Faktor Ekstrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

suatu masalah juga menjadi sangat menurun. Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun. Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga akan mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu Khomsan, 2010.

2.2. Kebiasaan Makan Anak Sekolah

Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi untuk sarapan pagi perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan sarapan pagi diberikan dalam takaran porsi sedikit hingga secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran.

2.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu, faktor ekstrinsik yang berasal dari luar diri manusia dan faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri manusia.

2.2.1.1. Faktor Ekstrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Adapun faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan, antara lain: Universitas Sumatera Utara a. Lingkungan alam Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya diwarnai oleh jenis-jenis bahan yang umum dan dapat diproduksi setempat. Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena dapat dihasilkan sendiri. Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan makan. Selain itu, jenismacam alat dapur, bahan bakar untuk memasak, waktu yang tersedia bagi ibu untuk bekerja di dalam dan di luar rumah, jarak antara rumah dan tempat bahan makanan dapat juga mempengaruhi kebiasaan makan. b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan- perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut turun-temurun. Di dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering ditemukan adanya perbedaan antara suami dan isteri, orang tua dan anak, tua dan muda. Suamiayah sebagai kepala rumah tangga harus diistimewakan dalam hal makanannya terhadap anggota keluarga yang lain, kemudian baru anak-anak dan prioritas terakhir adalah ibu. c. Lingkungan budaya dan agama Lingkungan budaya yang terkait dengan kebiasaan makan biasanya meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial. Pada masyarakat Jawa ada kepercayaan bahwa nilai-nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan dalam Universitas Sumatera Utara makanan. Misalnya, “mutih” hanya makan nasi dan garam, “ngerowot” hanya makan dengan bangsa umbi-umbian secara periodik dalam jangka waktu tertentu agar tercapai cita-citanya hidup bahagia dan sejahtera. Agama juga memberikan batasan-batasan dan pedoman-pedoman dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan. Neraca bahan makanan dapat memberikan gambaran adanya potensi sumber daya pangan, tetapi apabila terhitung pula persediaan daging babi maka potensi itu menjadi hukum potensial bagi negaradaerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Demikian pula daging sapi untuk daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. d. Lingkungan ekonomi Distribusi pangan banyak ditemukan oleh kelompok-kelompok masyarakat menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai kebiasaan makan yang cenderung beras, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya golongan masyarakat ekonomi rendah, yang justru pada umumnya produsen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya.

2.2.1.2. Faktor Intrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Dokumen yang terkait

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

2 66 127

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012.

7 81 74

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI SARAPAN PAGI DENGAN KEBUGARAN JASMANI SISWI KELAS VII DI SMP NEGERI 26 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011 2012

2 16 94

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar.

2 6 12

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar.

0 3 11

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWI Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi Dan Status Gizi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswi Di Pondok Madrasah Aliyah Al – Manshur Tegalgondo, Klaten.

0 3 19

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Kualitas Kebugaran Jasmani Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.

2 3 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa SD Negeri Di Kelurahan Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 1 15

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI

0 1 102

34 HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

0 3 6