Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Partisipasi Politik Perempuan pada Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

(1)

Skripsi

PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEREMPUAN

PADA PEMILUKADA PROVINSI SUMATERA

UTARA 2013

(Studi Kasus Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan)

DISUSUN OLEH : LENI MAYA SARI 090906014

Dosen Pembimbing : Prof. Subhilhar, Ph.D

Dosen Pembaca : Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ABSTRAKSI

Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Partisipasi Politik Perempuan pada Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

Nama: Leni Maya Sari

Nim : 090906014

Departermen : Ilmu Politik

Fakultas: FISIP USU

Dosen Pembimbing: Prof. Subhilhar, M.A, Ph.D Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik suatu negara, terutama bagi negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Status ekonomi seseorang seperti pekerjaan dan pendapatan ternyata juga mempengaruhi partisipasinya dalam berpolitik karena sebagian ahli politik mengatakan bahwa partisipasi politik seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan mendorong partisipasi politiknya juga tinggi. Di Negara berkembang dengan rata-rata pendapatan ekonomi yang rendah, seperti Indonesia partispasi politiknya cenderung apatis, sikap apatis ini disebabkan karena faktor status sosial ekonomi yang rendah tersebut. Minat politik dan kesadaran politik mereka rendah karena mereka masih sibuk dalam usaha

perbaikan taraf hidupnya. Sikap apatis dalam kehidupan politik saat ini kemudian juga menjalar ke berbagai gender, terutama dalam hal ini adalah kaum

perempuan.Perempuan yang selalu menjadi kaum yang dinomorduakan membuat ruang gerak mereka dalam berkegiatan selalu dibatasi seperti misalnya ikut terjun ke dunia politik.

Banyaknya realitas di masyarakat bahwa seorang perempuan yang setelah menikah menjadi seorang ibu rumah tangga membuat para perempuan ini tidak memiliki penghasilan, sehingga status ekonomi seorang perempuan khususnya


(3)

seorang ibu rumah tangga menjadi tinggi adalah karena dipengaruhi oleh pendapatan keluarganya.

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat seberapa besar hubungan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi politik perempuan pada pemilihan kepala daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

Adapun penelitian ini bersifat kuantitatif maka dalam analisa datanya adalah dengan menggunakan bantuan software komputer yaitu SPSS 16.0 untuk melihat seberapa besar pengaruh antara kedua variabel tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi politik perempuan pada pemilihan kepala daerah Sumatera Utara di Kelurahan Tanjung Selamat.


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkah rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Partisipasi Politik Perempuan di

Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Strata 1 Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis dengan berbesar hati menerima saran-saran maupun kritik-kritik yang bersifat membangun dari para pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Selama menulis skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan dan masukan yang sangat berharga dari berbagai pihak sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Untuk Bapak dan mamak tersayang yaitu (alm) Tuah Barus dan Ingan

Malem Tarigan. Untuk mamak tercinta, terima kasih untuk kasih sayang yang begitu dalam dan tulus karena selalu memberikan apa pun yang adek inginkan dan semua yang adek butuhkan, maaf kalo adek selalu menyusahkan mamak dengan beribu permintaan yang gak pernah habis. Tapi nanti suatu hari adek pasti akan membahagiakan mamak dengan hasil kerja keras adek sendiri. Buat bapak tercinta, meski raga bapak sudah tiada di dunia ini tapi adek selalu berusaha membuat bapak bangga, dan tidak akan mengecewakan bapak (inshaallah).

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan


(5)

3. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Prof. Subilhar, M.A, Ph,D selaku dosen penasihat akademik dan

dosen pembimbing skripsi yang telah rela bersedia mengorbankan waktu untuk menuntun serta memberi arahan dan bimbingan di dalam penulisan skripsi ini

5. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si selaku dosen pembaca skripsi

yang telah rela bersedia mengorbankan waktu untuk menuntun serta memberikan arahan dan bimbingan di dalam penulisan ini

6. Staf pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

7. Untuk abangku yang paling kusayang dan yang selalu kubanggakan Agus

Pernalementa Barus, terima kasih untuk segala kasih sayangmu bang karena telah bekerja keras untuk kami. Dan rela bersusah payah untuk menggantikan posisi bapak sebagai tulang punggung keluarga. Adek bangga sama abang karena abang rela menyampingkan kebahagiaan diri sendiri dan lebih mengutamakan membahagiakan kami. Banyak sekali pengorbanan yang sudah abang lakukan untuk kami, yang belum bisa adek ganti, tapi semoga perjuangan abang yang ikhlas selalu mendapat balasan dari Allah SWT.

8. Untuk kakak-kakakku tersayang Sri Agustina Barus dan Selviana Oktavia,

Amd. Par. Terima kasih untuk kasih sayang kalian kepada adek yang paling manis dan imut ini, aku tau sebenernya kelen sayang kali samaku cuman kelen gengsi. Dan juga terimakasih untuk om Salim alias abang ipar dan dhifa sayang-sayang bik adek yang selalu menghilangkan penat dan stres bibik dengan tingkah lucunya.

9. Untuk Yohan Reza Pahlevi Nst mahasiswa departermen Sosiologi yang

selalu menemani, memotivasi, dan juga berdiskusi tentang pelajaran kuliah maupun skripsi ini. Terima kasih sudah rela mengantar kemana pun kaki leni melangkah, kapan pun leni butuhkan yoan selalu ada, dan juga terima kasih karena udah sabar menghadapi sikap leni yang tempramen dan hobby merajuk.


(6)

10.Untuk sahabat kecebong-kecebongku Indah, Dhea, Nining. Terima kasih untuk segala pertolongan kalian, dan untuk pertemanan kita selama kuliah ini. Aku akan selalu merindukan masa-masa kuliah dengan kalian. Senang rasanya berjumpa dengan orang-orang seperti kalian yang enggak jaim dan apa adanya.

11.Untuk pebi, ririn dan isma terima kasih untuk persahabatan kita dari SMA

sampai sekarang, tetaplah menjadi apa adanya dan diri sendiri karena kalian spesial dan khusus utk pebi terimakasih sudah mengajari SPSS dan selalu mendengarkan keluh kesahku. Untuk cut khairunnisha, walau kita udah tidak dekat seperti dulu tapi aku gak pernah lupa dan menyesal dengan visi-misi kita dulu.

12.Untuk temen-temen waktu PKL di Nasdem nico daan putra, masa-masa

PKL gak bakal bisa dilupakan. Salam restorasi!

Dan untuk semua anak Ilmu Politik 2009 khususnya mbak elisa yang sering memberikan informasi seputar perkuliahan

Semoga skripsi ini dapat berguna khususnya untuk diri penulis sendiri dan bagi pembaca sebagai bahan bacaan dalam penulisan skripsi selanjutnya. Semoga ALLAH SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel dan Gambar ... viii

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan masalah ... 6

I.3 Pertanyaan Penelitian ... 7

I.4 Tujuan Penelitian ... 7

I.5 Manfaat Penelitian ... 7

I.6 Kerangka Teori ... 7

I.6.1 Partisipasi Politik ... 8

I.6.2 Budaya Politik ... 12

I.6.3 Perilaku Politik ... 15

I.6.4 Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 16

I.6.5 Pengertian Pendapatan Keluarga ... 17

I.6.6 Feminisme ... 20

I.7 Hipotesa ... 23

I.8 Defenisi Konsep ... 25

I.8.1 Pendapatan Keluarga ... 25

I.9 Defenisi Operasional ... 25

I.10 Metodologi Penelitian ... 27

I.10.1 Jenis Penelitian ... 27

I.10.2 Lokasi Penelitian ... 27

I.10.3 Populasi dan Sampel ... 28

I.10.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

I.10.5 Teknik Analisa Data ... 30


(8)

I.11Sistematika Penulisan ... 33

BAB II KELURAHAN TANJUNG SELAMAT II.1 Sejarah Singkat ... 34

II.2 Keadaan Penduduk ... 39

II. 3 Sarana dan Prasarana ... 47

II. 4 Potensi Kelembagaan ... 55

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA III.1 Penyajian Data ... 64

III.2 Analisis data ... 80

BAB IV PENUTUP Kesimpulan ... 91

Saran ... 92

Daftar Pustaka ... 93 Daftar lampiran


(9)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Sampel per lingkungan ... 29

Tabel 2.1 Luas Kelurahan ... 35

Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Kelurahan Tanjung Selamat Berdasarkan umur ... 40

Tabel 2.3 Komposisi penduduk Kelurahan Tanjung Selamat berdasarkan pekerjaan ... 42

Tabel 2.4 Komposisi penduduk Kelurahan Tanjung Selamat berdasarkan pendidikan ... 43

Tabel 2.5 Komposisi penduduk Kelurahan Tanjung Selamat berdasarkan agama ... 45

Tabel 2.6 Komposisi penduduk Kelurahan Tanjung Selamat berdasarkan etnis ... 46

Tabel 2.7 Sarana Pendidikan ... 48

Tabel 2.8 Prasarana Kesehatan ... 49

Tabel 2.9 Sarana Kesehatan ... 51

Tabel 2.10 Prasarana Peribadatan ... 52

Tabel 2.11 Prasarana Olahraga ... 53

Tabel 2.12 Prasarana dan Sarana Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan ... 54

Tabel 2.13 Lembaga Masyarakat ... 55

Tabel 2.14 Kelembagaan Politik ... 56

Tabel 2.15 Lembaga Ekonomi, dan unit usaha desa/ kelurahan ... 57

Tabel 2.16 Jasa Lembaga Keuangan ... 58

Tabel 2.17 Lembaga Ekonomi ... 59

Tabel 2.18 Lembaga Keamanan ... 61

Tabel 3.1: Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 64

Tabel 3.2: Karakteristik Responden Berdasarkan agama ... 65

Tabel 3.3: Karekteristik Responden Berdasarkan pendidikan ... 65


(10)

Tabel 3.5 : Distribusi responden berdasarkan pendapatan responden ... 68

Tabel 3.6 : Klasifikasi responden berdasarkan pendapatan keluarga ... 68

Tabel 3.7 : Klasifikasi responden berdasarkan status tempat tinggal ... 69

Tabel 3.8 : Klasifikasi responden berdasarkan yang memiliki tabungan .... 70

Tabel 3.9 : Klasifikasi responden berdasarkan responden mengetahui adanya pemilihan umum kepala daerah Gubernur Sumatera Utara 2013 ... 71

Tabel 3.10 : Klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan kartu pemilih pada saat pemilihan umum kepala daerah Gubernur Sumatera Utara 2013 ... 72

Tabel 3.11 : Klasifikasi responden berdasarkan tidak mendapatkan kartu pemilih ... 73

Tabel 3.12 : Klasifikasi responden berdasarkan alasan untuk menggunakan hak pilih pada pemilihan umum kepala daerah Gubernur Sumatera Utara 2013 ... 73

Tabel 3.13 : Klasifikasi responden berdasarkan faktor yang mempengaruhi untuk memilih calon Gubernur Sumatera Utara 2013 ... 75

Tabel 3.14 : Klasifikasi responden berdasarkan berapa kali mengikuti pemilihan umum kepala daerah ... 77

Tabel 3.15 : Klasifikasi responden berdasarkan hal yang mendasari untuk menonton, menghadiri dan mendengar kampanye dari calon Gubernur Sumatera Utara 2013 ... 77

Tabel 3.16 : Klasifikasi responden berdasarkan apakah menjadi salah satu panitia di TPS ... 79

Tabel 3.17 : Klasifikasi responden berdasarkan keanggotaan dalam partai politik ... 79

Tabel 3.18 Hasil Korelasi Product Moment ... 81

Tabel 3.19 Hasil Regresi Sederhana ... 86

Tabel 3.20 Hasil Koefisien Determinasi ... 87

Tabel 3.21 Uji-T ... 87


(11)

Daftar Gambar

Gambar 2.3.1 Grafik Histogram ... 83

Gambar 2.3.2 Gambar P-Plot ... 84


(12)

ABSTRAKSI

Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Partisipasi Politik Perempuan pada Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

Nama: Leni Maya Sari

Nim : 090906014

Departermen : Ilmu Politik

Fakultas: FISIP USU

Dosen Pembimbing: Prof. Subhilhar, M.A, Ph.D Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik suatu negara, terutama bagi negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Status ekonomi seseorang seperti pekerjaan dan pendapatan ternyata juga mempengaruhi partisipasinya dalam berpolitik karena sebagian ahli politik mengatakan bahwa partisipasi politik seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan mendorong partisipasi politiknya juga tinggi. Di Negara berkembang dengan rata-rata pendapatan ekonomi yang rendah, seperti Indonesia partispasi politiknya cenderung apatis, sikap apatis ini disebabkan karena faktor status sosial ekonomi yang rendah tersebut. Minat politik dan kesadaran politik mereka rendah karena mereka masih sibuk dalam usaha

perbaikan taraf hidupnya. Sikap apatis dalam kehidupan politik saat ini kemudian juga menjalar ke berbagai gender, terutama dalam hal ini adalah kaum

perempuan.Perempuan yang selalu menjadi kaum yang dinomorduakan membuat ruang gerak mereka dalam berkegiatan selalu dibatasi seperti misalnya ikut terjun ke dunia politik.

Banyaknya realitas di masyarakat bahwa seorang perempuan yang setelah menikah menjadi seorang ibu rumah tangga membuat para perempuan ini tidak memiliki penghasilan, sehingga status ekonomi seorang perempuan khususnya


(13)

seorang ibu rumah tangga menjadi tinggi adalah karena dipengaruhi oleh pendapatan keluarganya.

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat seberapa besar hubungan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi politik perempuan pada pemilihan kepala daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

Adapun penelitian ini bersifat kuantitatif maka dalam analisa datanya adalah dengan menggunakan bantuan software komputer yaitu SPSS 16.0 untuk melihat seberapa besar pengaruh antara kedua variabel tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi politik perempuan pada pemilihan kepala daerah Sumatera Utara di Kelurahan Tanjung Selamat.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik suatu negara, terutama bagi negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Sebaliknya, warga negara yang bersangkutan juga harus memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang cukup

tinggi. Jika tidak, maka kadar kedemokratisan negara tersebut masih diragukan.1

1. Berkenaan dengan penerimaan perangsang politik.

Sampai sekarang penggunaan istilah partisipasi politik seolah-olah suatu ungkapan yang hanya menunjukkan atau mewakili satu jenis perilaku saja padahal konsep partisipasi politik meliputi berbagai pola perilaku yang mencakup kegiatan pemilihan umum, termasuk memberi suara, juga sumbangan-sumbangan untuk kampanye yaitu berusaha meyakinkan orang lain untuk memberikan suaranya kepada seorang calon atau partai politik tertentu, bekerja dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan ikut dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.

Seperti yang dikatakan oleh Milbrath yang ditulis didalam buku Sudijono Sastroatmodjo yang berjudul Perilaku Politik memberikan empat alasan bervariasi dengan partisipasi politik seseorang yaitu:

1


(15)

Keterbukaan dan kepekaan seseorang terhadap perangsang politik melalui kontak-kontak pribadi, organisasi, dan melalui media massa akan memberikan pengaruh bagi keikutsertaan seseorang dalam kegiatan politik. Sikap dan nilai-nilai yang dimiliki individu juga memiliki pengaruh dalam partisipasi politik. Sikap sinis, acuh, dan terasing sangat mungkin memiliki dampak yang cukup besar terhadap partisipasi politiknya.

2. Berkenaan dengan karakteristik sosial seseorang.

Dapat disebutkan bahwa status sosial ekonomi, karakter suku, usia, jenis kelamin dan keyakinan/agama dapat mempengaruhi terhadap partisipasi politik seseorang. Karakter seseorang berdasarkan faktor itulah yang memiliki pengaruh yang relatif cukup besar terhadap partisipasinya.

3. Menyangkut sifat dan sistem partai tempat seseorang individu itu

hidup.

Hal itu menyangkut sistem politik dan sistem kepartaian yang terdapat di lingkungan politiknya.

4. Perbedaan regional

Merupakan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap perbedaan watak dan tingkah laku individu.

Status ekonomi seseorang seperti pekerjaan dan pendapatan ternyata juga mempengaruhi partisipasinya dalam berpolitik karena sebagian ahli politik mengatakan bahwa partisipasi politik seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan mendorong partisipasi politiknya juga tinggi. Tetapi, apakah pada seorang perempuan juga berlaku hipotesis seperti itu, karena yang kita ketahui perempuan cenderung bersikap acuh dan tidak mau tahu dengan dunia politik.

Pada penelitian ini partisipasi politik yang akan diteliti adalah partisipasi pemilihan umum kepala daerah. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam


(16)

rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada, dimana masyarakat secara langsung memilih dan menentukan kepala daerahnya dengan mengikuti ataupun berpartisipasi dalam pemilihan tersebut.

Frank Linderfeld menemukan bahwa faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial dalam

pendapatan suatu keluarga dalam masyarakat.2

Kaum perempuan misalnya yang dominan bekerja sebagai ibu rumah tangga, guru atau pedagang yang tidak terlalu memiliki tingkat pendapatan yang tinggi bisa saja dalam melakukan aktivitas-aktivitas politik bersikap aktif, misalnya pada saat kancah demokrasi seperti pemilihan kepala daerah. Sikap aktif

Dalam studinya ia juga mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang rendah dalam sebuah keluarga menyebabkan seseorang anggota masyarakat merasa teralienasi dari kehidupan politik, dan orang yang bersangkutan pun akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi dengan orang yang memiliki kemapanan ekonomi. Di Negara berkembang dengan rata-rata pendapatan ekonomi yang rendah, seperti Indonesia, partispasi politiknya cenderung apatis, sikap apatis ini disebabkan karena faktor status sosial ekonomi yang rendah tersebut. Minat politik dan kesadaran politik mereka rendah karena mereka masih sibuk dalam usaha perbaikan taraf hidupnya. Sikap apatis dalam kehidupan politik saat ini kemudian juga menjalar ke berbagai gender, terutama dalam hal ini adalah kaum perempuan. Tetapi dalam hal ini, Linderfield hanya sebatas lebih mengutarakan hipotesis yang pada umumnya terjadi di seluruh negara tanpa adanya penelitian secara empiris yang sebenarnya secara faktual belum terbukti kebenarannya. Di negara yang sedang berkembang, seringkali terjadi dinamika dan perubahan sikap dan perilaku politik masyarakatnya seiring dengan perubahan kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat tersebut. Setiap individu dalam masyarakat saat ini bisa saja akan memiliki perilaku yang aktif dalam aktivitas politik walaupun pada keadaan sosial ekonomi yang belum memadai.

2


(17)

perempuan dalam partisipasi sebagai pemilih dalam kancah politik pemilihan kepala daerah dalam hal ini dapat berwujud keikutsertaan perempuan dalam proses pemenangan salah satu calon gubernur, seperti perempuan yang terlibat dalam penyusunan strategi kampanye, keterlibatan perempuan dalam penggalangan dukungan massa, dan keikutsertaan perempuan dalam aktivitas organisasi atau partai politik sebagai konstituen dari salah satu calon gubernur. Sikap aktif perempuan sebagai pemilih dalam pemilukada ini, tentu saja bukan hanya dialami oleh kalangan perempuan dengan latarbelakang keluarga yang tinggi ekonominya, sikap aktif dalam politik bukan hanya didominasi oleh kalangan perempuan yang memiliki profesi dan pendapatan yang tinggi. Dalam perkembangan dinamika kondisi sosial ekonomi masyarakat saat ini, kaum perempuan yang lemah dalam segi pendapatan bisa saja turut serta sebagai pemilih dalam pemilukada yang turut berpartisipasi dalam proses pemilihan kepala daerah khusunya di Provinsi Sumatera Utara.

Perempuan yang selalu menjadi kaum yang dinomorduakan membuat ruang gerak mereka dalam berkegiatan selalu dibatasi seperti misalnya ikut terjun ke dunia politik. Politik selama ini selalu identik dengan dunia laki-laki, dengan dunia yang kotor yang tidak pantas dimasuki perempuan. Politik menjadi identik dengan sesuatu yang aneh dari pandangan feminitas karena politik terkait dengan kekuasaan, kesewenangan, kekerasan, penggerahan massa dan kompetisi-kompetisi yang tidak melekat dalam diri perempuan yang mengutamakan

perdamaian dan harmoni.3

Prof. Farida Nurland, Kepala Pusat Penelitian Jender dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, telah mengidentifikasikan berbagai masalah dan kendala dalam partispasi politik perempuan yaitu budaya Indonesia bersifat feodalistik dan patrialkal, masyarakat Indonesia memiliki pemahaman dan penafsiran yang konservatif tentang ajaran-ajaran agama, hegemoni negara masih sangat dominan, hal ini tercermin pada lembaga-lembaga negara yang

3


(18)

melestarikan budaya partriarkis di segala tingkatan.4

Peneliti sangat tertarik dalam melakukan penelitian ini dikarenakan ingin mengetahui secara lebih komperhensif pandangan-pandangan masyarakat yang pada umumnya mengatakan kaum perempuan yang lemah dalam segi ekonomi terutama pendapatan memiliki partisipasi yang rendah itu memang fakta dan benar adanya ataukah tidak benar. Maka dengan demikian penulis akan melihat partisipasi politik masyarakat pada Pemilukada Gubernur Sumatera Utara 2013. Hal ini disebabkan bahwasanya untuk mengukur tingkat partisipasi politik

Bukan hanya karena perempuan yang pada dasarnya bersikap acuh terhadap perpolitikan tetapi juga dikarenakan pemahaman dari kebudayaan dan ajaran agama yang berada di masyarakat membuat ruang gerak perempuan lebih dibatasi jika dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga tak jarang pengamat politik memandang bahwa suara perempuan dijadikan suara pendulang pada pemilihan umum, karena perempuan pada dasarnya mudah untuk dipengaruhi apalagi dalam hal perpolitikan khususnya pada pemilihan umum.

Pendapatan keluarga yang tinggi membuat status ekonomi salah seorang anggota keluarganya akan tinggi dalam lingkungan masyarakat. Pendapatan keluarga mempengaruhi status ekonomi salah seorang masyarakat di lingkungannya. Pada penelitian ini saya mencoba untuk menggambarkan bagaimana pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik seorang perempuan, apakah dengan pendapatan keluarga yang tinggi membuat seorang perempuan dipercayakan untuk ikut serta dalam pelaksanaan panitia pilgubsu kemarin, dan perempuan yang pendapatan keluarganya rendah hanya dijadikan sebagai masa pada saat kampanye karena mereka dapat dengan mudah

dipengaruhi dengan diiming-imingi souvenir dan sebagainya,dan sejauh mana

partisipasi politik yang dilakukan seorang perempuan dengan melihat kemelut pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin mahal.

4

Tofiq Saeifuddin. “Partisipasi Politik Perempuan atau Praktek Politik Perempuan (Analisis Kritis Fenomena

Pencalonan Perempuan Dalam Pemilukada)


(19)

masyarakat paling mudah adalah ketika Pemilihan Umum dilaksanakan dengan melihat pola perilaku politik masyarakat yang mencakup: kegiatan pemberian suara, kegiatan kampanye untuk mendukung calon atau partai politik hingga kegiatan mencari dukungan bagi calon yang diharapkan akan menang. Untuk itu peneliti ingin mengungkapkan secara faktual “Pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan pada pemilihan kepala daerah sumatera utara 2013”. Peneliti sangat tertarik melakukan penelitian lapangan dengan mengambil lokasi di salah satu kelurahan di Kota Medan yaitu kelurahan Tanjung Selamat kecamatan Medan Tuntungan karena pada kelurahan ini memiliki sampel yang heterogen ditandai dengan komposisi masyarakat yang beragam etnis, suku, pekerjaan, dan agama yang sehingga kelurahan ini dapat dijadikan lokasi penelitian.

I.2 Perumusan masalah

Banyaknya realitas di masyarakat bahwa seorang perempuan yang setelah menikah menjadi seorang ibu rumah tangga membuat para perempuan ini tidak memiliki penghasilan, sehingga status ekonomi seorang perempuan khususnya seorang ibu rumah tangga menjadi tinggi adalah karena dipengaruhi oleh pendapatan keluarganya. Berpijak dari realitas ini saya mencoba menggambarkan sejauh mana pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik pada perempuan, dan melihat pola perilaku politik masyarakat khususnya perempuan yang mencakup pada kegiatan pemberian suara, mengikuti kampanye dan keikutsertaan pada partai politik.

Dari latar belakang diatas, maka perumusan dalam hal penelitian ini adalah Sejauh mana pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan pada pemilukada Gubernur Sumatera Utara 2013 kemarin.


(20)

I.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Sejauh mana pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik perempuan pada pemilukada Gubernur Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat?

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sejauh mana pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.

I.5 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengalaman dalam memaparkan dan menggambarkan pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan.

2. Manfaat akademis yaitu penelitian ini dapat menjadi referensi baru dalam

pengembangan khasanah ilmu politik dan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pendapatan keluarga mempengaruhi partisipasi politik perempuan.

3. Bagi masyarakat khususnya perempuan penelitian ini dapat berguna untuk

memotivasi perempuan untuk meningkatkan kesadaran berpolitik.

I.6 Kerangka Teori

Untuk menulis sebuah karya ilmiah ataupun penelitian sudah pasti harus memiliki sebuah landasan yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan. Adanya teori-teori yang dijadikan sebagai landasan berfikir membuat sebuah tulisan akan


(21)

lebih bersifat ilmiah karena salah satu syarat karya ilmiah haruslah berpedoman kepada satu atau lebih dari satu teori yang digunakan sebagai bahan acuan.

I.6.1 Partisipasi Politik

Kata partisipasi politik salah satu tatanan yang sangat penting pada negara demokrasi, karena suatu negara yang demokrasinya tinggi ditandai dengan tingginya partisipasi rakyat dalam berpolitik. Secara umum partisipasi politik adalah kegiatan sekelompok manusia ataupun individu yang secara aktif ikut dalam dunia perpolitikan seperti misalnya ikut dalam pemilihan kepala negara secara langsung dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Sampai sekarang penggunaan istilah partisipasi politik seolah-olah suatu ungkapan yang hanya menunjukkan atau mewakili satu jenis perilaku saja padahal konsep partisipasi politik meliputi berbagai pola perilaku yang mencakup (1) kegiatan pemilihan umum, termasuk memberi suara, juga sumbangan-sumbangan untuk kampanye yaitu berusaha meyakinkan orang lain untuk memberikan suaranya kepada seorang calon atau partai politik tertentu, bekerja dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan ikut dalam suatu pemilihan umum, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Ikut dalam pemungutan suara adalah jauh lebih meluas dibandingkan dengan bentuk-bentuk partisipasi lainnya dan oleh sebab itu faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian itu seringkali

membedakannya dari jenis-jenis partisipasi lain, termasuk kegiatan kampanye,5

5

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, 1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 16-17

(2) berusaha mempengaruhi sikap dan perilaku para pejabat pemerintah mengenai masalah-masalah yang berpengaruh atas sejumlah rakyat, (3) kegiatan organisasi lainnya yang bukan usaha mempengaruhi para pejabar pemerintah dan yang dimaksudkan dengan mempengaruhi suasana umum tentang pembuat kebijakan berlangsung (seperti usaha pendapat umum tentang suatu masalah tertentu), (4) mengadakan hubungan pribadi dengan pejabat pemerintah untuk mengemukakan


(22)

keluhan-keluhan yang berhubungan dengan seorang individu tertentu, dan (5) kekerasan, yang berarti usaha mempengaruhi keputusan pemerintah dengan

menimbulkan gangguan fisik kepada orang atau hak milik.6

Menurut Huntington dan Nelson mendefinisikan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan

mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.7

1. Huntington dan Nelson mengartikan partisipasi politik hanyalah mencakup

kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap. Dalam hal ini mereka tidak memasukkan komponen-komponen subjektif seperti pengetahuan tentang politik, minat terhadap politik, perasaan-perasaan mengenai politik dan keefektifan politik. Tetapi yang lebih ditekankan adalah bagaimana berbagai sikap dan perasaan tersebut berkaitan dengan bentuk tindakan politik.

Huntington dan Nelson pengertian partisipasi politik dibatasi dengan beberapa hal seperti:

2. Yang dimaksudkan dalam partisipasi politik itu adalah warga negara biasa

bukan pejabat-pejabat pemerintah. Hal itu didasarkan pada pejabat-pejabat pemerintah yang mempunyai pekerjaan profesional di bidang itu, padahal justru kajian ini pada warga negara biasa.

3. Kegiatan partisipasi politik itu hanyalah kegiatan yang dimaksudkan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Tindakan-tindakan yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, terlepas apakah itu legal atau tidak. Dengan itu protes-protes, demonstrasi, bahkan bentuk kekerasan pemberontakan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dapat disebut sebagai partisipasi politik. Dalam hal itu partisipasi politik ialah keterlibatan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.

4. Partisipasi politik juga mencakupi semua kegiatan yang mempengaruhi

pemerintah, terlepas tindakan itu efektif atau tidak, berhasil atau gagal.

6

Robert P. Clark, 1989. Menguak kekuasaan dan Politik di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, hal 101. 7


(23)

5. Partisipasi politik berupa kegiatan mempengaruhi pemerintah yang dilakukan langsung atau tidak langsung.

Miriam Budiardjo berpendapat partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, misalnya dalam pemilihan pemimpin negara, mempengaruhi kebijaksanaan negara dan berbagai

kegiatan lainnya.8

Partisipasi memiliki banyak bentuk seperti partisipasi jika dilihat sebagai suatu kegiatan dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif, partisipasi aktif mencakupi kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pemimpin pemerintahan. Sedangkan partisipasi pasif berupa kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan

pemerintah.9

Partisipasi politik berbeda dengan kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warganegara dalam kedudukannya sebagai rakyat biasa disebut sebagai partisipasi politik. Tapi, kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik (mereka juga warga negara dan anggota masyrakat) dalam kedudukan sebagai pengambil keputusan politik tidak dapat dinamakan partisipasi politik.

Partisipasi politik berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi partisipasi yang bersifat sukarela (otonom) dan atas desakan orang lain (dimobilisasi). Nelson membedakan dengan dua sifat yaitu “autonomous participation” (partisipasi otonom) dan “mobilized participation” (partisipasi yang dimobilisasikan).

10

8

Ibid, hal 178. 9

Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hal 74 10


(24)

Adapun Almond membagi partisipasi politik pada bentuk partisipasi politik yang ada pada sistem politik terbagi menjadi level atau derajat pemberian partisipasi seperti pada tabel berikut:

Tabel Bentuk dan Derajat Partisipasi Politik Almond11

Bentuk Ruang Lingkup Derajat

Voting (pemberian suara) Luas, keputusan, pemerintah Sedang

Informal group (kelompok

informal), social movement

(pergerakan sosial)

Aktifitas kolektif, kebijakan umum

Tinggi

Direct contact (kontak langsung)

Spesifik, urusan personal/ pribadi

Rendah

Protect activity (aktivitas protes)

Ekspresif, urusan spesifik Tinggi

Seperti yang sudah dikemukakan oleh beberapa para ahli mengenai partisipasi politik adalah aktivitas seseorang atau lebih untuk ikut serta dalam dunia perpolitikan yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah ataupun pimpinan. Dan partisipasi politik memiliki banyak bentuk dan jenis sehingga pada penelitian saya ini, bentuk atau jenis partisipasi politik yang akan saya teliti adalah partisipasi politik dalam hal pemberian suara pada pemilihan kepala daerah. Saya akan mencoba untuk meneliti keikutsertaan perempuan terhadap partisipasi politik pemberian suara pada pemilihan kepala daerah kemarin dan sejauh mana partisipasi politik lainnya pada perempuan.

11


(25)

I.6.2 Budaya Politik

Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitenya. Almond dan Powell berpendapat bahwa budaya politik merupakan dimensi psikologi dari sistem politik, yang bersumber pada penalaran-penalaran yang sadar. Konsep budaya politik terdiri atas sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan keterampilan yang sedang berlaku pada seluruh anggota masyarakat termasuk pada kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Beberapa definisi budaya politik dapat dilihat sebagai

berikut:12

a. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas

pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.

b. Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya.

Yang pertama menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme,

12


(26)

demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka atau tertutup.

c. Hakikat dan ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai

adalah prinsip dasar yang melandasi suatu pandangan hidup yang berhubungan dengan masalah tujuan.

d. Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka

dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan) sikap terhadap mobilitas (mempertahakan status quo atau mendorong mobilitas) prioritas kebijakan (menekankan ekonomi atau politik).

Adapun tipe-tipe budaya politik adalah13

a. Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi

politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.

b. Budaya politik kaula (subjek), yaitu budaya politik yang masyarakat

yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh

13


(27)

pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.

c. Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan

kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

Budaya patriarkhi yang dibudayakan masyarakat di Indonesia membuat budaya perpolitikan merekan pun bersifat patriarkhi, itu ditandai dengan perempuan yang masih mengikuti saran suami atau ayahnya untuk memilih kandidat calon yang mereka pilih. Mungkin hal ini terjadi dikarenakan sudah terbiasanya seorang wanita yang selalu melakukan apapun berdasarkan atas izin ayah atau suaminya bagi perempuan yang sudah menikah. Tidak jarang juga pendapat suami atau ayah dijadikan acuan dalam berbagai hal dan juga dalam bidang politik dikarenakan budaya di Indonesia yang mengambil garis keturunan ayah dan dalam agama lelaki menjadi imam atau pemimpin dalam sebuah


(28)

keluarga mengakibatkan perempuan cenderung lebih patut dan merasa kodrat mereka selalu di bawah lelaki.

I.6.3 Perilaku Politik

Perilaku politik atau (Politic Behaviour) adalah perilaku yang dilakukan

oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah:

• Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin

• Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai

politik atau parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat

• Ikut serta dalam pesta politik

• Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas

• Berhak untuk menjadi pimpinan politik

• Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan

politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik

oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.14

Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua, yaitu fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan

fungsi-fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.15

Seperti yang kita ketahui bahwa perempuan cenderung bersikap apatis terhadap perpolitikan, perilaku politik yang sering perempuan lakukan adalah mengikuti pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat. Itupun biasanya suara kaum perempuan menjadi suara pendulang karena banyak para pengamat politik

14

Politik.

15


(29)

berpendapat bahwa suara perempuan sangat mudah dipengaruhi dalam pemilihan umum.

I.6.4 Pemilihan Umum Kepala Daerah

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada atau pemilukada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:

1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi

2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten

3. Walikota dan wakil walikota untuk kota

Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar hukum penyelenggaraan pilkada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, pilkada (pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah) belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu). Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.

Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam


(30)

undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati,

dan Wali Kota.16

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan mendapatkan sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih komsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya ke bawah.

Dengan diadakannya pilkada secara langsung, merupakan salah satu wujud untuk mencapainya demokrasi karena masyarakat memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang akan didukungnya dengan bebas tanpa harus ikut campurnya DPRD untuk memilih kepala daerah lagi, dengan adanya pemilukada ini menuntut masyarakat untuk meningkatkan partisipasi politik dalam pemilihan umum, untuk membuat masyarakat lebih melek kepada calon-calon peserta pemilukada.

I.6.5 Pengertian Pendapatan Keluarga

17

Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages and salaries

merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984). Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut. Pendapatan

16

Pemilihan Kepala Daerah

pada 3 April 2013 17

Suparyanto “Konsep Dasar Status Ekonomi”


(31)

senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukan

hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang lain (Winardi, 1975).18

1. Tipe Kelas Atas

Menurut Sukirno (2002: 49) pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari keseluruhan anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga.

Berdasarkan pendapatan, dapat dibagi tingkat ekonomi keluarga menjadi tiga golongan yaitu

Masyarakat yang berada pada lapisan ini biasanya memiliki rumah yang besar, memiliki mobil, dan tanah yang luas.

Berdasarkan hasil penetapan upah minimum propinsi Sumut UMP

2013 sebesar Rp 1.305.00019

2. Tipe Kelas Menengah

tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan lapisan ekonomi kelas atas tiga kali diatas upah minimum propinsi yaitu lebih besar dari Rp 3.915.000 tiap bulannya dan memiliki barang-barang mewah dan rumah yang besar.

Masyarakat pada lapisan ini biasanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya dan pemilikan barang-barang berharga sebagai tabungan.

Berdasarkan hasil penetapan upah minimum propinsi Sumut UMP 2013 sebesar Rp 1.305.000 tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan lapisan ekonomi kelas menengah dua kali diatas upah minimum propinsi yaitu lebih besar dari Rp 2.610.000 tiap bulannya.

3. Tipe Kelas Bawah

18

h0404055. “Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga”.

http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/pendapatan-dan-konsumsi-rumah-tangga/ diakses pada 1 April 2013

19

Upah Minimum Regional.


(32)

Masyarakat pada lapisan ini tingkat pendapatannya rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka juga tidak tetap.

Berdasarkan hasil penetapan upah minimum propinsi Sumut UMP 2013 sebesar Rp 1.305.000 tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan lapisan ekonomi kelas bawah diantara upah minimum

propinsi yaitu ≤ Rp 1.305.000 – Rp 1.305.000 tiap bulannya

Dengan memiliki pekerjaan dan pendapatan yang tinggi membuat status ekonomi seseorang akan terlihat lebih tinggi juga. Tingkat status ekonomi yang tinggi memungkinkan perilaku politik yang lebih berkualitas daripada seseorang yang berada dalam status di bawahnya. Dengan status ekonomi yang tinggi diperkirakan seseorang akan memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan

perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada pemerintah.20

Status sosial dan status ekonomi memiliki kontribusi yang penting dalam mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik. Kedudukan sosial tertentu misalnya orang yang memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, akan memiliki tingkat partisipasi politik yang cenderung lebih tinggi daripada orang yang hanya memiliki kedudukan sosial yang rendah. Dalam kaitannya dengan status ekonomi, seseorang yang memiliki status ekonomi yang tinggi dipandang lebih cenderung untuk berpartisipasi politik secara aktif,

dibandingkan dengan yang status ekonominya lebih rendah.21

20

Sudijono Sastroatmodjo. Op.cit. hal 15. 21

Ibid, hal 91-92.

Perempuan yang setelah menikah banyak menjadi ibu rumah tangga dan tidak bekerja membuat para ibu-ibu ini tidak memiliki pendapatan pribadi, status ekonomi mereka dipengaruhi oleh pendapatan keluarganya. Pendapatan keluarga yang tinggi membuat status ekonominya juga tinggi cenderung untuk berpartisipasi politik juga lebih aktif dibanding dengan pendapatan yang lebih rendah.


(33)

I.6.6 Feminisme

Feminisme sebagai filsafat dan gerakan berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada

laki-laki dalam realitas sosialnya.22

Sebagai sebuah gerakan, feminisme sering dipetakan dalam tiga gelombang. Gelombang pertama berlangsung dari abad ke 19 sampai dengan awal abad ke 20, adalah gerakan yang dirintis kaum perempuan melawan penindasan patriarkal dalam bentuk subordinasi derajat perempuan dibawah laki-laki. Gelombang kedua, yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1980-an, banyak bergerak dalam upaya melawan ketaksamaan derajat perlakuan terhadap kaum perempuan di bidang hukum dan budaya. Gelombang ketiga, dari awal tahun 1990-an sampai sekarang, merupakan kelanjutan dan tanggapan terhadap berbagai kegagalan dari perjuangan dalam gelombang kedua serta tanggapan terhadap reaksi balik yang muncul melawan berbagai inisiatif dan gerakan dalam

gelombang kedua.23

Banyak pengertian yang menjelaskan apa itu feminisme, seperti misalnya Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang

menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.24Teori feminis

adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif yang terpusat

pada wanita.25

Menurut Chris Barker, feminisme adalah bidang teori dan politik yang plural dengan berbagai perspektif dan rumusan aksi yang saling bersaing. Secara umum bisa dikatakan bahwa feminisme melihat seks/kelamin sebagai sebuah sumbu organisasi sosial yang fundamental dan tak bisa direduksi yang sampai saat

22

Feminism

23

Fransisco Budi Hardiman. 2010. Ruang Publik, Yogyakarta: Kanisius, hal 201 24

Feminism

25


(34)

ini telah menempatkan perempuan di bawah lelaki. Dengan demikian, perhatian utama feminisme adalah pada jenis kelamin sebagai prinsip pengaturan kehidupan sosial yang sarat dengan relasi kekuasaan. Para feminis melihat bahwa patriarki bersifat struktural bersamaan dengan makna-makna turunannya tentang keluarga yang dipimpin lelaki, penguasaan, dan superioritasnya. Feminisme adalah suatu pergerakan yang berupaya membangun strategi politik untuk mencampuri

kehidupan sosial demi kepentingan perempuan.26

Adapun aliran-aliran dari pemikiran feminisme adalah27

1. Feminisme Liberal

Terdapat pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik.

2. Feminisme Radikal

Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal". Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik.

3. Feminisme pos-modern

Ide Posmo ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah.

26

Ketika Berbicara Feminism

diakses pada 16 Maret 2013 27


(35)

Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.

4. Feminisme anarkis

Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.

5. Feminisme marxis

Kaum Feminis Marxis, menganggap bahwa negara bersifat kapitalis yakni menganggap bahwa negara bukan hanya sekadar institusi tetapi juga perwujudan dari interaksi atau hubungan sosial. Kaum Marxis berpendapat bahwa negara memiliki kemampuan untuk memelihara kesejahteraan, namun disisi lain, negara bersifat kapitalisme yang menggunakan sistem perbudakan kaum wanita sebagai pekerja.

6. Feminisme sosialis

Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini hendak mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung.

7. Feminisme postkolonial

Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga


(36)

(koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami penindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat.

8. Feminisme nordic

Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan Feminis Marxis maupun Radikal. Nordic yang lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara.

Dari beberapa aliran dari pemikiran feminisme diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan “perlakuan”, diskriminasi antara perempuan ataupun pria diberbagai bidang, seperti bidang sosial, ekonomi dan politik. Adanya perlakuan yang tidak adil antara perempuan dengan pria pada perpolitikan ditandai dengan seorang suami atau ayah selalu dengan mudah memberikan asumsi kepada anak atau istrinya untuk ikut memilih kandidat yang juga mereka pilih. Belum tentu seorang perempuan dapat mempengaruhi asumsi terhadap suami atau ayahnya untuk memilih kandidat yang sama denganya karena adanya perlakuan yang tidak adil karena pria berpandangan bahwa mereka lebih mengerti perpolitikan dibanding dengan perempuan.

I.7 Hipotesa

Ternyata memang ada asumsi bahwa status sosial ekonomi (pendapatan) mempengaruhi partisipasi politik masyarakat, hal ini tercermin dalam tingkah laku (pola hidup) masyarakat yang cenderung kepada penentuan kebutuhan pribadi


(37)

dibandingkan dengan partisipasi dalam berpolitik. Dengan bertitik tolak dari anggapan dasar tersebut maka dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai hipotesis yaitu:

“Besarnya pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik pada perempuan, dimana semakin rendah tingkat pendapatan keluarga maka akan semakin rendah pula partisipasinya dalam berpolitik”.

Berdasarkan hipotesis tersebut dapat diambil kesimpulan. Hipotesis tersebut diatas dapat dirumuskan dengan paradigma sederhana sebagai berikut:

Menunjukan hubungan antara satu variabel (x = pendapatan keluarga) dengan (y = partisipasi politik pada pemilukada).

Agar penarikan hipotesis dapat lebih mudah untuk peneliti tarik maka peneliti membuat hipotesis dalam bentuk statistik, yaitu:

a. Hipotesis Nol (H0): menyatakan tidak adanya hubungan, atau tidak

adanya pengaruh, atau tidak adanya perbedaan.

Maka hipotesis H0 pada penelitian ini adalah pendapatan keluarga tidak mempengaruhi partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tanjung Selamat.

b. Hipotesis Alternatif (Ha): menyatakan adanya hubungan, atau adanya

pengaruh, atau adanya perbedaan.

Maka hipotesis Ha pada penelitian ini adalah sama dengan hipotesis penelitian saya adalah adanya pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tanjung Selamat.

Y X


(38)

I.8 Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena alami. Agar tidak menimbulkan kekaburan dan kesalahan di dalam pengertian konsep yang dipergunakan, maka perlu ditegaskan batasan-batasan yang dipergunakan dalam tulisan ini. Adapun defenisi konsep yang dikemukakan disini adalah sebagai berikut:

I.8.1 Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga yang tinggi membuat status ekonomi salah seorang anggota keluarganya akan tinggi dalam lingkungan masyarakat. Pendapatan keluarga dipengaruhi dengan pekerjaan dan pendapatan masing-masing anggota keluarganya. Dan di dalam penelitian ini pendapatan keluarga akan ditinjau dengan melihat pekerjaan suami, pendapatan suami dan pekerjaan responden.

I.8.2 Partisipasi Politik

Keikutsertaan ataupun keterlibatan individu dalam politik yang menyangkut keanggotaan dalam partai secara aktif, kampanye, dan pemberian suara kepada salah satu calon gubernur.

I.9 Defenisi Operasional

Definisi operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Proses pengubahan defenisi konseptual yang lebih menekankan kriteria hipotik menjadi defenisi operasional disebut dengan operasionalisasi variabel

penelitian.28

28

Saifuddin Azwar, 2004. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 74.

Dengan demikian defenisi operasional didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya


(39)

oleh orang lain. Adapun defenisi operasional yang diuraikan adalah sebagai berikut:

1. (X) Variabel Bebas atau variabel pengaruh (independent variable) adalah

variabel penyebab yang diduga, terjadi lebih dahulu.

Tingkat pendapatan keluarga yang diukur dari indikator:

a. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan mendapatkan sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Pendapatan

Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Pada penelitian ini yang menjadi untuk mengukur variabel bebas adalah pendapatan responden dan juga pendapatan suami karena biasanya perempuan yang sudah menikah cenderung menjadi ibu rumah tangga dan dengan pendapatan suami mereka yang tinggi atau rendah akan menempatkan mereka pada status sosial yang mana.

1. (Y) Variabel Terikat atau variabel terpengaruh (dependent variable) adalah

variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Partisipasi politik yang mereka lakukan:

a. Keikutsertaan dalam pemberian suara pada pemilihan kepala daerah 2013

Peneliti akan melihat keikutsertaan responden dalam pemberian suara pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara, melihat alasan mereka untuk ikut memilih dan alasan mereka mengapa memilih calon kandidat tersebut.


(40)

Pada penelitian ini akan melihat keikutsertaan responden dalam kampanye, melihat alasan responden menghadiri kampanye calon kandidat.

c. Keanggotaan dalam satu partai politik

Pada penelitian ini akan melihat keikutsertaan responden menjadi anggota salah satu partai politik.

I.10 Metodologi Penelitian I.10.1 Jenis Penelitian

Riset politik kuantitatif adalah penggunaan pengukuran dalam analisis dan

sikap29, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis yang menggunakan

model-model seperti model matematika, model statistik, dan ekonometrik. Penelitian ini adalah penelitian dalam permasalahan asosiatif adalah penelitian yang berupaya untuk mengkaji bagaimana suatu variabel memiliki keterkaitan atau hubungan dengan variabel lain, atau apakah suatu variabel dipengaruhu oleh variabel lainnya, atau apakah suatu variabel menjadi sebab perubahan variabel lainnya. Penelitian asosiatif memerlukan hipotesis, atau dugaan terhadap

hubungan yang ada.30

29

Lisa Harrison,2007. Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, hal 15. 30

Azuar Juliandi, 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Medan: M2000. Hal 14

I.10.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di tempat yang berlokasi di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Tanjung Selamat memiliki sampel yang heterogen seperti misalnya memiliki berbagai macam corak etnis, agama dan status sosial ekonomi membuat lokasi ini menjadi layak untuk dijadikan lokasi penelitian.


(41)

I.10.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.31

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah objek yang mempunyai karakter yang berhubungan dengan penelitian ini adalah seluruh perempuan yang sudah menikah atau berusia 17 tahun di Kelurahan Tanjung Selamat.

32

Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan rumus :33

n = jumlah sampel yang dicari N = jumlah pupulasi

d = nilai presisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau 0,1)

Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Tanjung Selamat jumlah penduduk perempuan dewasa diambil berdasarkan rekapitulasi data pemilih tetap yang digunakan untuk Pemilu 2013 sebanyak 4700 jiwa. Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak:

n=

n =

31

Sugiyono,2006. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, hal55. 32

Ibid 33


(42)

n = 97.91

Jadi sampel yang digunakan untuk menjadi responden dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 98 orang, dengan distribusi sampel per lingkungan berikut:

Tabel 1.1 Sampel per lingkungan

NO. LINGKUNGAN POPULASI SAMPEL

1. I 487 10

2. II 532 11

3. III 469 10

4. IV 544 11

5. V 515 11

6. VI 659 14

7. VII 401 8

8. VIII 560 12

9. IX 533 11

JUMLAH 4700 98

Pada penelitian ini saya menggunakan accidental sampling, yaitu objek yang kebetulan bertemu pada saat pengumpulan data dan sesuai untuk diteliti, maka dijadikan sebagai sampel pemelitian.

I.10.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah


(43)

a. Metode angket atau disebut juga metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,

kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.34

2. Pengumpulan data sekunder

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data untuk memperjelas apa yang terjadi di lapangan dan disesuaikan dengan kepustakaan.

I.10.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang dipergunakan adalah hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterprestasikan dalam suatu uraian. Dalam penelitian ini teknik analisa datanya adalah teknik kuantitatif dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun metode pengujian yang digunakan adalah:

1. Korelasi Product Moment

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan variabel penelitian. Korelasi sederhana digunakan apabila terdapat 1 buah variabel dan 1 buah variabel dependen.

Pada Korelasi Product Moment kriteria penerimaan/ penolakan hipotesis dalam SPSS adalah sebagai berikut:

a. Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung < probabilitas yang

ditetapkan sebesar 0,05 (Sig. 2-tailed< α0,05)

b. Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung> probabilitas yang

ditetapkan sebesar 0,05 ( Sig. 2- tailed> α0,05)

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

34


(44)

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel independen dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedasitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika variasi residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.

3. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi linier berganda dengan memakai program software SPSS 16.0 yaitu:

Y = a + bx Keterangan:

Y = Variabel partisipasi politik

X = Variabel pendapatan keluarga

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

4. Uji Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas. Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 < R² < 1).

5. Pengujian Hipotesis

a. Uji T

Uji t (uji parsial) dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas (independen) yaitu X terhadap


(45)

variabel terikat (dependen) yaitu Y dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05).

Kriteria penilaian dengan menggunakan SPSS:

a. Terima H jika nilai probabilitas (Sig > α )

b. Terima Ha jika nilai probabilitas (Sig ≤α )

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi telah baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung ≤ probabilitas y ang ditetapkan

sebesar 0.05 (sig. ≤α )

b. Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung > probabilitas yang ditetapkan

sebesar 0.05 (sig. >α )

1.3.1 Teknik Pengolahan Data

Pada pengolahan data, peneliti membuat skor dalam alternatif jawaban (a,b,c d) dengan skor nilai yang berbeda-beda, yaitu:

Untuk alternatif jawaban A diberi skor 4 Untuk alternatif jawaban B diberi skor 3 Untuk alternatif jawaban C diberi skor 2 Untuk alternatif jawaban D diberi skor 1

Masing-masing alternatif jawaban memiliki jarak antara yang satu dengan yang lain adalah satu misalnya jawaban memiliki tiga pilihan alternatif maka alternatif jawaban a diberi skor tiga alternatif jawaban b diberi skor dua dan alternatif jawaban c diberi skor satu.


(46)

1.11 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodelogi penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan sistematika penulisan.

BAB II : KELURAHAN TANJUNG SELAMAT

Bab ini berisi keadaan Kelurahan Tanjung Selamat seperti sejarah singkat kelurahan, keadaan geografi, keadaan penduduk dan juga sarana yang ada di Kelurahan Tanjung Selamat.

BAB III : PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP PARTISIPASI POLITIKPEMILIH PEREMPUAN PADA PEMILUKADA PROVINSI SUMATERA UTARA

Bab ini berisi penyajian data dan analisa data. Pada analisa data akan menggunakan bantuan software SPSS 16,0 yang akan melakukan Korelasi Product Moment, regresi sederhana, Koefisen Derterminasi dan uji hipotesis.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan, kritik dan saran dari peneliti setelah melakukan penelitian.


(47)

BAB II

KELURAHAN TANJUNG SELAMAT II.1 Sejarah Singkat

Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan sekilas keadaan Kelurahan Tanjung Selamat, sejarah, letak geografis, lembaga pemerintah, orbitasi Kelurahan Tanjung Selamat, keadaan penduduk, sarana dan prasarana , dan juga potensi kelembagaan yang ada di Kelurahan Tanjung Selamat dengan sumber data dari profil Kelurahan Tanjung Selamat.

Kelurahan Tanjung Selamat adalah merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum masuk ke dalam naungan Pemko Medan, Kelurahan Tanjung Selamat adalah merupakan di bawah naungan Pemkab Deli Serdang dengan nama Desa Tanjung Selamat. Kelurahan Tanjung Selamat dulunya adalah sebuah desa yang bernama Desa Tanjung Selamat. Namun setelah tahun 1980 Desa Tanjung Selamat ini berubah menjadi Kelurahan Tanjung Selamat dan berada di bawah

naungan Pemko Medan hingga saat ini.35

Kelurahan Tanjung Selamat merupakan daerah pinggiran Kota Medan juga perbatasan antara Kota Medan dengan Kabupaten Deli Serdang. Kemunculan Kelurahan Tanjung Selamat berawal pada tahun 1970-an dimana merupakan suatu daerah perkampungan yang kecil yang terletak di daerah pinggiran Sungai Belawan Kabupaten Deli Serdang. Sekitar pada tahun 1980 daerah ini terbentuk menjadi suatu perkampungan yang dinamakan Kampung Tanjung Selamat Kecamatan Medan Sunggal dimana saat itu masih tercatat di Pemerintahan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan daerah, Kelurahan Tanjung Selamat Kabupaten Deli Serdang

35

Simon. “Sejarah, kisah, negara, kebudayaan dan teori”. Simonsmile,blogspot.com/ diakses pada 23 September 2013.


(48)

dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelah utara dan sebelah selatan yang dibatasi

oleh aliran Sungai Belawan.36

Namun pada tahun 1985 Kelurahan Tanjung Selamat Kabupaten Deli Serdang sebelah utara mengalami perkembangan dan kemajuan dalam bidang pembangunan. Hal ini dapat dilihat adanya pembangunan perumahan-perumahan komplek yang dihuni oleh penduduk seperti Perumahan IKIP dan Perumahan POLRI. Melihat perkembangan tersebut yang semakin meningkat, Pemko Medan memasukkan Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Sunggal disebelah utara yang sebelumnya merupakan wilayah Kabupaten Deli Serdang menjadi

Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.37

No.

Kelurahan Tanjung Selamat berada di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara memiliki luas keseluruhan menurut penggu naannya adalah ± 330,5 ha dengan perincian pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Luas Kelurahan

Luas Kelurahan Jumlah

1. Luas permukiman ±300 ha

2. Luas persawahan 5 ha

3. Luas kuburan 3 ha

4. Luas perkarangan 7,5 ha

5. Perkantoran 5 ha

6. Luas prasaranan umum lainnya 10 ha

Total ± 330.5 ha

Sumber: profil Kelurahan Tanjung Selamat

Luas tanah untuk fasilitas umum dengan perincian lapangan olahraga sebesar 0,50 ha/m², perkantoran pemerintah sebesar 0,75 ha/m², tempat

36 Ibid. 37


(49)

pemakaman umum sebesar 5 ha/m². Luas tanah untuk bangunan sekolah adalah sebesar 5 ha/m², pertokoan dengan luas sebesar 10 ha/m². Fasilitas pasar dengan luas sebesar 6 ha/m² dan luas jalan sebesar 22 ha/m². Untuk lahan ruang publik/ taman terdapat taman kelurahan dengan luas sebesar 50 m² dan tingkat

pemanfaatan yang pasif.38

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan

Medan Selayang

Letak geografis suatu wilayah adalah keberadaan posisi wilayah tersebut sesuai dengan bentuk dan letaknya di bumi. Adapun letak geografis dari Kelurahan Tanjung Selamat ini adalah berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang. Batas-batas Kelurahan Tanjung Selamat sebagai berikut:

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kemengan Tani,

Kecamatan Medan Tuntungan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Sari, kecamatan

Medan Selayang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Belawan.39

Dan kelurahan tanjung Selamat jika dilihat melalui topografinya bentangan wilayah kelurahan dataran rendah seluas 2,5 ha/m² dan kelurahan bantaran sungai dengan luas 40 ha/m². Letak kelurahan kawasan perkantoran dengan luas sebesar 0,5 ha/m². Luas letak kawasan pertokoan atau bisnis dengan luas 4 ha/m² dan kawasan campuran seluas 10 ha/m². Letak kelurahan kawasan industri seluas 3 ha/m² dan letak kelurahan perbatasan antar kecamatan lainnya adalah dengan luas 20 ha/m². Letak kelurahan DAS/ bantaran sungai dengan luas 40 ha/m², letak kelurahan rawan banjir dengan luas 4 ha/m². Letak kelurahan

bebas banjir seluas 20 ha/m².40

Kelurahan Tanjung Selamat memiliki jumlah penduduk sebesar 12.379 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 6.128 orang dan jumlah

38

Profil Kelurahan Tanjung Selamat. Tahun 2010, Medan; 2010. Hal 3 39

Ibid. Hal 2. 40


(50)

penduduk perempuan sebanyak 6.251 orang. Dan di Kelurahan Tanjung selamat ini tidak memiliki Warga Negara Asing (WNA). Di kelurahan ini juga terdapat warga yang cacat mental dan fisik, utuk cacat fisik seperti tuna wicara dengan jumlah dua orang dengan perincian satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Tuna netra terdapat empat orang dengan rincian terdapat dua orang berjenis kelamin perempuan dan dua orang berjenis kelamin laki-laki. Dan cacat mental berupa stress sebanyak dua belas orang dengan rincian delapan orang

laki-laki dan empat orang perempuan.41

Sedangkan Dasar hukum pembentukan pemerintah kelurahan di Kelurahan Tanjung Selamat ada dengan keputusan perda begitu juga dengan Badan Permusyawaratan Desa di Kelurahan Tanjung Selamat juga dengan keputusan perda. Adapun jumlah aparat pemerintahan di Kelurahan ini sebanyak lima orang. Kantor Kelurahan Tanjung Selamat terdapat di jalan Bunga Sakura

nomor 13 Tanjung Selamat.42

Di Kelurahan Tanjung Selamat ini sama dengan kelurahan lainnya dimana juga pada kelurahan ini terdapat lembaga pemerintahan. Lembaga pemerintahan di Kelurahan Tanjung Selamat memiliki kepala lurah, sekretaris kelurahan, kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan, kepala urusan pemberdayaan masyarakat, kepala urusan kesejahteraan rakyat dan kesemuanya aparat kelurahan masih aktif. Tingkat pendidikan aparat kelurahan adalah kepala lurah tamatan S1, sekretaris kelurahan juga tamatan S1. Kepala urusan pemerintahan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau setara dengan Sekolah Menengah Atas. Kepala urusan pembangunan, kepala urusan pemberdayaan masyarakat dan

kepala urusan kesejahteraan rakyat juga tamatan SLTA. 43

Kelurahan Tanjung Selamat memiliki lingkungan sebanyak sembilan lingkungan dengan masing-masing lingkungan tersebut memiliki ketua lingkungan atau sering disebut dengan sebutan Kepling atau Kaling (Kepala Lingkungan). Adapun pada profil Kelurahan Tanjung Selamat dituliskan pada

41

Ibid. Hal 21. 42

Ibid. Hal 23. 43


(51)

orbitasi bahwa jarak ke ibu kota kecamatan adalah lima kilometer dan lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan kendaraan bermotor adalah selama dua puluh menit atau 0,5 jam. Dengan kendaraan umum ke ibu kota kecamatan adalah

sebanyak lima puluh lima unit.44

Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor adalah selama dua jam. Dan jarak ke ibu kota adalah sejauh dua puluh kilometer dengan lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor adalah selama satu setengah jam. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor adalah selama empat jam. Dengan kendaraan umum ke ibu kota adalah sebanyak delapan

puluh unit.45

Adapun data yang dituliskan pada profil Kelurahan Tanjung Selamat bahwa jarak ke ibu kota provinsi adalah sejauh tiga puluh kilometer dengan lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan bermotor adalah selama dua jam dan lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan bermotor adalah selama enam jam. Dengan kendaraan umum ke ibu

kota provinsi sebanyak tiga unit.46

Adapun keadaan Kelurahan Tanjung Selamat dengan melihat sumber daya air bersih terdapat sumur gali dengan jumlah sebanyak 1.628 unit dengan kondisi air yang baik. Ada juga sumur pompa dengan jumlah 312 unit dengan kondisi air yang baik juga. Ada juga sumber air bersih dari PAM dengan jumlah sebanyaak 1.297 dengan kondisi yang baik juga. Terdapat juga depot isi ulang dengan jumlah dua dan kondisi yang baik juga. Pada kelurahan ini juga terdapat sungai dengan

ukuran sedang dengan kondisi air yang keruh.47

Untuk suhu rata-rata harian di Kelurahan Tanjung Selamat ini adalah sebesar 34°C. Dengan kondisi kualitas udara tercemar dengan kendaraan bermotor baik kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Dengan tingkat kebisingan

44

Ibid. Hal 4. 45

Ibid. 46

Ibid. Hal 5. 47


(52)

pada kebisingan yang sedang dengan sumber kebisingan oleh kendaraan

bermotor.48

Potensi prasarana dan sarana transportasi terdapat jenis sarana dan prasarana berupa jalan kelurahan dengan panjang jalan aspal seluas 50 km dengan keadaan jalan yang baik. Panjang jalan tanah sepanjang empat kilometer dengan keadaan baik dan jalan tanah keadaan rusak sepanjag dua kilometer. Jalan antar kelurahan/ kecamatan dengan panjang jalan aspal sepanjang 34 kilometer dengan keadaan baik panjang jalan tanah dengan keadaan baik sepanjang empat kilometer

dan keadaan rusak sepanjang dua kilometer.49

Jalan kabupaten yang melewati kelurahan dengan panjang jalan aspal sepanjang 10 kilometer dengan keadaan baik.dan jalan provisi yang melewati kelurahan sepanjang 12 kilometer. Sarana transportasi darat memiliki 184 unit bus umum, 14 unit truck umum, angkutan kelurahan sebanyak 200 unit dan becak

sebanyak 84 unit.50

Penduduk adalah merupakan orang yang tinggal di daerah tertentu, karena biasanya suatu daerah pemukiman sudah pasti mempunyai orang-orang yang berkumpul dalam suatu wilayah dan tinggal secara menetap. Indonesia yang terkenal dengan memiliki banyak suku, agama dan juga kebudayaan membuat penduduk di negara Indonesia berbagai ragam dan memiliki banyak perbedaan. Berdasarkan dari profil kelurahan Tanjung Selamat bahwa pada potensi kelembagaan terdapat lembaga kemasyarakatan, lembaga politik, lembaga ekonomi, lembaga keamanan yang akan di jelaskan nantinya pada lembaga-lembaga yang ada di kelurahan ini. Untuk sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Tanjung Selamat berdasarkan profil kelurahan adalah terdapat sarana dan prasarana kesehatan, prasarana peribadatan, sarana pendidikan, prasarana olahraga yang akan juga dijelaskan lebih rinci nantinya.

II.2 Keadaan Penduduk

48

Ibid. Hal 3. 49

Ibid. Hal 39. 50


(1)

BAB IV Penutup Kesimpulan :

Dari hasil penelitian dan pengolahan SPSS yang sudah peneliti lakukan, peneliti akan mengevaluasi hasil dari pengolahan data melalui bantuan software SPSS 16.0 agar mempermudah untuk menyimpulkan dan menarik hipotesis pada penelitian ini. Adapun hasil dari pengolahan data melalui bantuan software SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:

1. Setelah menggunakan bantuan software SPSS 16.0 dengan analisis Korelasi Product Moment maka hasil yang didapat adalah dari hasil out put SPSS tersebut bahwa nilai korelasi X dan Y adalah sebesar 0,275, dengan nilai p (sig) sebesar 0,006. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi politik pada pemilukada 2013 di Sumatera Utara yaitu mengikuti kampanye, ikut memberikan suara dan sebagainya. Hubungan yang terjadi diantara dua variabel tersebut memiliki hubungan yang lemah antara pendapatan keluarga dengan partisipasi politik pada perempuan di Kelurahan Tanjung Selamat.

Nilai p value (sig) pada out put SPSS menunjukkan nilai sebesar 0,006 jauh lebih kecil dari 0,05 dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak, Ha diterima sehingga ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi politik pada perempuan adalah signifikan. Tanda “**” menunjukkan bahwa hubungan tersebut adalah signifikan pada taraf signifikan 99% (0,01).

2. Setelah melakukan analisis dengan Regresi Sederhana melalui bantuan SPSS 16.0 maka dapat hasil out put besarnya nilai t dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui apakah variabel bebasnya berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Bila Ho ditolak (sig. < 0,05) berarti berpengaruh, dan jika Ho diterima (sig.> 0,05) berarti tidak ada pengaruh. Dari hasil out put SPSS dapat diketahui besarnya nilai t tes = 2,808


(2)

sedangkan besarnya signifikan 0,006 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak yang berarti ada pengaruh variabel pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik.

3. Dari hasil out put SPSS 16.0 maka dapat Koefisien Determinasi yaitu dari hasil out put menunjukkan nilai R sebesar 0,275. Untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) = R² x 100% sehingga diperoleh KD = 27,5%. Angka tersebut menunjukkan bahwa sebesar 27,5% partisipasi politik pada pemilukada Sumatera Utara 2013 (variabel terikat) dapat dijelaskan oleh pendapatan keluarga (variabel bebas). Sedangkan sisanya 72,5% (100% - 27,5%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari pendapatan keluarga atau faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.

4. Melalui uji-T dengan menggunakan software SPSS 16.0 mendapatkan hasil dari tabel hasil out put dapat ditarik kesimpulan tolak H0 jika nilai probabilitas (0,006) ≤ taraf signifikan sebesar 0,05 (Sig. ≤ α 0,05). Hasil pengolahan data melalui SPSS 16.0 mendapatkan hasil nilai probabilitas sebesar 0,006 dan ketentuan dalam menarik kesimpulan hipotesis adalah tolak H0 jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikan yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian H0 ditolak karena niali probabilitas pada penelitian ini adalah 0,006 yang artinya lebih kecil dari taraf signifikan yang bernilai 0,05 (sig <α 0,05).

5. Dengan menggunakan uji-F dari hasil pengolahan data diatas terlihat bahwa nilai F dengan probabilitas Sig 0,006 < α 0,05. Dengan demikian Ho ditolak, kesimpulannya pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik adalah signifikan

Maka kesimpulannya adalah bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) yaitu pendapatan keluarga dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu partisipasi politik pada pemilukada 2013 Sumatera Utara di Kelurahan Tanjung Selamat ada hubungan diantara kedua variabel tersebut. Hubungan diantara kedua variabel tersebut adalah bersifat lemah yaitu pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik perempuan di


(3)

Kelurahan Tanjung Selamat. Kerena hanya hasil dari korelasi diantara keduanya hanya sebesar 0,275 yang masih jauh mendekati angka 1. Karena pada ketentuan Korelasi Product moment ketika hasilnya mendekati 1 maka hubungan antara variabel dengan variabel lainnya adalah kuat. Sedangkan korelasi antara kedua veriabel dalam penelitian ini adalah sebesar 0,275.

Berdasarkan hasil out put melalui bantuan SPSS 16.0 bahwa terdapat nilai 27,5% koefisien determinasi. Yang artinya terdapat sebesar 27,5% besar pengaruh pendapatan keluarga terhadap partisipasi politik pada pemilukada 2013 di kelurahan Tanjung Selamat sedangkan 72,5% lagi adalah faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.

Saran:

Berdasarkan hasil dari kesimpulan diatas maka saran-sarannya adalah:

1. Pendidikan politik sebaiknya juga diberikan kepada kaum perempuan, agar mereka lebih kritis dan peduli terhadap politik. Karena dengan mendapatkan pendidikan politik membuat perempuan akan lebih aktif lagi dalam bidang politik.

2. Sebaiknya kebudayaan patriarkhi hanya menjadi simbolis saja, tidak perlu terlalu idealis. Karena dengan adanya kebudayaan patriarkhi yang secara tidak langsung membuat kaum perempuan menjadi kaum yang lemah karena masih dibawah otoritas kaum laki-laki. Kebudayaan patriarkhi boleh saja digunakan, tetapi tidak pada bidang politik, karena akan merugikan kaum perempuan.

3. Sebaiknya juga perempuan tidak selalu dijadikan objek politik, terlebih lagi pada saat pemilihan umum. Suara perempuan hanya dijadikan sebagai suara pendulang saja karena mereka sangat mudah untuk dipengaruhi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.

Clark, Robert P. 1989. Menguak kekuasaan dan Politik di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga

Daulay, Harmona. 2007. Perempuan dalam Kemelut Gender. Medan: USU Press.

Hardiman, Fransisco Budi. 2010. Ruang Publik, Yogyakarta: Kanisius.

Harrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana.

Hartono. 2008. Spss 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huntington, Samuel P dan Joan Nelson, 1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.

Juliandi, Azuar, 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Medan: M2000

Maran, Rafael Raga, 2007. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta.

Martono, Nanang. 2010. Statistik Sosial. Yogyakarta: Gava Media

Priyatno, Duwi. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Yogyakarta: Gava media


(5)

Profil Kelurahan Tanjung Selamat

Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana.

Sahid, Komarudin. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Susanto, Budi. 2003. Politik dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Syarbaini, Syahrial. 2002. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Ghalia.

Situs internet:

Budaya Politi 2013.

Politi

Pemilihan Kepala Daerah.

3 April 2013.

Suparyanto “Konsep Dasar Status Ekonomi” 1 April 2013.


(6)

h0404055 “Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga”.

http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/pendapatan-dan-konsumsi-rumah-tangga/

Upah Minimum Regional diakses pada 1 April 2013.

diakses pada 10 April 2013.

Feminisme

Ketika Berbicara Feminism

Pengertian sarana dan prasarana diakses pada 17 Maret 2013

Simon. “Sejarah, kisah, negara, kebudayaan dan teori”. Simonsmile,blogspot.com/ diakses pada 23 September 2013


Dokumen yang terkait

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Analisis Ikatan Primordialisme Etnik keturunan Arab Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung tahun 2005 (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Medan tahun 2005)

2 47 70

Pertanggungjawaban Kepala Daerah Sebagai Pelaksana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004

2 56 119

Pengaruh Faktor Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Kesiapsiagaan Rumah Tangga Dalam Menghadapi Banjir Di Desa Pelita Sagoup Jaya Kecamatan Indra Makmu Kabupaten Aceh Timur

4 95 152

Pengaruh Kemampuan Komunikasi Terhadap Kepemimpinan Efektif Kepala Ruangan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1 49 132

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung Di Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 40 98

Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Inflasi Terhadap Perkembangan Jumlah Tabungan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di Kotamadya Medan

1 34 91

BAB II KELURAHAN TANJUNG SELAMAT II.1 Sejarah Singkat - Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Partisipasi Politik Perempuan pada Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Partisipasi Politik Perempuan pada Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara 2013 di Kelurahan Tanjung Selamat.

0 0 33