HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI SARAPAN PAGI DENGAN KEBUGARAN JASMANI SISWI KELAS VII DI SMP NEGERI 26 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011 2012

(1)

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI SARAPAN PAGI

DENGAN KEBUGARAN JASMANI SISWI KELAS VII

DI SMP NEGERI 26 SEMARANG

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

Melvin Alfiolita Rinjani NIM. 6450407118

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

iii

Agustus 2013

ABSTRAK Melvin Alfiolita Rinjani

Hubungan antara Asupan Energi Sarapan Pagi dengan Kebugaran Jasmani Siswi Kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.

VI + 56 halaman + 14 tabel + 5 gambar + 13 lampiran

Sarapan pagi diperlukan siswi untuk memberi asupan makanan sebelum melakukan kegiatan di pagi hari sehingga kebugaran jasmaninya terjaga dengan baik. Data pendahuluan menunjukkan bahwa 66,67% siswi belum mencukupi asupan energi sarapan pagi sebesar 20-30% dari kecukupan sehari dan 71,43% siswi dengan kebugaran jasmani kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani pada siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Tahun Ajaran 2011/2012 sebanyak 115 anak. Sampel yang diambil sejumlah 56 anak yang diperoleh dengan menggunakan teknik Random Sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, recall 24 jam, recall aktivitas fisik, lembar observasi dan stopwatch. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik uji Chi Squaredengan derajat kemaknaan (α=0,05).

Hasil dari penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani pada siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 (p = 0,001).

Saran bagi Dinas Pendidikan sebaiknya mengupayakan pemantauan kebugaran jasmani dan siswi mulai rutin sarapan pagi dengan gizi seimbang.

Kata Kunci: Sarapan pagi, Kebugaran Jasmani, dan Siswi SMP Kepustakaan: 42 (1995-2012)


(3)

iv

Semarang State University Agustus 2013

ABSTRACT Melvin Alfiolita Rinjani

Relationship between Breakfast Energy Intake with the Physical Fitness Class VII Students in SMP Negeri 26 Semarang Academic Year 2011/2012.

VI + 56 pages + 14 table + 5 image + 13 attachments

Breakfast to give students the necessary food intake before doing activities in the morning so physical fitness is maintained. Preliminary data shows that 66.67% students have sufficient breakfast energy intake by 20-30% of the adequacy of the day and 71.43% students with less physical fitness. The purpose of this study was to determine the relationship between breakfast energy intake with physical fitness in class VII student of SMP Negeri 26 Semarang in the Academic Year 2011/2012.

This research is analytic survey with cross sectional design. The population in this study were all students at Junior High School seventh grade 26 Academic Year 2011/2012 as many as 115 children. Samples taken some 52 children were obtained using random sampling techniques. The instrument used in this study is a questionnaire, 24-hour recall, recall physical activity, observation sheet, and stopwatch. The data obtained were analyzed using Chi Square test statistic with a

significance level (α = 0,05).

Results of research and discussion, it is concluded that there is a relationship between breakfast energy intake with physical fitness in class VII student of SMP Negeri 26 Semarang in the Academic Year 2011/2012 (p = 0.001).

Suggestions for Education Departments should strive monitoring student physical fitness and nutrition began with balanced breakfast.

Keywords: Breakfast, Physical Fitness, and Junior High School student Bibliography: 42 (1995-2012)


(4)

(5)

vi MOTTO:

Musuh yang paling berbahaya adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

(Andrew Jackson)

PERSEMBAHAN:

Karya ini Ananda persembahkan untuk:

1. Ayahanda (Sanderi) dan Ibunda (Yani Husniati) sebagai Dharma Bakti Ananda.


(6)

vii

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul

“Hubungan antara Asupan Energi Sarapan Pagi Dengan Kebugaran Jasmani Siswi Kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012”, disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Dr. H. Harry Pramono, M.Si. atas perijinan dalam proses skripsi.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Tahun 2011, Bapak Drs. Said Junaidi, M.Kes., atas surat penetapan Dosen Pembimbing Skripsi.

3. Pembantu Dekan Bidang Akademik Tahun 2012, Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes., atas ijin penelitian.

4. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu Dr. dr. Hj. Oktia Woro KH., M.Kes., atas ijin penelitian.

5. Pembimbing I, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM., M.Kes., atas bimbingan, arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi.

6. Pembimbing II, Ibu Galuh Nita Prameswari, S.KM.,M.Si., atas bimbingan, kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi.

7. Kepala Badan Kesatuan Bangsa, politik, dan Perlindungan Masyarakat, Bapak Drs. Bambang Sukono, MM., atas perijinan penelitian.


(7)

viii penelitian.

9. Keluarga besar Ayahanda Sanderi dan Ibunda Yani Husniati atas doa dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Temanku Nur Wijayanti dan Uswatun Aeni yang telah membantu penelitian skripsi ini.

11. Teman-teman angkatan 2007 atas kebersamaan dan bantuan dalam penyusunan skripsi.

12. Semua pihak yang terlibat telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak diberi kerahmatan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, Agustus 2013


(8)

ix

Halaman

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Keaslian Penelitian ... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Asupan Energi ... 9


(9)

x

2.2 Sarapan Pagi ... 14

2.2.1 Manfaat Sarapan Pagi ... 15

2.2.3 Akibat Tidak Sarapan Pagi ... 15

2.3 Status Gizi ... 15

2.4 Kebugaran Jasmani ... 16

2.4.1 Komponen Kebugaran Jasmani ... 17

2.4.2 Fungsi Kebugaran Jasmani ... 18

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani ... 19

2.4.4 Pengukuran Kebugaran Jasmani ... 22

2.5 Pedoman Umum Gizi Seimbang ... 26

2.6 Hubungan Antara Asupan Energi Sarapan Pagi dengan Kebugaran Jasmani ... 33

2.7 Kerangka Teori ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Kerangka Konsep ... 35

3.2 Variabel Penelitian... 35

3.3 Hipotesis Penelitian ... 36

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 37

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 38

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.7 Sumber Data ... 40


(10)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Responden ... 44

4.2 Analisis Univariat ... 45

4.3 Analisis Bivariat ... 46

BAB V PEMBAHASAN ... 47

5.1 Asupan Kalori Sarapan Pagi ... 47

5.2 Kebugaran Jasmani ... 50

5.3 Hubungan antara Asupan Energi Sarapan Pagi dengan Kebugaran Jasmani ... 51

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 52

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Simpulan ... 53

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(11)

xii

Halaman

Tabel 1.1: Keaslian Penelitian ... 6

Tabel 2.1: Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata (Per Orang Per Hari) ... 9

Tabel 2.2: Indeks Antropometri ... 16

Tabel 2.3: Faktor Aktivitas Fisik ... 21

Tabel 2.4: Norma Tes Lari 2,4 Km ... 23

Tabel 2.5: Tingkat Kebugaran Paru-Jantung Berdasarkan Tes Lari 12 Menit ... 24

Tabel 2.6: Penilaian dan Klasifikasi VO2 max (ml kg bb/menit) ... 24

Tabel 2.7: Norma Harvard Step Test ... 25

Tabel 2.8: Norma Harvard Step Test ... 26

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 37

Tabel 4.1: Distribusi Responden berdasarkan Asupan Energi Sarapan Pagi ... 45

Tabel 4.2: Distribusi Responden berdasarkan Kebugaran Jasmani... 45

Tabel 4.3: Analisis Bivariat Asupan Energi Sarapan Pagi dengan Kebugaran Jasmani ... 46


(12)

xiii

Halaman Gambar 2.1: Klasifikasi Zat Gizi Berdasar Fungsinya ... 12 Gambar 2.2: Manfaat Zat Makanan bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik . 14 Gambar 2.3: Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam Bentuk Kerucut ... 28 Gambar 2.4 Diagram Alir Keterkaitan antar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kebugaran Jasmani ... 34 Gambar 3.1Kerangka Konsep ... 35


(13)

xiv

Halaman

Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing ... 57

Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Kesbangpolinmas Kota Semarang ... 59

Lampiran 3: Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 26 Semarang ... 60

Lampiran 4 : Surat Rekomendasi Survei/Riset ... 61

Lampiran 5: Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMP Negeri 26 Semarang 63 Lampiran 6: Kuesioner Penelitian ... 64

Lampiran 7: Formulir Recall 24 jam ... 65

Lampiran 8: Formulir Recall Aktivitas Fisik ... 66

Lampiran 9: Data Pengukuran ... 67

Lampiran 10: Hasil Uji Bivariat ... 71

Lampiran 11: Daftar Populasi dan Sampel ... 72

Lampiran 12: Surat Tera ... 78


(14)

1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Setiap orang dalam kehidupannya membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan. Energi dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak dalam tubuh manusia (Kartasapoetra, 2008:16). Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang dari janin dalam kandungan, bayi, balita, usia sekolah, remaja, dewasa, dan usia lanjut (Direktorat Gizi Masyarakat, 2000:4).

Manusia yang kurang makan akan lemah dalam kegiatan, pekerjaan fisik, dan daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh (Kartasapoetra, 2008:16). Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah 3 kali sehari, hal ini berarti sarapan pagi hendaknya jangan ditinggalkan dan bisa dilakukan antara pukul 06.00-08.00 (Khomsan A, 2004:103). Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik di pagi hari dan menyumbangkan gizi 20-30% dari kebutuhan energi sehari (Soekirman, 2000:58). Sarapan pagi hendaknya dilakukan supaya dapat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh dalam proses fisiologis (Khomsan A, 2004:103). Sarapan pagi diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk dipergunakan 2 jam pertama pagi hari sebelum waktunya makanan kecil kira-kira


(15)

pukul 10.00 akan meningkatkan lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah digunakan (Moehji S, 2003:76).

Berdasarkan rekomendasi WHO, sarapan yang baik dan memenuhi kriteria gizi adalah sarapan yang menyuplai karbohidrat (55-65%), protein (12-15%), lemak (24-30%). Zat-zat gizi dibutuhkan untuk mendukung aktivitas remaja yang berkesinambungan dan terus-menerus sehingga kebugaran jasmaninya baik.

Kebugaran tubuh merupakan bagian yang penting dari pertumbuhan dan perkembangan termasuk pada remaja (Atmojo MB, 2008:53). Kebugaran jasmani bermanfaat untuk mencegah kelebihan berat badan, menjaga daya tahan paru dan jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan, komposisi tubuh yang ideal dan sehat, dapat meningkatkan produktivitas kerja, merasa tentram dan nyaman, serta memiliki rasa percaya diri dan hidup seimbang. Untuk itu diperlukan asupan makanan yang cukup dari sarapan pagi sebagai penunjang kebugaran tubuh sebelum melakukan aktivitas di pagi hari (Irianto DP, 2004:4).

Hasil survei tim pengembang Sport Development Index tahun 2005 meneliti kebugaran jasmani pelajar SD, SMP, dan SMA di seluruh Indonesia yaitu baik sekali 0%, baik 5,66%, sedang 37,66%, kurang 45,97%, kurang sekali 10,71%. Hasil penelitian secara nasional yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa tingkat kebugaran jasmani para remaja yang berada di sekolah menengah hanya 5,29% yang termasuk kategori baik sekali, 6,19% kategori baik, 29,99% kategori sedang, 30,01% kategori kurang, dan 18,51% termasuk katagori kurang sekali (Kriswanto ES dan Dimyati, 2009:219).


(16)

Masa remaja usia 10-19 tahun merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia dan pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Pada masa remaja biasanya terjadi keterlambatan tumbuh kembang tubuh, tetapi tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak diperhatikan lagi. Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivias fisik meningkat sehingga kebutuhan energi juga meningkat (Moehji S, 2003:63). Remaja akan tumbuh sehat jika mengkonsumsi makanan yang cukup gizi dan teratur sehingga dapat memperoleh prestasi yang tinggi, kebugaran yang baik untuk melakukan semua aktivitas, dan sumber daya manusia yang berkualitas (Direktorat Gizi Masyarakat, 2000:4).

Usia remaja cenderung memiliki aktivitas yang tinggi, tetapi belum tentu mampu melakukannya dengan tubuh yang bugar dikarenakan kurangnya asupan energi terutama asupan makanan sarapan pagi 470-705 kkal yang diperlukan untuk memulai aktivitas. Remaja yang sering tidak sarapan pagi akan mengalami rasa lapar dan lemas, kebugaran jasmani atau ketahanan fisik dalam melakukan aktivitas rendah, kemampuan menangkap pelajaran dan semangat menurun bahkan kesadaran menurun/pingsan.

Sarapan pagi dapat mempertahankan daya tahan saat bekerja, untuk memelihara kebugaran jasmani atau ketahanan fisik, membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran serta diperlukan untuk menunjang aktivitas sekolah misalnya pada awal sekolah menengah pertama khususnya siswa putri. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan pola makan remaja yang berbeda dengan anak-anak ditandai dengan kecenderungan untuk


(17)

membatasi asupan makanan dengan melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi (Kadarzi, 2009:6).

Berdasar survei pendahuluan pada tanggal 8 Oktober 2011 terhadap 21 siswi SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 dari keseluruhan siswi yang berjumlah 115 orang, diperoleh hasil asupan kalori sarapan pagi pada 4 siswi (19,05%) sudah mencukupi 20-30% kalori sehari, 14 siswi (66,67%) masih kurang dari 20-30%, dan 3 siswi (14,28%) tidak biasa sarapan pagi. Selain itu, untuk kebugaran jasmani siswi diperoleh data 2 siswi dengan kebugaran jasmani baik (9,52%), 4 siswi dengan kebugaran jasmani sedang (19,05%), dan 15 siswi dengan kebugaran jasmani kurang (71,43%).

Dari hasil tersebut diketahui bahwa masih banyak asupan energi sarapan pagi siswi SMP yang belum mencukupi 20-30% kebutuhan energisehari dan memiliki kebugaran jasmani kurang. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk

meneliti “Hubungan antara Asupan Energi Sarapan Pagi dengan Kebugaran

Jasmani pada Siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang diteliti adalah apakah ada hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani pada siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012?


(18)

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani pada siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Bagi SMP Negeri 26 Semarang

Memberikan informasi tentang hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani.

1.4.2. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi akademik serta sebagai sumber informasi dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama di bidang gizi, sebagai bahan pembanding, sebagai bahan pustaka dan sebagai bahan masukan bagi penulis selanjutnya.

1.4.3. Bagi Peneliti

Mampu menerapkan teori di perkuliahan di antaranya metode penelitian, gizi daur hidup, gizi kesehatan masyarakat, ilmu gizi dasar, dan penentuan status gizi serta mengetahui hubungan antara asupan kalori sarapan pagi dengan kebugaran jasmani pada siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang.


(19)

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian yang Relevan dengan Penelitian Ini

No. Judul

Penelitian Nama Peneliti Tahun dan Tempat Penelitian Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hubungan antara status gizi, tingkat kesegaran jasmani, dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswi kelas 3 SMK Yapenda 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan

Dina Aulia 2008 SMK Yapenda 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Cross sectional Variabel bebas : status gizi, tingkat kesegaran jasmani, dan motivasi belajar Variabel terikat : Prestasi belajar Tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar. Ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. 2. Hubungan

antara indek massa tubuh dengan kesegaran jasmani pada siswi kelas III SMK Negeri 1 Pemalang Tahun Ajaran 2005/2006 Pemalang Nur Fadhilah 2006 SMK Negeri 1 Pemalang Tahun Ajaran 2005/2006 Pemalang Cross sectional Variabel bebas : Indek Massa Tubuh Variabel terikat : Kesegaran Jasmani Ada hubungan antara indek massa tubuh dengan kesegaran jasmani pada siswi kelas III SMK Negeri 1 Pemalang Tahun Ajaran 2005/2006


(20)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3. Hubungan

antara kebiasaan sarapan pagi, tingkat kesegaran jasmani, inteligensi (IQ) dan status gizi dengan prestasi belajar siswa kelas 4 dan 5 SDN 2 Trayu Kec. Singorejo Kab. Kendal Tahun Ajaran 2008/2009 Ai Fitri Niasari 2009

SDN 2 Trayu Kec. Singorejo Kab. Kendal Tahun Ajaran 2008/2009 Cross sectional Variabel bebas : kebiasaan sarapan pagi, tingkat kesegaran jasmani, inteligensi (IQ) dan status gizi Variabel terikat : prestasi belajar Tidak ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar Ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar Ada hubungan antara inteligensi (IQ) dengan prestasi belajar Ada hubungan antara status gizi BB/TB dengan prestasi belajar Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu asupan energi sarapan pagi. 2. Objek pada penelitian ini yaitu siswi kelas VII SMP Negeri 26 Semarang

Tahun Ajaran 2011/2012.


(21)

1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat untuk penelitian ini yaitu SMP Negeri 26 Semarang. 1.6.2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8-20 Oktober 2012. 1.6.3. Ruang Lingkup Keilmuan

Lingkup materi dalam penelitian ini termasuk dalam bagian ilmu metode penelitian, gizi daur hidup, gizi kesehatan masyarakat, ilmu gizi dasar, dan penentuan status gizi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASUPAN ENERGI

Asupan energi berasal dari zat gizi makro yang terdapat dalam makanan berupa karbohidrat, lemak, dan protein (Sediaoetama AD, 2002:209). Zat gizi ini diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier S, 2009:4). Komposisi zat gizi yang dianjurkan adalah 60% karbohidrat, 25% lemak, 15% protein (Irianto DP, 2004:8). Kekurangan gizi secara umum menyebabkan gangguan pada pertumbuhan anak dan produksi tenaga untuk bergerak, bekerja serta melakukan aktivitas berkurang. Menurut Almatsier S (2009:306), angka kecukupan gizi untuk wanita usia 13-15 tahun tertera pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)

Angka Kecukupan Gizi

Usia 13-15 th (49kg/152cm)

Energi (kkal) 2350

Protein (g) 57

Sumber : Almatsier S, 2009:306 2.1.1 Klasifikasi Asupan Energi 2.1.1.1 Berdasarkan Fungsi

Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta memperoleh energi agar dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari harus dipenuhi kebutuhan zat-zat gizinya (Kartasapoetra, 2003:4). Setiap zat gizi memiliki fungsi yang


(23)

spesifik dan masing-masing zat gizi tidak dapat berdiri sendiri dalam membangun tubuh dan menjalankan proses metabolisme.

1. Zat gizi sebagai sumber energi

Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan proses metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang berfungsi memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Ketiga zat gizi ini memberikan sumbangan energi bagi tubuh. Zat-zat gizi tersebut merupakan penghasil energi yang dapat dimanfaatkan untuk gerak dan aktifitas fisik serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh.

2. Zat gizi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh

Zat gizi ini memiliki fungsi sebagai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh manusia. Jika kekurangan mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu, zat gizi ini juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh. Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral, dan vitamin. Namun zat gizi yang memiliki sumber dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein.

3. Zat gizi sebagai pengatur proses di dalam tubuh

Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan sehingga diperlukan sejumlah zat gizi untuk mengatur berlangsungnya metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin, air dan


(24)

protein tetapi yang memiliki fungsi utama sebagai zat pengatur adalah mineral dan vitamin.

2.1.1.2. Berdasarkan Jumlah 1. Zat gizi makro

Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein.

2. Zat gizi mikro

Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin.

2.1.1.3. Berdasarkan Sumber

Zat gizi dapat dikelompokkan berdasarkan sumbernya. Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati dan hewani (Yusuf L, 2008:22).


(25)

Gambar 2.1 Klasifikasi Zat Gizi Berdasar Fungsinya (Sumber: Yusuf L, 2008:23)

2.1.2. Manfaat Asupan Energi

Makanan dapat memberikan zat-zat gizi yang diperlukan untuk fungsi normal tubuh. Menurut Almatsier S (2007&2009:12&8), manfaat yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

2.1.2.1. Memberi Energi

Zat gizi dapat memberi energi (zat pembakar) untuk melakukan aktivitas yang terdapat pada karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.

2.1.2.2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Tubuh

Protein, mineral, dan air berguna untuk pembentukan sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak.


(26)

2.1.2.3. Mengatur Proses Tubuh

Protein, mineral, air, dan vitamin untuk mengatur proses tubuh. Protein berfungsi menjaga keseimbangan air dalam sel, vitamin dan mineral sebagai pengatur proses oksidasi, dan air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh.

Adapun Bahan makanan yang mencakup 3 fungsi utama zat gizi, yaitu:

1) Sumber energi atau tenaga yaitu padi-padian atau serealia seperti beras, jagung, dan gandum; sagu; umbi-umbian seperti singkong, ubi, dan talas; serta hasil olahannya berupa mi, tepung-tepungan, roti, makaroni, havermout, dan bihun.

2) Sumber zat pembangun yaitu sumber protein hewani seperti daging, ayam, telur, susu, dan keju; serta sumber potein nabati seperti kacang-kacangan; serta hasil olahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom.

3) Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran yang diutamakan yang berwarna hijau dan kuning jingga seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel, dan tomat; kacang-kacangan seperti buncis, kacang panjang, dan kecipir; serta buah yang utama berwarna kuning jingga kaya serat dan asam seperti pepaya, mangga, nanas, nangka masak, apel, jambu biji, sirsak, dan jeruk.


(27)

Gambar 2.2 Manfaat Zat Makanan bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik (Sumber : Kartasapoetra, 2003:3)

2.2. SARAPAN PAGI

Sarapan pagi termasuk dalam 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan (Gizinet, 2009:5). Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari. Hal ini berarti sarapan pagi hendaknya jangan ditinggalkan. Sarapan pagi berupa makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari dan bisa dilakukan antara pukul 06.00-08.00 (Khomsan A, 2004:103). Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas di pagi hari dan menyumbangkan gizi sekitar 20-30% dari kebutuhan kalori sehari (Soekirman, 2000:58). Menurut Almatsier S (2009:295), sarapan pagi yang mengacu pada gizi seimbang dengan pemberian makanan memenuhi zat-zat sebagai berikut:

1) Sumber zat energi/tenaga seperti padi-padian, tepung-tepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang.

2) Sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah-buahan. Bahan

Makanan

Pangan Hewani

Zat Gizi Nabati/Hewani Pangan

Nabati

Pertumbuhan dan perkembangan baik serta bergairah melakukan aktivitas sehari-hari


(28)

3) Sumber zat pembangun seperti ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya (tempe, tahu, oncom).

2.2.1. Manfaat Sarapan Pagi

Sarapan pagi hendaknya dilakukan supaya dapat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh dalam proses fisiologis (Khomsan A, 2004:103). Sarapan pagi dapat mempertahankan daya tahan saat bekerja, meningkatkan produktivitas kerja, untuk memelihara kebugaran jasmani atau ketahanan fisik, membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Kadarzi, 2009:6). Sarapan pagi diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk dipergunakan 2 jam pertama pagi hari sebelum waktunya makanan kecil kira-kira pukul 10.00 akan meningkatkan lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah digunakan (Moehji S, 2003:76).

2.2.2 Akibat Tidak Sarapan Pagi

Ada beberapa akibat yang dapat terjadi jika seseorang tidak sarapan pagi yaitu badan terasa lemah karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga, tidak dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan pagi hari dengan baik, kebugaran jasmani atau ketahan fisik yang rendah, anak sekolah tidak dapat berpikir dengan baik dan malas, orang dewasa hasil kerjanya menurun (Kadarzi, 2009:6).

2.3. STATUS GIZI

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan dalam status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Penilaian status gizi dapat diukur secara langsung (antropometri, biokimia,


(29)

klinis, dan biofisik) dan tidak langsung (survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi). Pengukuran yang dilakukan pada siswi kelas VII dengan antropometri yang mengukur dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Adapun standar baku dalam antropometri yang tertera dalam tabel 2.2. Tabel 2.2 Indeks Antropometri

Status Gizi Ambang Batas Baku untuk Keadaan Gizi berdasarkan Indeks BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik ≤ 60% 61%-80% > 80% ≤ 70% 71-85% > 85% ≤ 80% 81-90% > 90% ≤ 70% 71-85% > 85% ≤ 75% 76-85% > 85%

Sumber : Supariasa, IDN, 2001:56

Selain dari indeks antropometri dapat diukur pula dengan Zskor yang dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Zskor) dari median dengan indeks berat badan menurut umur.

2.4 KEBUGARAN JASMANI

Secara umum kebugaran jasmani adalah bagian yang penting dari pertumbuhan dan perkembangan termasuk pada remaja (Atmojo MB, 2008:53). Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2002:5). Selain itu, menurut Mukholid A (2004:2) kebugaran jasmani yaitu kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan kerja dan mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.

Zskor = Nilai individu subyek – Nilai median baku rujukan Nilai simpang baku rujukan


(30)

Kebugaran jasmani dapat bermanfaat membangun kekuatan dan daya tahan otot, meningkatkan daya tahan aerobik, meningkatkan fleksibilitas, dan membakar kalori yang memungkinkan tubuh terhindar dari kegemukan (Gilang M, 2007:80). 2.4.1. Komponen Kebugaran Jasmani

Ada 5 komponen kebugaranjasmani yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu: 2.4.1.1. Komposisi tubuh

1) Komposisi tubuh adalah persentase (%) lemak dari berat badan total dan Indeks Massa Tubuh (IMT).

2) Lemak cepat meningkat setelah berumur 30 tahun dan cenderung menurun setelah berumur 60 tahun.

3) Memberi bentuk tubuh. 4) Pengukuran : Skinfold calipers 2.4.1.2. Kelenturan

1) Kelenturan adalah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan.

2) Kelenturan dipengaruhi oleh jenis sendi, struktur tulang, dan jaringan sekitar sendi, otot, tendon dan ligamen.

3) Puncak kelenturan terjadi pada akhir masa pubertas.

4) Kelenturan penting pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot dan mengurangi cedera.


(31)

2.4.1.3. Kekuatan Otot

1) Kekuatan otot adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan otot (kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan). 2) Kekuatan otot laki-laki kira-kira 25% lebih besar dari wanita.

2.4.1.4. Daya tahan jantung dan paru

1) Kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara maksimal (VO2 max) dan menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh.

2) Pengukuran : tes lari 2,4 km, tes lari 12 menit, tes lari 15 menit, bangku harvardtest.

2.4.1.5. Daya tahan otot

1) Daya tahan otot merupakan kemampuan untuk kontraksi submaksimal secara berulang-ulang atau untuk berkontraksi terus menerus dalam suatu waktu tertentu.

2) Pengukuran : Push up test, Sit up test (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2002:12)

2.4.2. Fungsi Kebugaran Jasmani

Kesegaran Jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang


(32)

lebih baik. Fungsi khusus dari kesegaran jasmani terbagi menjadi tiga golongan sebagai berikut:

1) Golongan pertama yang berdasarkan pekerjaan. Misalnya kebugaran jasmani bagi olahragawan untuk meningkatkan prestasi, kebugaran jasmani bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, dan kebugaran jasmani bagi pelajar untuk mempertinggi kemampuan belajar.

2) Golongan kedua berdasarkan keadaan. Misalnya kebugaran jasmani bagi orang-orang cacat untuk rehabilitasi, dan kebugaran jasmani bagi ibu hamil untuk mempersiapkan diri menghadapi kelahiran.

3) Golongan ketiga berdasarkan umur. Bagi anak-anak untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan dan kebugaran jasmani bagi orang tua untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Mukholid A, 2004:3).

2.4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani 2.4.3.1. Umur

Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2002:13).

2.4.3.2. Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tetapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2002:14).


(33)

2.4.3.3. Makanan

Makanan dapat memberikan energi untuk melakukan aktivitas. Pada masa remaja putri usia 13-15 tahun dibutuhkan asupan energi sebesar 2350 kkal per hari. Kebiasaan makan secara teratur mulai sarapan pagi, makan siang, dan makan malam dapat memelihara kesehatan. Apabila meninggalkan salah satunya, maka tubuh akan mengalami kekosongan zat gizi dalam waktu lama dan bukan tidak mungkin dapat membawa dampak buruk misalnya jika tidak sarapan pagi akan mengakibatkan ketahanan fisik/kebugaran jasmaninya rendah karena makanan yang dibutuhkan saat pagi hari tidak tercukupi.

Daya tahan tinggi apabila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2002:13 dan Moehji S, 2003:67).

2.4.3.4. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru, dan otot serta dapat memperlambat penuaan. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme yaitu untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Seseorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seseorang yang kurus karena orang gemuk


(34)

membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan. Ada pun pengelompokkan aktivitas fisik adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3. Faktor Aktivitas Fisik

Ringan Sedang Berat

1. Pegawai kantor 2. Tenaga profesional - Dokter

- Akuntan - Pengacara - Guru - Perawat

1. Pekerja industri ringan 2. Mahasiswa/pelajar 3. Petani

4. Nelayan 5. Tentara 6. Penjaga toko

Pekerja kasar

- Buruh industri berat - Buruh tambang - Penarik becak

- Pengemudi bis dan truk

Sumber: Moehji S, 2003:76

2.4.3.5. Status Gizi

Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dibedakan atas status gizi kurang, baik, atau lebih (Almatsier S, 2009:3). Seseorang yang sehat dan mempunyai status gizi yang baik akan memiliki daya fikir dan aktivitas fisik yang baik. Apabila memiliki berat badan ideal akan dapat melakukan pekerjaan dengan mudah dan efisien atau tanpa mengalami rasa lelah yang berlebihan, tetapi jika lemak dalam tubuh meningkat maka kebugaran akan menurun (Primahuda, 2011:1).

2.4.3.6. Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dari pengertian ini, maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial. Pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis di mana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual,


(35)

spiritual, dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya (Depkes RI, 2009:1). Keadaan sakit akan menurunkan kondisi tubuh seseorang sehingga kebugaran jasmani orang yang sakit akan lebih rendah daripada orang yang sehat.

2.4.3.7. Kebiasaan Merokok

Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks yang berpengaruh terhadap daya tahan. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali seperti keadaan sebelum melakukan latihan sehingga kebugaran jasmaninya pun baik (Depkes RI, 1996:2).

2.4.4. Pengukuran Kebugaran Jasmani

Ada beberapa tes pengukuran kebugaran jasmani yang dapat dilakukan, yaitu:

2.4.4.1. Tes Lari 2,4 km

Tes lari 2,4 km adalah untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani khususnya kemampuan kardiovaskuler-respirasi. Tes ini diperuntukkan bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Perguruan Tinggi, atlet, dan masyarakat umum.

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Peserta tes lari secepat mungkin sepanjang lintasan 2,4 km (apabila tidak kuat boleh berjalan, tetapi tidak berhenti).


(36)

Tabel 2.4. Norma Tes Lari 2,4 km

Status Wanita (usia dalam tahun) dan Waktu (menit, detik)

13-19 20-29 30-39 40-49 50-59 >59

Sangat

Kurang >18,31 >19,01 >19,31 >20,01 >20,31 >21,01

Kurang

16,55-18,30 18,31-19,00 19,01-19,30 19,31-20,00 20,01-20,30 20,31-21,00

Sedang

14,31-16,54 15,55-18,00 16,31-19,00 19,99-17,29 19,01-20,00 19,31-20,30

Baik

12,30-14,30 13,31-15,54 14,31-16,30 15,56-17,30 16,31-19,00 17,31-19,30 Sangat Baik

11,50-12,29 12,30-13,30 13,00-14,30 13,45-15,55 14,30-16,30 16,30-17,30 Sangat Baik

dan Terlatih <11,50 <12,30 <13,00 <13,45 <14,30 <16,30 Sumber: Wahjoedi, 2001:72

2.4.4.2. Tes Lari 12 Menit

Tes lari 12 menit yang dirancang oleh Cooper merupakan tes laporan yang relatif mudah dan murah karena cukup memerlukan lintasan lari baik berupa lapangan, lintasan lari, atau dapat menggunakan jalur umum dan alat ukur waktu (jam tangan atau stopwatch).

Petunjuk pelaksanaan:

1) Persiapkan lintasan lari dan peserta menggunakan nomor dada secara urut. 2) Sebelum tes dilakukan hendaknya melakukan pemanasan.

3) Peserta lari sesuai kemampuan masing-masing (apabila tidak kuat boleh berjalan) selama 12 menit.

4) Peluit 1 dibunyikan pertanda peserta mulai lari dan peluit kedua sebagai tanda berakhirnya waktu 12 menit.

5) Setelah 12 menit, pengawas menghitung jarak yang ditempuh. 6) Konversikan jarak tempuh ke dalam tabel 2.5.


(37)

Tabel 2.5. Tingkat Kebugaran Paru-Jantung Berdasarkan Tes Lari 12 Menit

Status Wanita (usia dalam tahun)

20-29 30-39 40-49 50+

Kurang Sekali <1,54 km <1,51 km <1,41 km <1,35 km Kurang 1,54-1,77 km 1,51-1,68 km 1,41-1,57 km 1,35-1,49 km Sedang 1,78-1,96 km 1,69-1,89 km 1,58-1,78 km 1,50-1,68 km Baik 1,97-2,15 km 1,90-2,07 km 1,79-1,99 km 1,69-1,89 km Sangat Baik 2,16-2,33 km 2,08-2,23 km 2,00-2,15 km 1,90-2,09 km Sempurna >2,34 km >2,24 km >2,16 km >2,10 km Sumber: Irianto DP, 2004:104

2.4.4.3. Tes Lari 15 Menit / Lari Balke

Tujuan tes lari 15 menit yaitu untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani khususnya kemampuan kardiovaskuler serta dapat mengetahui VO2 max perorangan. Alat yang dipergunakan adalah stopwatch, peluit, dan lintasan lari. Petunjuk pelaksanaan:

1) Lintasan lari diberi tanda setiap meter.

2) Peserta menggunakan nomor dada secara urut.

3) Sebelum tes dilakukan hendaknya melakukan pemanasan.

4) Peserta berdiri di belakang garis start dan satu peserta diawasi oleh satu orang pengawas.

5) Peluit pertama dibunyikan pertanda peserta mulai lari dan peluit kedua sebagai tanda berakhirnya waktu 15 menit.

6) Setelah 15 menit, pengawas menghitung jarak yang ditempuh.

7) Selanjutnya menghitung VO2 max = 33,3 + ( - 133) x 0,172 dan dikonversikan pada tabel 2.6.

Tabel 2.6. Penilaian dan Klasifikasi VO2 max (ml kg bb/menit)

Klasifikasi Wanita

Kurang Sekali <32,27

Kurang 32,28-42,97


(38)

Baik 59,03-69,72

Sangat Baik >69,73

(Pratiknyo E, 2009:33)

2.4.4.4. Harvard Step Test

Harvard Step Test diperuntukkan bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Perguruan Tinggi, dan atlet. Alat dan perlengkapan terdiri dari bangku 40 cm (putra) , 33 cm (wanita), 27 cm (pria tua), 22 cm (wanita tua); metronom; dan stopwatch.

Petunjuk pelaksanaan:

1) Ukur denyut nadi istirahat.

2) Naik turun bangku dengan frekuensi 30 kali naik dan 30 kali turun (metronom 120/4) selama 5 menit.

3) Posisi badan tegak waktu melaksanakan tes, tetapi apabila tidak mampu melaksanakan sampai 5 menit boleh berhenti.

4) Hitung denyut nadi selama 30 detik pada menit ke-1,ke-2, dan ke-3. 5) Penilaian untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani ada 2 cara, yaitu:

a) Cara Lambat

Jumlah denyut nadi menit pertama, kedua, dan ketika setelah beristirahat dicatat.

Rumus = Waktu (detik) x 100

2 x (nadi menit pertama + nadi menit kedua + nadi menit ketiga) Tabel 2.7. Norma Harvard Step Test

Kategori Hasil

Sangat Kurang <50


(39)

Sedang 65-79

Baik 80-89

Sangat Baik >90

Sumber: Wahjoedi, 2001:74

b) Cara Cepat

Hitung denyut nadi hanya pada menit pertama setelah tes selama 30 detik, kemudian dimasukkan dalam rumus.

Rumus: Waktu (detik) x 100

5,5 x (denyut nadi pada menit pertama) Tabel 2.8. Norma Harvard Step Test

Kategori Hasil

Kurang <50

Sedang 50-89

Sangat Baik >80

Sumber: Wahjoedi, 2001:74

Tes kebugaran jasmani dalam penelitian ini adalah untuk meneliti daya tahan jantung dan paru karena untuk menunjang kerja otot dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh jaringan otot yang aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Pilihan tes kebugaran jasmani dalam penelitian ini yaitu dengan tes lari 15 menit (tes Balke) karena sampel penelitian adalah siswi SMP, relatif mudah, murah, dapat digunakan untuk semua kalangan, dibatasi oleh waktu, dan dapat mengukur VO2 max perorangan.

2.5. PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS)

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di


(40)

masyarakat secara baik dan benar yang mulai berlaku tahun 1994 dan dilambangkan dalam logo berbentuk kerucut. Pedoman ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari 4 sehat 5 sempurna dan untuk menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Ada tiga fungsi utama zat gizi dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang, yaitu: 2.5.1. Sumber Energi atau Tenaga

Sumber energi diperoleh dari padi-padian atau serealia seperti beras, jagung, dan gandum; umbi-umbian seperti ubi, singkong, dan talas; serta hasil olahannya seperti tepung-tepungan, roti, mi, makaroni, dan bihun.

2.5.2. Sumber Zat Pengatur

Sumber zat pengatur dapat diperoleh dari sayuran terutama yang berwarna hijau dan kuning jingga seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel, dan tomat; serta kacang-kacangan seperti kacang panjang, buncis, dan kecipir. Sedangkan buah yang dianjurkan yaitu yang berwarna kuning jingga, kaya serat, dan berasa asam seperti pepaya, mangga, nanas, nangka masak, apel, jambu biji, sirsak, dan jeruk.

2.5.3. Sumber Zat Pembangun

Sumber zat pembangun diperoleh dari sumber protein hewani seperti daging, ayam, telur, susu, dan keju; sumber protein nabati seperti kacang-kacangan berupa kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, dan kacang tolo; dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom (Almatsier S, 2007:12&13).


(41)

Gambar 2.3. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam Bentuk Kerucut (Sumber: Almatsier S, 2007)

Ada pun 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang menurut Rumdasih Y (2004:110), antara lain:

2.5.1. Makanlah Aneka Ragam Makanan Setiap Hari

Tidak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi. Keanekaragaman makanan dapat mencukupi asupan akan karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh karena zat-zat gizi dalam berbagai makanan dapat saling melengkapi. Berbagai jenis bahan makanan mempunyai masing-masing kandungan gizinya dengan kata lain mempunyai kelebihan dan kekurangan atas zat gizi tertentu. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengonsumsi aneka ragam makanan.

2.5.2. Makanlah Makanan untuk Mencukupi Kebutuhan Energi

Seseorang dapat menjalankan aktivitasnya seperti bekerja, belajar, berpikir atau pun berolahraga karena mempunyai energi. Energi ini didapatkan dari makanan khususnya dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah makanan yang dimakan haruslah cukup. Apabila berlebihan akan menambah berat badan tetapi


(42)

apabila kekurangan energi, seseorang akan kekurangan energi sehingga menjadi lemas atau kurang bersemangat.

2.5.3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah dari Kebutuhan Energi

Sumber karbohidrat yang dianjurkan sekitar 50% dari total kecukupan energi. Ada 2 jenis karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Karbohidrat kompleks adalah golongan padi-padian, umbi-umbian, dan tepun-tepungan sedangkan karbohidrat sederhana adalah gula.

2.5.4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak sampai 25% dari Kecukupan Energi

Lemak dan minyak yang terdapat pada makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin (A,D,E,K) serta menambah lezatnya hidangan. Mengonsumsi lemak dan minyak secara berlebih akan mengurangi konsumsi makanan lain sehingga zat gizi lain tidak tercukupi.

2.5.5. Gunakan Garam Beryodium

Sesuai Keppres No.69 tahun 1994 semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung yodium. Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia. Garam beryodium adalah garam natrium yang telah diperkaya dengan KIO 3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm.

2.5.6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

Zat besi merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan sel darah merah yang secara alamiah diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi


(43)

menimbulkan masalah anemia gizi besi atau di masyarakat dikenal dengan penyakit kurang darah. Sumber utama Fe adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2% sedangkan tingkat penyerapan Fe makanan asal hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa Fe pangan asal hewani lebih mudah diserap daripada Fe pangan asal nabati. 2.5.7. Berikan ASI Saja pada Bayi sampai Umur 6 Bulan dan Berikan MP-ASI Sesudahnya

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena memiliki 3 kelebihan yaitu gizi, kekebalan, kejiwaan. Tidak ada seseorang pun yang dapat membuat makanan atau minuman sebaik ASI untuk bayi. Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi energinya sehingga diperlukan makanan pendamping ASI selama 2 tahun. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0-4 bulan sangat tidak dianjurkan karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima makanan bukan ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi, dan bahaya lain yang fatal. Perlu diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari, ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai, dan bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting


(44)

susu ibu harus baik, yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk ke mulut bayi. Semua ini agar pemberian ASI lebih efektif.

2.5.8. Biasakan Makan Pagi

Sarapan atau makan pagi sangat penting untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Bagi remaja dan dewasa makan pagi bermanfaat untuk memelihara ketahanan fisik atau kebugaran, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan konsentrasi belajar dan meningkatkan produktivitas kerja.

2.5.9. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya

Air minum harus bersih dan aman yaitu bebas kuman, bahan berbahaya, dan bahan pencemar lainnya. Air yang bersih dan aman harus direbus sampai mendidih terlebih dahulu supaya kuman mati.

2.5.10. Lakukan Aktivitas Fisik secara Teratur

Kebugaran fisik akan mudah dicapai jika seseorang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik secara teratur. Seseorang dapat melakukan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berarti. Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru, dan otot serta dapat memperlambat penuaan.

2.5.11. Hindari Minuman Beralkohol

Seseorang yang minum alkohol biasanya sering buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebiasaan minum minuman berakohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi


(45)

yang penting meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup sehingga menimbulkan kurang gizi, penyakit gangguan hati dan saluran pencernaan serta kerusakan saraf otak dan jaringan tubuh. Di samping itu, minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri.

2.5.12. Makanlah Makanan yang Aman Bagi Kesehatan

Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak konsumsi sehingga aman bagi kesehatan. Makanan atau masakan yang dapat memenuhi syarat-syarat halal dan aman untuk dikonsumsi, maka sejak bahan makanan tersebut ditanam atau diternakkan sampai siap disantap, makanan harus diperlakukan secara baik dan benar. Mulai dari proses panen, produksi, pengiriman, pengolahan di pabrik, pengolahan di rumah sampai akan dihidangkan harus melalui proses yang baik dan aman. Hal ini berarti makanan yang aman yaitu makanan yang bebas dari kuman, bahan berbahaya, bahan cemaran, dan bahan tambahan yang tidak diperbolehkan.Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain berlendir, berjamur, aroma, dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik apabila melewati tanggal kadaluwarsa atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi meskipun harganya sangat murah. 2.5.13. Bacalah Label pada Makanan yang Dikemas

Label makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluarsa, dan


(46)

keterangan penting lainnya. Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen.

2.6. HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI SARAPAN PAGI DENGAN KEBUGARAN JASMANI

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sarapan pagi secara rutin adalah sebuah aktivitas yang penting artinya bagi anak-anak, remaja, ibu hamil maupun dewasa. Khusus untuk anak usia sekolah, sarapan pagi secara rutin merupakan hal yang istimewa karena mereka yang melakukannya mendapat manfaat kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Pada tahun 2005, para peneliti dari Universitas Florida AS menemukan, anak-anak dan remaja yang secara teratur sarapan cenderung memiliki profil yang unggul dalam nutrisi dibandingkan dengan mereka yang tidak sarapan. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Dietetic Association itu juga menunjukkan keistimewaan lain dari sarapan, yaitu dapat meningkatkan kemampuan memori, hasil tes, serta tingkat kehadiran sekolah.

Menurut American Dietetic Association dan Mayo Clinic, meski penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menetapkan rekomendasi spesifik mengenai sarapan pagi sudah terdapat cukup bukti untuk mendukung pentingnya sarapan pagi. Melakukan sarapan pagi memberi kesempatan pada anak-anak untuk mendapatkan nutrisi penting yang dapat digunakan sebagai bahan bakar mereka melakukan aktivitas fisik dan kinerja mental sepanjang pagi (Candra Asep, 2011:1)


(47)

2.7. KERANGKA TEORI

Gambar 2.4. Diagram alir keterkaitan antar faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani

(Sumber: Supariasa IDN (2001), Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (2002), Kartasapoetra (2002), Moehji S (2003), Rumdasih (2004), Almatsier S (2009), Suyatno (2009))

Kebugaran Jasmani 1. Komposisi tubuh 2. Kelenturan 3. Kekuatan Otot

4. Daya tahan jantung dan paru 5. Daya tahan otot

Asupan Energi Sarapan Pagi

Umur Aktivitas Fisik

Status Kesehatan Jenis Kelamin

Kebiasaan Merokok Status Gizi


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu asupan kalori sarapan pagi dapat mempengaruhi variabel terikat yaitu kebugaran jasmani.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep 3.2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi variabel bebas dan variabel terikat.

3.2.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu asupan energi sarapan pagi. 3.2.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kebugaran jasmani. Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel Perancu

Asupan Energi Sarapan Pagi Kebugaran Jasmani

1. Status Gizi 2. Aktivitas Fisik 3. Status Kesehatan 4. Kebiasaan merokok


(49)

3.2.3. Variabel Perancu

Variabel perancu dalam penelitian ini dikendalikan dengan cara restriksi: 1. Status Gizi

Status gizi dikendalikan dengan memilih sampel yang memiliki status gizi baik.

2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dikendalikan dengan memilih sampel yang tingkat aktivitas fisiknya sedang (pelajar).

3. Status Kesehatan

Status kesehatan dikendalikan dengan memilih sampel yang tidak sakit ketika penelitian.

4. Kebiasaan Merokok

Sampel yang dipilih yaitu yang tidak merokok.

3.3. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada Hubungan antara Asupan Energi Sarapan Pagi dengan Kebugaran Jasmani pada Siswi kelas VII SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.


(50)

3.4. DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Operasional

Cara

Pengukuran Hasil Ukur Skala 1. Asupan

Energi Sarapan Pagi

Jumlah energi pada makanan yang

dikonsumsi pada pagi hari sebelum

berangkat sekolah.

Wawancara (Recall 24 jam)

0. Tidak baik (asupan energi

sarapan pagi <20%

kebutuhan energi sehari) 1. Baik (asupan

energi

sarapan pagi 20-30% kebutuhan energi sehari) (Soekirman, 2000:58) Ordinal

2. Kebugaran Jasmani

Kondisi tubuh seseorang yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang

berlebihan dengan fokus penilaian pada daya tahan jantung dan paru

Tes Lari 15 menit

(Stopwatch)

0. Kurang

sekali (<32,27)

1. Kurang

(32,28-42,97)

2. Sedang

(42,98-59,02) 3. Baik

(59,03-69,72) 4. Baik sekali

(>69,73) (Pratiknyo E, 2009:33)


(51)

3.5. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research yaitu penelitian yang membahas hubungan antara variabel dan menganalisis dengan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dan metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional.

3.6. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.6.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 115 orang. Alasan dipilihnya populasi ini karena siswi kelas VII adalah usia awal peralihan remaja dari masa anak-anak.

3.6.2. Sampel

Menurut Lemeshow S (1997:54) untuk menentukan sampel minimal digunakan rumus :

n = Z2 1- /2 . p (1-p) . N d2 (N-1) + Z2 1- /2 . p (1-p) n = (1,96)2 . 0,4 (1 - 0,4) . 115

0,01 (115-1) + (1,96)2 . 0,4 (1 – 0,4) n = 106,03

2,07


(52)

Keterangan :

n : sampel

Z1- /2 : derajat kepercayaan 95% (1,96) N : populasi

p : proporsi 40%

d : presisi 10%

Berdasarkan perhitungan sampel minimal, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 52 anak. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling dengan menetapkan kriteria-kriteria sebagai berikut : 3.6.2.1.Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi terjangkau. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1) Siswi kelas VII SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. 2) Siswi yang memiliki status gizi baik.

3) Siswi yang memiliki aktivitas fisik sedang (seperti pelajar). 4) Siswi yang tidak sakit ketika penelitian.

5) Siswi yang tidak merokok. 3.6.2.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi tetapi dikeluarkan karena suatu hal. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1) Siswi kelas VII SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012, tetapi tidak mau menjadi responden.

2) Siswi kelas VII SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012, tetapi sudah pindah sekolah.


(53)

3) Siswi kelas VII SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012, tetapi sakit ketika penelitian.

3.7. SUMBER DATA 3.7.1. Data Primer

Data primer didapat dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 21 siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang tentang asupan energi sehari dan aktivitas fisik.

3.7.2. Data Sekunder

Data sekunder yang ada berupa data siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang.

3.8. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA 3.8.1. Instrumen Penelitian

3.8.1.1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui identitas responden yang terdiri dari nama, tempat dan tanggal lahir, berat badan, serta kebiasaan sarapan pagi.

3.8.1.2. Metode Food Recall 24 jam

Metode Food Recall 24 jam digunakan selama 2 hari untuk mengetahui asupan energi sarapan pagi siswi dalam 1 hari.

3.8.1.3. Recall Aktivitas Fisik

Lembar aktivitas fisik digunakan selama 2 hari untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik siswi dalam 1 hari.


(54)

3.8.1.4. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan selama 2 hari untuk mencatat hasil kebugaran jasmani siswi.

3.8.1.5. Stopwatch

Stopwatch digunakan selama 2 hari untuk tes kebugaran jasmani siswi. 3.8.2. Teknik Pengambilan Data

3.8.2.1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui asupan energi sehari dan aktivitas fisik serta memperoleh data awal yang diperlukan dalam penelitian pada siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.

3.8.2.2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data awal dan memperkuat data dari hasil wawancara.

3.9. PROSEDUR PENELITIAN 3.9.1. Pra Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan penjaringan kepada sampel penelitian dengan melakukan studi pendahuluan pada 21 siswi kelas VII. 3.9.2. Penelitian

1) Penelitian untuk mencari asupan energi sarapan pagi dengan menggunakan formulir recall 24 jam selama 2 hari.

2) Penelitian untuk mengetahui aktivitas fisik siswi kelas VII dengan menggunakan formulir recall aktivitas fisik.


(55)

4) Wawancara yang berpedoman pada kuesioner penjaring, kegiatan ini dilaksanakan oleh pewawancara yang dibantu oleh asisten pewawancara. 5) Melakukan tes kebugaran jasmani pada siswi kelas VII dengan tes lari 15

menit.

3.9.3. Pasca Penelitian

Setelah penelitian selesai, peneliti segera melengkapi data-data pendukung yang masih dibutuhkan.

1) Peneliti mengkonversikan data recall makanan dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam gram dan kalori.

2) Peneliti menghitung energi sarapan pagi sudah mencukupi 20-30% kebutuhan energi sehari atau tidak.

3) Menghitung VO2 max kemudian dikonversikan dalam tabel. 3.10. TEKNIK ANALISIS DATA

3.10.1. Pengolahan Data

3.10.1.1. Editing adalah cara untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban, konsistensi atas jawaban, dan keseragaman prosedur.

3.10.1.2. Koding adalah kegiatan pemberian kode data untuk mempermudah dalam proses pengelompokan.

3.10.1.3. Pencatatan hasil penelitian adalah kegiatan mencatat hasil yang didapat dari penelitian.

3.10.1.4. Entri data adalah memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam komputer.


(56)

3.10.1.5. Tabulasi adalah mentabulasikan data ke bentuk tabel dan dilakukan penghitungan.

3.10.2. Analisis Data 3.10.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dari hasil tersebut dideskripsikan dalam persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

3.10.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis 2 variabel. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani pada siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 yaitu uji chi-square dengan bantuan SPSS For Windows.

Uji chi-square digunakan karena skala pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah skala pengukuran kategorik dan termasuk uji nonparametrik. Adapun syarat uji chi-square adalah ada tidaknya sel yang nilai observednya bernilai nol, sel mempunyai nilai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel. Jika uji chi-square tidak terpenuhi maka dipakai uji alternatif untuk tabel 2xK adalah uji Kolmogorov-smirnov (Dahlan S, 2008:19). Kriteria hubungan berdasarkan p value (probabilitas) dengan taraf signifikasi yang digunakan adalah 95% dan nilai kemungkinan 5% menghasilkan kemaknaan yang dipilih dengan kriteria jika p value > 0,05 maka Ho diterima (tidak ada hubungan) dan jika p value < 0,05 maka Ho ditolak (ada hubungan).


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden

SMP Negeri 26 Semarang terletak di Jalan Mpu Sendok II Semarang dengan jumlah siswi kelas VII tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 115 anak yang terbagi dalam 8 kelas (VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, VII G, dan VII H). Penelitian ini melibatkan variabel asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani yang dilakukan pada tanggal 8-20 Oktober 2012 oleh peneliti dibantu oleh 1 orang guru olahraga dan 2 orang asisten peneliti. Pengambilan sampel sebanyak 56 siswi terbagi dalam 7 anak tiap kelas secara random sampling dan sudah memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi.

Siswi melakukan sarapan pagi antara pukul 06.00-06.30 WIB sebelum berangkat sekolah. Mereka selalu menyempatkan sarapan pagi, hanya saja porsi makanan yang dimakan hanya sedikit sehingga kecukupan gizi di pagi hari belum memenuhi standar yang dianjurkan. Siswi kelas VII melakukan kegiatan di sekolah mulai pukul 07.00 sampai 13.00 WIB sehingga diperlukan asupan gizi yang cukup dan berkualitas. Untuk menunjang tubuh supaya tetap fit selama aktivitas di sekolah, maka sarana utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi. Pada penelitian ini menggunakan recall 24 jam dengan mewawancarai siswi secara berkelompok untuk menghitung energi sarapan pagi,


(58)

sedangkan pengukuran kebugaran jasmani siswi menggunakan tes lari 15 menit dengan penilaian klasifikasi VO2 max (ml kg bb/menit).

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Sarapan Pagi

Hasil penelitian responden berdasarkan asupan energi sarapan pagi dikelompokkan sebagai berikut (tabel 4.1)

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Sarapan Pagi No. Asupan Energi

Sarapan Pagi

Jumlah Persentase (%)

1. Tidak baik 36 64,3

2. Baik 20 35,7

Jumlah 56 100,0

Sumber : Data Penelitian, 2012

Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden yang mempunyai asupan energi tidak baik berjumlah 36 anak (64,3%) dan responden dengan asupan energi baik berjumlah 20 anak (35,7%).

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebugaran Jamani

Hasil penelitian distribusi kebugaran jasmani responden diperoleh data sebagai berikut (tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebugaran Jasmani

No. Kebugaran Jasmani Jumlah Prosentase (%)

1. Kurang sekali (<32,27) 4 7,1

2. Kurang (32,28-42,97) 31 55,4

3. Sedang (42,98-59,02) 9 16,1

4. Baik (59,03-69,72) 12 21,4

Jumlah 56 100,0


(59)

Dari hasil distribusi kebugaran jasmani responden diketahui bahwa responden dengan kebugaran jasmani kurang berjumlah 35 anak (62,5%), responden dengan kebugaran jasmani baik berjumlah 21 anak (37,5%).

4.3 Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani siswi kelas VII di SMP N 26 Semarang diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Analisis Bivariat Asupan Kalori Sarapan Pagi dengan Kebugaran

Jasmani No Asupan Energi

Sarapan Pagi

Kebugaran Jasmani

Total p value

Kurang Sedang Baik

Jml % Jml % Jml % Jml %

0,001 1. Tidak baik 26 72,2 6 16,7 4 11,1 36 100

2. Baik 5 25 4 20 11 55 20 100

Total 31 55,4 10 17,9 15 26,8 56 100 Sumber : Data Penelitian, 2012

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa responden yang mempunyai asupan energi sarapan pagi tidak baik dengan kebugaran jasmani kurang berjumlah 26 anak (46,43%) dan responden yang asupan energi sarapan pagi tidak baik dengan kebugaran jasmani baik berjumlah 10 anak (17,85%). Untuk responden yang mempunyai asupan energi sarapan pagi baik dengan kebugaran jasmani kurang berjumlah 5 anak (8,93%) dan responden yang mempunyai asupan energi sarapan pagi baik dengan kebugaran jasmani baik berjumlah 15 anak (26,79%).

Dari hasil analisis antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani menggunakan uji Chi Square didapat nilai p value sebesar 0,001 kurang dari 0,05 maka Ha diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani siswi kelas VII di SMP N 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.


(60)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Asupan Energi Sarapan Pagi

Asupan energi sarapan pagi siswi kelas VII masih banyak yang di bawah 20% kebutuhan sehari yaitu hanya mengandung energi 255-448,5 kkal, padahal sebaiknya asupan energi sarapan pagi mengandung 20-30% dari kebutuhan sehari (2350 kkal) yaitu sebesar 470-705 kkal. Jenis makanan yang dikonsumsi juga kurang seimbang seperti mie instan, hanya minum susu atau teh, nasi dengan lauk (ayam, telur, tahu, atau tempe), dan nasi dengan sayur saja. Hal ini menunjukkan bahwa sarapan pagi yang sesuai dengan gizi seimbang sepertinya belum jadi budaya di masyarakat.

Anak sekolah usia 13-15 tahun sebaiknya sarapan pagi yang mencukupi gizi kalori sebesar 470-705 kkal (20-30% dari kebutuhan sehari). Wawancara recall 24 jam digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui asupan energi sarapan pagi pada 56 siswi yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil recall diketahui bahwa asupan energi sarapan pagi siswi dengan kategori tidak baik (<20% kebutuhan sehari) sebanyak 36 anak (64,3%) dan asupan energi siswi dengan kategori baik (20-30% kebutuhan sehari) sebanyak 20 anak (35,7%).

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, sarapan pagi merupakan salah satu perilaku penting dalam mewujudkan gizi seimbang. Menunda bahkan mengabaikan sarapan masih sering dilakukan masyarakat


(61)

termasuk anak-anak. Sayangnya, berdasarkan analisis pada data Konsumsi Pangan hasil survai Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, masih banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa dari 35.000 anak usia sekolah sekitar 26,1 persen sarapan hanya dengan air minum dan 44,6 persen memperoleh asupan energi kurang dari 15 persen kebutuhan energi per hari (Persagi, 2012:1).

Sarapan pagi sangat penting diberikan kepada anak di usia sekolah untuk menyokong energi untuk beraktivitas dan konsentrasi belajar. Sarapan mungkin terdengar sepele, namun sangat vital bagi tubuh kita apalagi bila dituntut untuk beraktivitas seharian. Siswi yang melakukan sarapan pagi dapat menjaga kebugaran tubuh khususnya selama melakukan aktivitas di sekolah dan membuat siswi tidak cepat lapar sehingga dapat berkonsentrasi pada pelajaran. Adapun contoh menu sarapan pagi yang seimbang dalam tabel 5.1, yaitu:

Tabel 5.1 Contoh Menu Sarapan Pagi

Nama

Masakan Bahan Makanan

Ukuran (gram) Energi (kkal) Karbohidrat (gram) Lemak (gram) Protein (gram) Nasi Telur dadar Bening Bayam Pepaya Teh Nasi Telur ayam negeri

Minyak Bayam Pepaya Gula 150 50 5 100 100 10 267 81 45,1 36 46 18,2 60,9 0,25 - 6,5 12,2 4,7 0,15 5,75 5 0,5 6 0 3,15 6,4 - 3,5 0,5 0

Total 493,3 84,55 17,4 13,55

Roti Margarin Telur ceplok Susu sapi Roti Margarin Telur ayam negeri

Minyak Susu sapi 80 10 50 5 200 175 90 81 45,1 122 40 - 0,25 - 8,6 - 10 5,75 5 7 4 - 6,4 - 6,4 Total 513,1 48,85 27,75 16,8 Nasi

Opor telur ayam Ca sawi

Nasi Telur ayam negeri

Santan Sawi Minyak 100 50 50 100 5 178 81 45 22 45,1 40,6 0,25 - 4 - 0,1 5,75 5 0,3 5 2,1 6,4 - 2,3 -


(62)

Pisang ambon Air putih

Pisang 100 99 25,8 0,2 1,2

Total 470,1 70,65 16,35 12

Nasi goreng Ayam goreng Susu kotak Nasi Kecap Minyak Ayam Minyak Susu coklat 100 5 5 50 5 250 178 20 45,1 160 45,1 150 40,6 5 - 0 - 23 0,1 - 5 12,5 5 2,5 2,1 - - 9,1 - 8

Total 598,2 68,6 25,1 19,2

Nasi Pindang goreng Tumis kangkung Melon Air putih Nasi Pindang kecil Minyak Kangkung Minyak Melon 150 50 5 100 5 150 267 71 45,1 29 45,1 40 60,9 - - 5,4 - 10 0,15 1,5 5 0,3 5 - 3,15 13,5 - 3 - -

Total 497,2 76,3 11,95 19,65

Sumber : Anggarani D.R, 2011

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah mengubah kebiasaan makan pagi adalah sebagai berikut:

1) Anak-anak perlu dibiasakan bangun lebih pagi, agar tersedia waktu yang cukup untuk makan pagi.

2) Orang tua hendaknya memberi contoh yang baik dengan membiasakan makan pagi.

3) Menghindari kesukaan pada makanan tertentu.

4) Orang tua dan guru hendaknya tidak bosan mengingatkan anak untuk selalu makan pagi dan memberi penjelasan mengenai manfaat makan pagi.

5) Untuk membiasakan anak-anak yang belum biasa makan pagi, perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan makan pagi dengan takaran (porsi) sedikit. Kemudian, secara bertahap porsi makanan ditambah sesuai dengan anjuran (Depkes RI, 1994:20).


(63)

5.2 Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani siswi diukur dengan tes kebugaran jasmani yaitu tes lari 15 menit di lapangan olahraga sekolah yang berukuran 90 m. Hasil tes kebugaran yang dilakukan pada 56 siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 diketahui bahwa responden dengan kebugaran jasmani kurang berjumlah 35 anak (62,5%), responden dengan kebugaran jasmani sedang berjumlah 9 anak (16,1%), dan responden dengan kebugaran jasmani baik berjumlah 12 anak (21,4%). Dari hasil tersebut masih banyak siswi yang kebugaran jasmaninya kurang yaitu sebesar 62,5%.

Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi Rani G.H. terhadap 64 siswa SMP St. Thomas 3 Medan tahun 2011 paling banyak responden memiliki kategori kesegaran jasmani kurang sebanyak 60 orang (93,8%) dan 4 orang dengan kebugaran jasmani sedang (6,2%). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ulvie Yuliana N.S. (2011) menunjukkan bahwa prevalensi tingkat kesegaran jasmani yang tidak baik adalah sebesar 63,17%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kebugaran jasmani seperti asupan kalori sarapan pagi belum mencukupi standar gizi, kurangnya aktivitas fisik di luar sekolah, motivasi siswi dalam tes kebugaran jasmani, dan kegiatan yang belum terprogram. Selain itu, permasalahan utama yang dihadapi pendidikan jasmani saat ini adalah terjadinya perubahan nilai budaya dari budaya gerak menjadi budaya diam.

Memiliki jasmani yang bugar merupakan impian setiap orang, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut usia (lansia). Namun di sekolah, kebugaran


(64)

jasmani termasuk dalam mata pelajaran olahraga yang dilakukan 1 kali dalam seminggu. Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk meningkatkan kebugaran jasmani, yaitu:

1) Lakukan aktivitas fisik di luar sekolah 2) Membuat program kegiatan yang teratur 3) Menerapkan pola konsumsi gizi seimbang

4) Menghindari fast food karena merupakan makanan yang tinggi kandungan lemak jenuhnya, rendah serat dan vitamin, dan terlalu banyak garam. 5) Istirahat yang cukup

6) Latihan kelentukan sendi, keseimbangan, kekuatan, kecepatan, serta daya tahan paru dan jantung.

7) Tidak merokok dan minum alkohol. (anonim, 2012:1)

5.3 Hubungan Asupan Energi Sarapan Pagi dengan Kebugaran Jasmani Penelitian yang dilakukan pada siswi kelas VII di SMP N 26 Semarang menunjukkan bahwa masih banyak yang asupan energi sarapan paginya kurang dari 20% kecukupan sehari dan tingkat kebugaran jasmani kurang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 31 anak (55,36%) memiliki kebugaran jasmani kurang, 10 anak (17,86%) memiliki kebugaran jasmani sedang, dan 15 anak (26,78%) memiliki kebugaran jasmani baik. Selain itu, dari hasil uji statistik didapatkan p value 0,001 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara asupan energi sarapan pagi dengan kebugaran jasmani.


(65)

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Khomsan A. (2004:103), sarapan pagi merupakan kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Kurangnya asupan energi sarapan pagi yang dikonsumsi oleh siswi kelas VII berbanding lurus dengan kebugaran siswi yang rendah. Terlihat dari hasil kebugaran jasmani yang rendah dipengaruhi oleh asupan makanan yang dimakan ketika pagi hari sudah memenuhi standar gizi 20-30% atau belum. Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulvie Yuliana N.S. (2011) dalam penelitian kasus-kontrol. Hasil uji t-test pada siswa perempuan menunjukkan ada perbedaan yang bermakna asupan zat gizi energi dan protein makan pagi pada siswa perempuan antara kelompok yang mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang tidak baik dan baik (nilai p<0,05). Penelitian tersebut sesuai dengan teori Rumdasih Y (2004:110) yang mengemukakan bahwa sarapan pagi dapat menjaga kebugaran seseorang.

Oleh sebab itu, remaja akan tumbuh sehat apabila mengkonsumsi makanan yang cukup gizi dan teratur sehingga memiliki kebugaran yang baik, prestasi yang tinggi, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang berlangsung sempurna.

5.4 Keterbatasan Penelitian

5.4.1 Penelitian belum menggunakan food model dalam wawancara recall 24 jam.


(66)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Ada hubungan antara asupan kalori sarapan pagi dengan kebugaran jasmani siswi kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.

6.2 Saran

6.2.3 Dinas Pendidikan

Mengupayakan pemantauan kebugaran jasmani pada anak usia sekolah supaya tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.

6.2.4 Siswi SMP

Menerapkan rutinitas sarapan pagi yang memenuhi kecukupan energi 20-30% dari kebutuhan sehari (2350 kkal) yaitu 470-705 kkal.


(67)

54

Almatsier S, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. ---, 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Anggarani D.R, 2011, Super Komplit Menu Sehari-Hari Sepanjang Masa, Jakarta: PT. Wahyu Media.

Anonim, 2012, Gizi untuk Memelihara Kesehatan dan Kebugaran, http://www.gizikesehatan.org/gizi-untuk-memelihara-kesehatan-dan-kebugaran/, diakses 22 Juli 2013.

Anonim, 2011, Pengolahan Menu Sesuai Kebutuhan,

http://bemakbidupbptk.blogspot.com/2011/01/pengolahan-menu-sesuai-kebutuhan.html, diakses 22 Juli 2013.

Arisman, 2004, Tes&Pengukuran Pendidikan Jasmani/Olahraga, Surakarta: UNS Press.

Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana, 2009, Pendewasan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia, Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. Candra Asep, 2011, Keistimewaan Sarapan Pagi pada Anak,

http://health.kompas.com/read/2011/08/15/07371697/Keistimewaan.Sarapan.Pa gi.pada.Anak, diakses 24 September 2011.

Carlson A, 2008, 10 Hal Sederhana yang Perlu Diingat untuk Nutrisi Optimal, http://www.olympic.or.id.files/documents/journal/7.5.pdf, diakses 24 September 2011.

Dahlan S, 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI, 2006, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan, http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf, diakses 8 Oktober 2011.

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2002, Panduan Kesehatan Olahraga bagi

Petugas Kesehatan,

http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/panduan%20kesehatan%20olahraga.pdf, diakses 10 September 2011.


(68)

Direktorat Gizi Masyarakat, 2000, Gizi bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Reproduksi Remaja, www.ceria.bkkbn.go.id, diakses 24 September 2011.

Gizinet, 2009, Buku Pintar Konseling Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi), http://www.gizi.net/pedoman-gizi/download/kadarzi.DOC, diakses 9 April 2011. Hanggara Rendra, 2011, Masa Depan Berawal dari Sarapan,

http://www.koran-sindo.com/node/314554, diakses 8 Juli 2013.

Ikatan Dokter Anak Indonesia,2009, Adolescent Nutrition: Are They Specific?, http://www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=201077101453, diakses 24 September 2011.

Irianto DP, 2007, Panduan Lengkap Gizi Keluarga dan Olahragawan, Yogyakarta: CV. Candi Offset.

Irwansyah, 2006, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk kelas XI, http://books.google.co.id/, diakses 24 September 2011.

Kahri M, 2011, Pengaruh Pendidikan Jasmani Melalui Aktifitas Bermain terhadap Kebugaran Jasmani, Perkembangan Kemampuan Fisik Anak Dayak Loksado dengan Anak Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, http://jurnal.upi.edu/file/6-Ma%E2%80%99ruful_Kahri.pdf, diakses 24 September 2011.

Kartasapoetra, 2008, Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Cipta.

Khomsan A, 2004, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kompas, 2011, Keistimewaan Sarapan Pagi pada Anak,

http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/04/20/pengaturan-waktu-makan-dan-menu-makan-keluarga/, diakses 24 September 2011.

Kriswanto ES dan Dimyati, 2009, Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa dalam Pelajaran Pendidikan Jasmani melalui Aplikasi Model Pembelajaran ARIAS, Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Yogyakarta.

Lemeshow S, 1997, Besar Sempel dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: UGM Press.

Moehji S, 2003, Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta: Papas Sinar Siranti.


(1)

(2)

(3)

78


(4)

(5)

80

Lampiran 13


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP ST. Thomas 3 Medan Tahun 2011

28 188 104

HUBUNGAN NILAI HASIL BELAJAR PENJAS DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 49

PENGARUH LATIHAN SENAM IRAMA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP SISWA-SISWI KELAS VII SMP NEGERI 2 ABUNG TENGAH LAMPUNG UTARA TAHUN AJARAN 2013/2014

0 26 58

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DARI SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Hubungan Antara Asupan Energi Dan Protein Dari Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SD Negeri Sumber III Surakarta.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DARI SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Hubungan Antara Asupan Energi Dan Protein Dari Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SD Negeri Sumber III Surakarta.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Asupan Energi Dan Protein Dari Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SD Negeri Sumber III Surakarta.

0 2 7

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Kualitas Kebugaran Jasmani Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.

2 3 17

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN Hubungan Kualitas Kebugaran Jasmani Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.

0 3 14

Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP N 11 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 4

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI

0 1 102