melalui pengadilan bisa memakan waktu yang berlarut-larut. Sebagai konsekuensi logis dari lamanya proses berperkara melalui pengadilan ini, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk itu semakin besar, misalnya saja biaya ahli hukum dan ongkos-ongkos lainnya, akan bertambah terus mahal. Akibat sampingan lainnya dari situasi seperti ini, misalnya adalah berkurangnya waktu untuk berusaha dagang. Ini berarti akan berpengaruh pula pada kelancaran dan produktifitas perusahaannya. Berlainan dengan proses pengadilan biasa di atas, sebahagian besar penulis berpendapat bahwa berperkara melalui arbitrase lebih murah. Lain halnya dengan badan pengadilan, keputusan yang dikeluarkan melalui badan arbitrase sifatnya adalah final dan mengikat. Tidak ada kamus banding sebagai tandingan terhadap keputusan yang dikeluarkan. Universitas Sumatera Utara Kelebihan lainnya yakni bahwa berperkara melalui badan arbitrase tidak begitu formal dan lebih fleksibel. Tidak ada tata cara proses perkara yang mutlak harus dijalani kaku, hakim dalam hal ini adalah arbitratornya, tidak perlu pula terikat dengan aturan-aturan proses berperkara seperti halnya yang terjadi pada pengadilan nasional. Tidak ada keharusan untuk berperkara di tempat tertentu, karena para pihak sendirilah yang memiliki kebebasan untuk menentukan tempat arbitrase bersidang dan sekaligus hukum yang dipakai atau bahasa yang akan dipergunakan manakala sengketa tersebut sifatnya internasional. Karena sifat fleksibilitas dan tidak adanya acara formil-formilan ini nantinya berpengaruh pula pada para pihak yang bersengketa, yakni mereka menjadi tidak terlalu bersitegang di dalam proses penyelesaian perkara. Iklim seperti ini sudah barang tentu akan sangat konstruktif dan akan mendorong semangat kerja sama para pihak di dalam proses penyelesaian perkara. Hal ini berarti pula bahwa akan mempercepat proses penyelesaian perkara yang bersangkutan. Alasan lain yaitu bahwa melalui badan arbitrase, para pihak yang bersengketa diberi kesempatan untuk memilih hakim arbitrator yang mereka anggap dapat memenuhi harapan mereka baik dari segi keahlian mereka atau pengetahuannya pada suatu bidang tertentu. Di sini arbitor yang mereka pilih untuk menangani perkara atau sengketanya tidak harus selalu sarjana atau ahli hukum. Bisa saja ahli ekonomi, ahli perdagangan, insinyur dan lain-lain. Faktor kerahasiaan proses berperkara dan keputusan yang dikeluarkan merupakan juga alasan utama mengapa badan arbitrase ini menjadi primadona para Universitas Sumatera Utara pengusaha, sebab melalui arbitrase tidak ada kewajiban untuk mempublikasikan keputusan arbitrase sebagaimana halnya yang terjadi pada pengadilan nasional biasa. Dengan adanya kerahasiaan ini nama baik atau imej para pihak tetap terlindungi, sementara bagi perusahaan mereka dapat menjaga kerahasiaan informasi- informasi dagang mereka. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini tidak harus melulu diselesaikan menurut proses hukum tertentu saja, tetapi juga dimungkinkan suatu penyelesaian secara kompromi diantara para pihak. Hal ini dimungkinkan mana kala para arbitrator menemui kesulitan untuk memastikan yang menjadi sebab atau sebab-sebab timbulnya suatu sengketa dan pihak mana yang bertanggungjawab karenanya. Keadaan ini timbul karena persidangan arbitrase biasanya diminta dan diadakan setelah beberapa waktu lama setelah klaim diajukan oleh para pihak karena adanya jenjang waktu yang cukup lama ini para arbitrator kadang kala menemui kesulitan dalam merekonstruksi fakta-fakta yang relevan dalam keadaan yang aslinya. Dan cara penyelesaian arbitrase secara kompromi disebut juga dengan conciliatory arbitration.

F. Prospek Penegakan Hukum Arbitrase di Indonesia

Dokumen yang terkait

EMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE OLEH PENGADILAN NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

0 7 17

Pengakuan Dan Pelaksanaan Putusan Sengketa Kepemilikan Nama Domain Dikaitkan Dengan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Indonesia.

0 0 13

IMPLEMENTASI ASAS KERAHASIAAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE TERKAIT PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DIHUBUNGAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN.

0 1 2

KLASIFIKASI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL.

0 0 2

PRINSIP KERAHASIAN PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999.

0 0 9

APBI-ICMA Undang-Undang No.30 Tahun 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

0 0 51

A. Pendahuluan - PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN MELALUI ARBITRASE SECARA ELEKTRONIK (ARBITRASE ON LINE) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

0 0 18

PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

0 0 11

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 Tentang : Arbitrase Dan Penyelesaian Masalah

0 0 36

KEDUDUKAN PERJANJIAN ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE

0 0 63