Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP ST. Thomas 3 Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN

KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

RANI GARTIKA HOLIVIA SILALAHI NIM : 071000094

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN

KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

RANI GARTIKA HOLIVIA SILALAHI NIM : 07100094

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN

KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

RANI GARTIKA HOLIVIA SILALAHI NIM : 071000094

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 06 Juli 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) (Ferry, SH, SSi, AMG, DC. Nutri, MKes) NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19690524 199301 1 001

Penguji II Penguji III

(Ernawati Nasution, SKM, MKes) (Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi) NIP. 19700212 199501 2 001 NIP. 19680616 199303 2 003

Medan, 06 Juli 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Kebiasaan sarapan pagi bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh dan dapat melakukan aktivitas secara maksimal. Sarapan pagi berpengaruh pada tubuh karena makanan yang telah dimakan akan diproses menjadi kalori sebagai sumber energi, sehingga murid-murid mampu melakukan aktivitasnya tanpa merasa kelelahan atau memiliki kesegaran jasmani yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani pada murid SMP St. Thomas 3 Medan tahun 2011.

Jenis penelitian ini adalah observasional yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah murid-murid kelas III SMP St. Thomas 3 Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 64 murid SMP St. Thomas 3 Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sengaja, yaitu murid-murid kelas III SMP St. Thomas 3 Medan. Kebiasaan sarapan pagi diukur dengan dengan menggunakan kuesioner. Kesegaran jasmani diukur dengan menggunakan tes Harvard Step. Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa murid-murid yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik sebanyak 73,4% dan kebiasaan sarapan pagi yang sedang sebanyak 26,6%. Murid yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang sebanyak 93,8% dan kesegaran jasmani sedang sebanyak 6,2%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani pada murid SMP St. Thomas 3 Medan, dengan taraf signifikan p= 1,000 (p>0,05).

Disarankan bagi guru-guru untuk mengingatkan muri-murid untuk mengonsumsi sarapan pagi dengan menu lengkap (nasi, lauk-pauk dan sayur) dan melakukan aktivitas fisik/olah raga yang sering untuk meningkatkan kesegaran jasmani.


(5)

ABSTRACT

Breakfast habits is usefull to keep immunity of body and to do the actitvies maximally. Breakfast have influence to body because foods, that we eat, will be processed to be calori as source of energy, so the students can do their activites without feel tired or have good physical fitness.This study aims to know relationship between breakfast habits and physical fitness of students in Junior High School St. Thomas 3 Medan.

This study was observational, descriptive, with cross sectional design. Population in this study are students in third grade in Junior High School St. Thomas 3 Medan. Samples consisted of 64 students of Junior High School St. Thomas 3 Medan. Sampling methods was done by purposive sampling, students in third grade in Junior High School St. Thomas 3 Medan. Breakfast habits was measured by quetionnaire. Physical fitness was measured by Harvard Step Test. Relationship between breakfast habits and physical fitness was analyzed by using Chi-Square test.

The result showed that students, who have ‘good’ breakfast habits73,4% and ‘medium’ habiual of breakfast 26,6%. Students, who have ‘less’ physical fitness 93,8% and ‘medium’ physical fitness 6,2%. It is concluded that there is not significant relationship between breakfast habits and physical fitness of students in Junior High School St. Thomas 3 Medan, with significant level p= 1,000 (p>0,05).

It is recommended that teachers to remember students to get breakfast with full menu (rice, side dishes and vegetables) and often do exercise or sports to increase physical fitness.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rani Gartika Holivia Silalahi Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 30 April 1990

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 6 orang

Alamat Rumah : Jl. Sakura Raya No. 5 Helvetia-Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Swasta St. Yoseph I Medan 1995-2001 2. SMP Swasta St. Thomas 3 Medan 2001-2004 3. SMA Negeri 12 Medan 2004-2007 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2007-2011


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas rahmat dari Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kelapangan dan kemudahan kepada saya dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan FKM USU. 2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembantu Dekan I.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi. selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing I.

4. Bapak Ferry, S.H., S.Si, AMG, DC.Nutri, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II.

5. Ibu Dra. Lina Tarigan, MS. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini.

7. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MS selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini.

8. Bapak Drs. U. Silaen selaku Kepala Sekolah SMP St. Thomas 3 Medan dan seluruh guru, staff dan murid-murid SMP St. Thomas 3 Medan.


(8)

9. Seluruh keluarga (Bapak, Mama, kakak, abang dan adik-adik) yang telah memberikan dukungan baik moral, material maupun spiritual selama penulisan mengikuti pendidikan ini.

10. Teman-teman (Anyek, Pitha, Memei, Bunda Ika, Yenny dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan) yang turut membantu penulisan selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi selesai.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2011 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Sarapan Pagi ... 6

2.1.1. Manfaat Sarapan Pagi ... 7

2.1.2. Kerugian Tidak Sarapan Pagi ... 8

2.2. Kebiasaan Makan Anak Sekolah ... 9

2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan ... 9

2.3. Kesegaran Jasmani ... 12

2.3.1. Pengertian Kesegaran Jasmani ... 12

2.3.2. Komponen Kesegaran Jasmani ... 13

2.3.3. Manfaat Kesegaran Jasmani ... 18

2.3.4. Tes Kesegaran Jasmani ... 18

2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani ... 22

2.4. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani 25 2.5. Kerangka Konsep ... 26

2.6. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi Penelitian ... 27

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 27

3.2.2. Waktu Penelitian ... 28

3.3. Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... 28

3.3.2. Sampel ... 28

3.4. Metode Penelitian ... 29

3.4.1. Data Primer ... 29

3.4.2. Data Sekunder ... 29


(10)

3.6. Defenisi Operasional ... 30

3.7. Aspek Pengukuran ... 30

3.8. Teknik Analisa Data ... 34

3.8.1. Pengolahan Data ... 34

3.8.2. Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1. Gambaran Umum Sekolah ... 36

4.2. Gambaran Umum Responden ... 37

4.3. Tipe Tubuh ... 38

4.4. Olah Raga ... 38

4.5. Perilaku Merokok ... 39

4.6. Kebiasaan Sarapan Pagi ... 39

4.7. Kesegaran Jasmani ... 40

4.8. Hubungan Umur dengan Kesegaran Jasmani ... 40

4.9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani ... 41

4.10. Hubungan Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani ... 42

4.11. Hubungan Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani ... 43

4.12. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kesegaran Jasmani ... 44

4.13. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan ... 45

Kesegaran Jasmani BAB V PEMBAHASAN ... 46

5.1. Hubungan Umur dengan Kesegaran Jasmani ... 46

5.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani ... 47

5.3. Hubungan Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani ... 48

5.4. Hubungan Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani ... 48

5.5. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kesegaran Jasmani ... 49

5.6. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan ... 50

Kesegaran Jasmani BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 52

6.2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Kebiasaan Sarapan Pagi Lampiran 2. Formulir Harvard Step Test

Lampiran 3. Master Data

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 5. Surat Keputusan Permohonan Izin Penelitian Lampiran 6. Surat Keputusan Telah Selesai Penelitian Lampiran 7. Dokumentasi


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Standar Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi ... 20 Dengan Cara Lambat

Tabel 2.2. Standar Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi ... 20 Dengan Cara Cepat

Tabel 3.1. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Harvard Step Test ... 32 Tabel 4.1. Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP ... 37

St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SMP St. Thomas 3 ... 37 Medan Tahun 2011

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Tubuh Pada Murid ... 38 SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Olah Raga Pada Murid ... 38 SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok ... 39 Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi ... 39 Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kesegaran Jasmani ... 40 Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Umur dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid ... 41 SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani ... 41 Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani ... 42 Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani ... 43 Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011


(12)

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Perilaku Merokok dengan Kesegaran ... 44 Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.13. Tabulasi Silang Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kesegaran ... 45 Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011


(13)

ABSTRAK

Kebiasaan sarapan pagi bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh dan dapat melakukan aktivitas secara maksimal. Sarapan pagi berpengaruh pada tubuh karena makanan yang telah dimakan akan diproses menjadi kalori sebagai sumber energi, sehingga murid-murid mampu melakukan aktivitasnya tanpa merasa kelelahan atau memiliki kesegaran jasmani yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani pada murid SMP St. Thomas 3 Medan tahun 2011.

Jenis penelitian ini adalah observasional yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah murid-murid kelas III SMP St. Thomas 3 Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 64 murid SMP St. Thomas 3 Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sengaja, yaitu murid-murid kelas III SMP St. Thomas 3 Medan. Kebiasaan sarapan pagi diukur dengan dengan menggunakan kuesioner. Kesegaran jasmani diukur dengan menggunakan tes Harvard Step. Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa murid-murid yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik sebanyak 73,4% dan kebiasaan sarapan pagi yang sedang sebanyak 26,6%. Murid yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang sebanyak 93,8% dan kesegaran jasmani sedang sebanyak 6,2%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani pada murid SMP St. Thomas 3 Medan, dengan taraf signifikan p= 1,000 (p>0,05).

Disarankan bagi guru-guru untuk mengingatkan muri-murid untuk mengonsumsi sarapan pagi dengan menu lengkap (nasi, lauk-pauk dan sayur) dan melakukan aktivitas fisik/olah raga yang sering untuk meningkatkan kesegaran jasmani.


(14)

ABSTRACT

Breakfast habits is usefull to keep immunity of body and to do the actitvies maximally. Breakfast have influence to body because foods, that we eat, will be processed to be calori as source of energy, so the students can do their activites without feel tired or have good physical fitness.This study aims to know relationship between breakfast habits and physical fitness of students in Junior High School St. Thomas 3 Medan.

This study was observational, descriptive, with cross sectional design. Population in this study are students in third grade in Junior High School St. Thomas 3 Medan. Samples consisted of 64 students of Junior High School St. Thomas 3 Medan. Sampling methods was done by purposive sampling, students in third grade in Junior High School St. Thomas 3 Medan. Breakfast habits was measured by quetionnaire. Physical fitness was measured by Harvard Step Test. Relationship between breakfast habits and physical fitness was analyzed by using Chi-Square test.

The result showed that students, who have ‘good’ breakfast habits73,4% and ‘medium’ habiual of breakfast 26,6%. Students, who have ‘less’ physical fitness 93,8% and ‘medium’ physical fitness 6,2%. It is concluded that there is not significant relationship between breakfast habits and physical fitness of students in Junior High School St. Thomas 3 Medan, with significant level p= 1,000 (p>0,05).

It is recommended that teachers to remember students to get breakfast with full menu (rice, side dishes and vegetables) and often do exercise or sports to increase physical fitness.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan memelihara kesehatan. Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung pada banyak hal antara lain umur, kelamin, dan pekerjaan (Soekirman, 2000).

Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Almatsier,2004).

Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya. Manusia harus memperoleh makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta terlaksananya fungsi normal dalam tubuh. Selain itu, manusia mendapatkan makanan yang cukup untuk memperoleh energi yang cukup untuk memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

Setiap orang sebaiknya memperhatikan kebiasaan makan mereka dengan membiasakan makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore secara teratur. Terutama kebiasaan makan pagi sangat penting karena kegiatan kita pada siang hari sangat banyak membutuhkan energi (Irianto, 2007).


(16)

Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25%, ini jumlah yang cukup signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gram sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan, 2010).

Makan pagi berperan penting terutama untuk menyediakan energi serta gairah belajar dan kerja pada awal hari baru. Oleh karena itu, pada anak usia sekolah harus dibiasakan sarapan pagi setiap hari (Soekirman, 2000).

Pada beberapa anak usia sekolah terdapat kebiasaan tidak sarapan pagi sehingga berdampak negatif pada ketidakseimbangan sistem saraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah (Khomsan, 2010).

Menurut Laurence E. Morehouse yang dikutip oleh Suhendro (1994) bahwa kesegaran bukan berarti sehat. Ia mengemukakan bahwa seseorang dapat sehat tanpa memiliki kesegaran. Seseorang dalam keadaan kurang sehat namun unjuk kerjanya dapat menonjol.

Kesegaran jasmani sangat perlu dimiliki oleh semua orang mulai anak usia sekolah hingga lansia karena memiliki peranan penting dalam kegiatan sehari-hari. Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang lebih lama (Z., Iskandar, 1999).

Studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada


(17)

kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka (Karim, 2002).

Pada anak usia sekolah, kesegaran jasmani sangat diperlukan supaya dia mampu melakukan aktivitas tanpa alami kelelahan, terutama saat proses belajar pada pagi hingga siang hari di sekolah. Namun, pada anak usia sekolah kesegaran jasmani ini seringkali terlupakan. Padahal kesegaran jasmani ini sangat bermanfaat untuk menunjang kapasitas kerja fisik anak yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasinya. Selain itu, kesegaran jasmani dapat meningkatkan kemampuan organ tubuh, sosial emosional, sportivitas dan semangat kompetisi (Moehji, 2009).

Seseorang membutuhkan zat gizi yang cukup sehingga dia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Oleh karena itu, setiap orang harus memperhatikan asupan pangan yang dikonsumsinya. Pada anak usia sekolah asupan gizi ini harus sangat diperhatikan terutama asupan pada pagi hari yaitu sarapan karena anak usia sekolah mempunyai tingkat aktivitas yang tinggi di pagi hingga siang hari. Sarapan dapat menyumbangkan energi yang cukup signifikan sehingga anak tersebut dapat melakukan aktivitas di pagi hari, terutama belajar, tanpa merasa kelelahan (Z., Iskandar, 1999).

Bagi seorang pelajar kesegaran jasmani sangat penting di dalam peningkatan kemampuan intelektual dan kecerdasannya. Tanpa tubuh yang segar maka seorang siswa tidak mungkin bisa melakukan belajar dengan baik, sebab belajar juga membutuhkan kondisi tubuh yang segar (Z., Iskandar, 1999).


(18)

Berdasarkan hasil penelitian Agus Sudrajat (2009), bahwa ada hubungan antara sarapan dengan kesegaran jasmani. Hal ini disimpulkan dari 55 % anak sekolah dasar memiliki kesegaran jasmani yang baik dan kontribusi energinya sebagian besar sudah baik.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di SMP St. Thomas 3 Medan pada bulan Juli 2010. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa orang murid yang telah melakukan pemanasan sebelum berolah raga diperoleh informasi bahwa ada murid yang merasa lelah karena mereka tidak mengonsumsi sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus


(19)

1. Mengetahui tipe tubuh murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.

2. Mengetahui fruekuensi olah raga murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011. 3. Mengetahui perilaku merokok murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011. 4. Mengetahui kebiasaan sarapan pagi murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun

2011.

5. Mengetahui kesegaran jasmani murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan :

a. Bagi murid, dapat lebih memahami arti pentingnya sarapan pagi dan kesegaran jasmani bagi dirinya.

b. Bagi sekolah, untuk menambah wawasan tentang pentingnya kebiasaan sarapan pagi dan kesegaran jasmani pada guru sehingga dapat memberi informasi kepada muridnya sehingga mampu melakukan aktivitas terutama belajar tanpa merasa lelah.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sarapan Pagi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier,2004).

Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002).

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009).


(21)

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja perncernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Selain itu, mengonsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji, 2009).

2.1.1. Manfaat Sarapan Pagi

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).

Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain :

1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.


(22)

2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.

Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam keadaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009)

Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000).

2.1.2. Kerugian Tidak Sarapan Pagi

Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Bila anak sekolah yang tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan menurun. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen. Dalam keadaan seperti ini, tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan pekerjaan yang baik.

Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga kemampuan memecahkan


(23)

suatu masalah juga menjadi sangat menurun. Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun.

Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga akan mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).

2.2. Kebiasaan Makan Anak Sekolah

Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi untuk sarapan pagi perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan sarapan pagi diberikan dalam takaran (porsi) sedikit hingga secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran.

2.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu, faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia).

2.2.1.1. Faktor Ekstrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan


(24)

a. Lingkungan alam

Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya diwarnai oleh jenis-jenis bahan yang umum dan dapat diproduksi setempat. Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena dapat dihasilkan sendiri.

Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan makan. Selain itu, jenis/macam alat dapur, bahan bakar untuk memasak, waktu yang tersedia bagi ibu untuk bekerja di dalam dan di luar rumah, jarak antara rumah dan tempat bahan makanan dapat juga mempengaruhi kebiasaan makan.

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan-perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut turun-temurun.

Di dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering ditemukan adanya perbedaan antara suami dan isteri, orang tua dan anak, tua dan muda. Suami/ayah sebagai kepala rumah tangga harus diistimewakan dalam hal makanannya terhadap anggota keluarga yang lain, kemudian baru anak-anak dan prioritas terakhir adalah ibu.

c. Lingkungan budaya dan agama

Lingkungan budaya yang terkait dengan kebiasaan makan biasanya meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial. Pada masyarakat Jawa ada kepercayaan bahwa nilai-nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan dalam


(25)

makanan. Misalnya, “mutih” (hanya makan nasi dan garam), “ngerowot” (hanya makan dengan bangsa umbi-umbian) secara periodik dalam jangka waktu tertentu agar tercapai cita-citanya hidup bahagia dan sejahtera.

Agama juga memberikan batasan-batasan dan pedoman-pedoman dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan. Neraca bahan makanan dapat memberikan gambaran adanya potensi sumber daya pangan, tetapi apabila terhitung pula persediaan daging babi maka potensi itu menjadi hukum potensial bagi negara/daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Demikian pula daging sapi untuk daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.

d. Lingkungan ekonomi

Distribusi pangan banyak ditemukan oleh kelompok-kelompok masyarakat menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai kebiasaan makan yang cenderung beras, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya golongan masyarakat ekonomi rendah, yang justru pada umumnya produsen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya.

2.2.1.2. Faktor Intrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Adapun faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain: a. Asosiasi Emosional

Seorang ibu akan memberikan ASI dan makan kepada anak-anaknya dengan penuh cinta kasih agar anak-anaknya memiliki tumbuh kembang jasmani dan rohani yang baik. Kenangan manis dalam bentuk cara pemberian makanan oleh si ibu akan mendasari kebiasaan makan anak dalam kehidupan selanjutnya.


(26)

b. Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit

Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan makan. Bosan, lelah, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya dapat berkurangnya nafsu makan sebagai tempat pelarian.

c. Penilaian yang Lebih Terhadap Mutu Pangan

Pola pangan yang sudah turun-temurun mempunyai ikatan kuat dengan tradisi kehidupan masyarakat. Dari segi gizi kebiasaan makan yang baik yaitu yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, sedangkan kebiasaan makan yang jelek antara lain seperti anak-anak dilarang makan daging/ikan dengan alasan takut kecacingan.

2.3. Kesegaran Jasmani

2.3.1. Pengertian Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti; untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metoda latihan yang benar (Harsuki, 2003).

Menurut President’s Council on Physical Fitness and Sports dalam Z., Iskandar (1999), kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang


(27)

berarti, dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal-hal yang sifatnya darurat / emergensi.

Menurut Safrit (1981:212) yang dikutip Abdullah (1994) ada dua definisi yang biasa digunakan. Dari sudut pandang fisiologis, kesegaran jasmani adalah kapasitas untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan yang melelahkan dan pulih dari akibat latihan tersebut. Defenisi kesegaran jasmani yang lebih umum adalah kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan semangat, tanpa rasa lelah yang berlebihan, dan dengan penuh energi melakukan dan menikmati kegiatan pada waktu luang, dan dapat menghadapi keadaan darurat bila datang.

Maka, dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti sehingga masih dapat melakukan kegiatan pada waktu luang (Wahjoedi, 2001).

2.3.2. Komponen Kesegaran Jasmani

Dalam kesegaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: (Z., Iskandar, 1999)

2.2.2.1. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (health related

fitness)

Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan anak sekolah untuk mempertahankan kesehatan, mengatasi stress lingkungan dan melakukan aktivitas sehari-hari terutama kegiatan belajar dan bermain.


(28)

Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen dasar yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain, antara lain:

a. Daya tahan jantung – paru/kardiovaskuler

Daya tahan jantung-paru adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari, dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan jantung-paru sangat penting menunjang kerja otot untuk mengambil oksigen dan menyalurkan ke otot yang aktif.

Daya tahan jantung-paru bagi anak usia sekolah, terutama ditujukan untuk mempertahankan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti untuk bermain dan juga belajar (Z., Iskandar, 1999).

b. Kekuatan otot

Secara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban. Secara mekanis, kekuatan otot adalah gaya yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kali kontraksi maksimal. Kekuatan otot merupakan hal penting untuk setiap orang, termasuk anak usia sekolah.

Kekuatan otot banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk tungkai yang harus menahan berat badan. Makin tua seseorang makin berkurang pula kekuatan otot (Harsuki, 2003).


(29)

c. Daya tahan otot

Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan otot untuk kerja berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan (Harsuki, 2003).

Daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus-menerus pada tingkat intensitas sub maksimal. Daya tahan otot diperlukan untuk mempertahankan kegiatan yang sifatnya didominasi oleh penggunaan otot atau kelompok otot ((Z., Iskandar, 1999).

d. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerak dalam ruang gerak sendi secara maksimal. Fleksibilitas bagi anak sangat penting dimiliki terutama untuk kegiatan dalam bermain, karena bermain bagi mereka tidak semata-mata dapat bergerak cepat dan kuat, tetapi juga harus lincah dan dapat mengubah arah dengan cepat (kelincahan) (Sutarman, 1994).

e. Komposisi tubuh

Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan massa/berat badan tanpa lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas massa otot (40-50%), tulang (16-18%) dan organ-organ tubuh (29-39%). Komposisi menjadi begitu penting bagi anak sekolah apabila dihubungkan dengan status gizi sebagai prediksi kecenderungan kegemukan di masa yang akan datang (Sutarman, 1994).

Komposisi tubuh meliputi dua hal, yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh. Secara umum dikatakan bahwa makin kecil persentase lemak, makin baik kinerja seseorang.


(30)

Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Indeks masa tubuh dapat digunakan untuk memprediksi status gizi anak usia sekolah yaitu keadaan obesitas.

Berat badan merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk menentukan komposisi tubuh seseorang. Tinggi badan adalah satuan jarak yang diukur dari lantai ke kepala, tanpa memakai alas kaki pada posisi berdiri tegak dengan membelakangi skala ukur (Z., Iskandar, 1999).

2.2.2.2. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (skill related

firness)

Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain:

a. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu paling singkat. Kecepatan bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat siklik atau jenis gerak yang dilakukan berulang-ulang (Z., Iskandar, 1999).

b. Daya ledak (power)

Daya ledak adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum. Anak membutuhkan komponen tersebut untuk menunjukkan kemampuannya kepada orang lain (Z., Iskandar, 1999). c. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama kegiatan lainnya.

Bagi anak-anak, kelincahan merupaka komponen kesegaran jasmani yang harus dimiliki. Tanpa kelincahan seorang anak dapat dikatakan dalam kondisi sakit.


(31)

Oleh karena itu, kelincahan harus menempati prioritas utama dalam melatih kesegaran jasmani setiap anak (Z., Iskandar, 1999).

d. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat saat berdiri (static balance) atau saat bergerak (dynamic balance) (Z., Iskandar, 1999).

e. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Kemampuan koordinatif merupakan dasar yang baik bagi kemampuan belajar yang bersifat sensomotorik (Sutarman, 1994).

f. Kecepatan reaksi

Kecepatan reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya stimulus atau rangsangan dengan awal reaksi. Kecepatan reaksi tergantung dari organ perasa dalam mengatur stimulus yang datang dan diterima melalui organ penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya dan sentuhan (Z., Iskandar, 1999).

g. Ketepatan

Ketepatan sebagai keterampilan motorik, berupa gerakan atau sebagai ketepatan hasil. Ketepatan berkaitan erat dengan kematangan sistem saraf dalam memproses input atau stimulus yang datang dari luar, seperti tepat dalam menilai ruang dan waktu, tepat dalam mengkoordinasikan otot dan sebagainya (Z., Iskandar, 1999).


(32)

2.3.3. Manfaat Kesegaran Jasmani

Menurut Harsuki (2003) latihan kesegaran jasmani yang dilakukan secara tepat dan benar akan memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari,antara lain: 1. Meningkatkan kemampuan fisik ditandai dengan bertambah baiknya prestasi

kerja.

2. Daya tahan tubuh meningkat.

3. Berkurangnya kemungkinan menderita beberapa macam penyakit degeneratif. 4. Terpeliharanya bentuk tubuh yang sesuai.

5. Mempertajam kekuatan mental dan menambah kapasitas individu dalam berpikir. 6. Mengurangi proses menua dan menyebabkan awet muda.

7. Menolong individu untuk tidur lebih nyenyak. 8. Memberikan keseimbangan berat badan.

9. Memelihara keharmonisan, kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga. 2.3.4. Tes Kesegaran Jasmani

Tes kesegaran jasmani sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan peserta tidak dalam kondisi lelah. Terdapat beberapa macam tes kesegaran jasmani, antara lain; 1. Harvard Step Test/Tes Naik Turun Bangku Harvard

Harvard Step Test merupakan tes kesegaran jasmani yang sederhana. Tes ini bertujuan untuk mengukur kesegaran jasmani melalui komponen daya tahan kardiovaskular. Caranya adalah dengan naik turun bangku setinggi 50 cm (pria) dan 42 cm (wanita) secara terus menerus dan mengikuti irama yang teratur sebanyak 120 kali permenit selama 5 menit (Rahadian, 2008).


(33)

a. Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan posisi tegak.

b. Peserta diharuskan naik dan turun bangku dengan irama 120 kali / menit yang diatur dengan metronom, selama 5 menit.

c. Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba “mulai” (stopwatch dihidupkan), kemudian naikkan kaki kiri disamping kaki kanan, lalu turunkan kaki kanan dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya naik dan turun sesuai dengan metronom. Bila tidak ada metronom bisa dengan cara hitungan (aba-aba) tu,wa,ga,pat.

d. Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak dan seluruh telapak kaki menginjak di atas bangku.

e. Bila sebelum mencapai waktu 5 menit peserta sudah lelah, pengukuran dihentikan (stopwatch dihentikan) dan catat waktu.

f. Segera setelah berhenti, peserta duduk dan istirahat selama 1 menit.. g. Setelah istirahat selama 1 menit, hitung denyut nadi dengan 2 cara:

1. Cara Lambat

Nadi dihitung sebanyak 3 kali, dengan lama perhitungan masing-masing 30 detik. Nadi dihitung pada 1 menit sampai 1 menit 30 detik, 2 menit sampai 2 menit 30 detik, dan 3 menit sampai 3 menit 30 detik. Kemudian hasil perhitungan denyut nadi dimasukkan ke dalam rumus kesegaran jasmani. Hasil perhitungan kemudian disesuaikan dengan standar kategori kesegaran jasmani dengan cara lambat.


(34)

Tabel 2.1. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi Dengan Cara Lambat

Hasil Perhitungan Kesegaran Jasmani

≥ 90 Amat Baik

80-89 Baik

65-79 Cukup

55-64 Sedang

≤ 54 Kurang

2. Cara Cepat

Cara cepat dapat dilakukan dengan 2 cara: - Dengan menggunakan rumus.

Tabel 2.2. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi Dengan Cara Cepat

Hasil Perhitungan Kesegaran Jasmani

≥ 80 Amat Baik

50-80 Sedang

≤ 50 Kurang

- Dengan daftar penilaian Harvard.

2. Tes ACSPFT (Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test) Tes kesegaran jasmani ACSPFT (Asian Commitee on the Standardization of

Physical Fitness Test) merupakan tes kesegaran jasmani di lapangan yang sudah


(35)

mengetahui tingkat kesegaran jasmani seseorang. Tes ini relatif murah dan mudah dikerjakan.

Tes ACSPFT merupakan rangkaian tes yang terdiri dari (1) Lari 50 meter untuk mengukur kecepatan, (2) Lompat jauh tanpa awalan untuk mengukur gerak eskplosif tubuh/ daya ledak otot, (3) Bergantung angkat badan (putra) atau bergantung siku tekuk (putri) untuk mengukur kekuatan statis dan daya tahan lengan serta bahu, (4) Lari hilir mudik 4 x 10 m untuk mengukur ketangkasan, (5) Baring duduk 30 detik untuk mengukur daya tahan otot-otot perut, (6) Lentuk togok ke muka (forward flexion of trunk) mengukur kelenturan, (7)Lari jauh 800 m (putri) dan 1000 m (putra) untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi (Z., Iskandar, 1999).

3. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes kesegaran jasmani Indonesia dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu: kelompok 6-9 tahun, kelompok 10-12 tahun, kelompok 13-15 tahun dan kelompok 16-19 tahun. Tes kesegaran jasmani ini terdiri dari 5 tes, antara lain: (Z., Iskandar, 1999)

a. Lari Cepat 50 meter

b. Gantung Angkat Tubuh (Pull Ups) selama 60 detik c. Baring Duduk (Sit Ups)60 detik

d. Loncat Tegak (Vertical Jump)

e. Lari Jauh 1000 meter untuk putra dan 800 meter untuk putri 4. Indiana Physical Fitness Test


(36)

Tes kesegaran jasmani ini dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan pada tingkat SLTA. Tes yang dilakukan antara lain: stardle chins, squast thrust, push up dan vertical jump (Suntoda, 2000).

5. Tes Lari 2,4 Km

Tes kesegaran jasmani ini dapat dapat dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan pada tingkat SMP. Tata cara melakukan tes lari 2,4 km yaitu : (Sutarman, 1994)

1. Tentukan jarak 2,4 km pada jalur yang akan digunakan dalam tes. 2. Peserta berdiri di belakang garis awal (start).

3. Gerakan:

a. Pada aba-aba “siap” peserta mengambil posisi sikap start berdiri untuk siap lari. b. Pada aba-aba “ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish sejauh 2,4

km.

4. Gunakan stopwatch untuk menghitung waktu yang dibutuhkan peserta untuk menempuh jarak 2,4 km.

2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani

Menurut Karim (2002) ada lima faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani, antara lain :

1. Umur

Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh,


(37)

kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Karim, 2002).

Umur berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler, hal ini dapat dilihat pada daya tahan kardiovaskuler akan meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun. Daya tahan tersebut akan menurun sejalan bertambahnya usia. Umur juga berpengaruh pada kelenturan dan komposisi tubuh karena menurunnya daya elastisitas otot, yang disebabkan oleh berkurangnya aktifitas dan pengapuran pada usia tua (Sutarman, 1994).

2. Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya kesegaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunyai perbedaan yang jauh lebih besar. Perbedaan ini terlihat mutlak pada perbedaan kekuatan otot.

Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatannya. Kekuatan otot yang maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara perlahan-lahan akan menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari yang dimiliki sewaktu berusia 20-25 tahun. Pada pria, kekuatan genggaman otot tangan menurun 20% dan pada wanita menurun 30%. Penurunan dipengaruhi kegiatan fisik individu (Sutarman, 1994).

3. Tipe Tubuh

Tipe tubuh merupakan salah satu faktor genetik yang mempengaruhi kesegaran jasmani. Seseorang yang mempunyai tipe endomorp (bentuk tubuh bulat


(38)

dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe ektomorp (bentuk tubuh kurus dan tinggi). Seseorang yang mempunyai tipe ektomorp akan mempunyai kesegaran jasmani lebih baik daripada yang mempunyai tipe tubuh endomorp (Sutarman, 1994).

4. Makanan

Makanan dan gizi sangat berpengaruh pada tubuh manusia karena makanan yang telah dimakan akan diproses untuk dijadikan kalori sebagai sumber zat tenaga dan zat pembangun yang dibutuhkan tubuh. Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olah raga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Karim, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Ambler C, dkk.(2010) bahwa ada hubungan kesegaran jasmani dengan asupan energi.

5. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik juga berpengaruh dalam semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang secara teratur atau olah raga akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, yang merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani, dan dapat mengurangi lemak dalam tubuh (Sutarman, 1994).

6. Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok terutama berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler. Daya tahan kardiovaskuler merupakan salah satu kompenen kesegaran jasmani. Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler semakin menurun. Selain itu


(39)

menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan (Sutarman, 1994).

2.4. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani

Analisis mengenai aspek-aspek yang terkandung dalam sarapan pagi dengan kesegaran jasmani dapat memberikan kajian hubungan antara keduanya. Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Oleh karena itu, sarapan pagi sebaiknya mengandung unsur empat sehat lima sempurna, supaya tubuh siap untuk menghadapi segala aktivitas dengan energi yang tersedia (Khomsan, 2002).

Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25%, ini jumlah yang cukup signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gram sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan, 2010).

Menurut President’s Council on Physical Fitness and Sports dalam Z., Iskandar (1999), kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal-hal yang sifatnya darurat / emergensi.

Berkaitan dengan sarapan pagi, yang menyumbangkan gizi yang cukup signifikan, sehingga seseorang mampu melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa


(40)

mengalami kelelahan. Maka dapat dikatakan bahwa sarapan pagi mempunyai hubungan dengan kesegaran jasmani.

2.5. Kerangka Konsep

Kebiasaan sarapan pagi pada anak sekolah anak mempengaruhi kesegaran jasmani anak tersebut, dan dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Gambar 2.1.Kerangka konsep kaitan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani.

Dari skema terlihat bahwa sarapan pagi merupakan variabel independen dan kesegaran jasmani merupakan variabel dependen. Sarapan pagi mempengaruhi timbulnya kesegaran jasmani. Umur, jenis kelamin, tipe tubuh, olah raga dan perilaku merokok merupakan variabel antara. Variabel antara juga dapat mempengaruhi timbulnya kesegaran jasmani.

2.6. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011.

Ha : Ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011.

Sarapan pagi

- Umur

- Jenis kelamin - Tipe Tubuh - Olah Raga

- Perilaku Merokok


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani pada murid SMP St. Thomas 3 Medan tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan adalah crossectional yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi pada saat penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Santo Thomas 3 Medan yang terletak di Jl. Jend Gatot Subroto Gg. Banteng No.7. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di SMP St. Thomas 3 Medan pada bulan Juli 2010. Peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa orang murid yang telah melakukan pemanasan sebelum berolah raga diperoleh informasi bahwa ada murid yang merasa lelah karena mereka tidak mengonsumsi sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Seorang murid dikatakan lelah jika dia merasa sudah tidak mampu melakukan aktivitas lagi dan sulit / tidak dapat berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diajarkan gurunya. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah ini. Selain itu, peneliti lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian di sekolah ini.


(42)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai Juni 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah murid kelas III SMP Swasta Santo Thomas 3 Medan yang terdiri dari 174 orang.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara secara sengaja (purposive

sampling). Hal ini dikarenakan pertimbangan murid kelas III seluruhnya memiliki

jadwal mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes)pada pagi hari, pukul 07.25-08.55.

Sampel adalah sebagian dari murid yang dihitung berdasarkan rumus (Notoatmodjo S, 2005):

N n =

1 + N (d²) Keterangan :

N = Jumlah seluruh murid kelas I, II, dan III n = Besar sampel

d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi yang ditetapkan sebesar 0,1 (Notoatmodjo, 2005).


(43)

Berdasarkan survei awal populasi SMP Swasta Santo Thomas 3 Medan adalah 174 orang. Maka, sampel dari SMP Swasta Santo Thomas 3 Medan adalah 64 orang.

3.4. Metode Penelitian 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti melalui wawancara dengan bantuan kuesioner meliputi data identitas responden (nama, usia, jenis kelamin dan kelas). Untuk mengetahui kebiasaan sarapan pagi dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah disediakan jawaban untuk dipilih. Untuk mengetahui kesegaran jasmani murid dilakukan tes Harvard Step, dengan bantuan 1 orang perawat untuk menghitung denyut nadi. Untuk mengetahui tipe tubuh, frekuensi olah raga dan perilaku merokok dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan jawaban untuk dipilih.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder mencakup data gambaran umum SMP Swasta Santo Thomas 3 Medan yang diperoleh dari bagian administrasi sekolah.

3.5. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner sarapan pagi. 2. Formulir tes Harvard Step.

3. Bangku yang dibuat menyerupai bangku tes Harvard Step.


(44)

3.6. Defenisi Operasional

1. Kebiasaan sarapan pagi adalah kegiatan makan pada setiap pagi hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 07.25 pagi sampai dengan pukul 08.55 pagi.

2. Kesegaran jasmani adalah kemampuan murid untuk melakukan tes Harvard Step yang disesuaikan dengan standar tes Harvard Step dengan perhitungan cara lambat.

3. Murid SMP adalah seluruh murid sekolah menengah pertama (SMP) kelas III yang bersekolah di SMP St. Thomas 3 Medan.

4. Umur adalah lamanya murid hidup mulai sejak lahir sampai ulang tahun terakhir murid saat melakukan penelitian (dalam tahun).

5. Tipe tubuh adalah postur tubuh murid yang menunjukkan ciri-ciri khusus yang disesuaikan dengan ciri khusus tipe tubuh.

6. Olah raga adalah tingkat seberapa sering murid melakukan olah raga seperti jalan santai, lari-lari kecil, berenang, sepak bola, basket dan bulu tangkis dalam seminggu.

7. Perilaku merokok adalah kebiasaan murid menghisap rokok atau tidak.

3.7. Aspek Pengukuran

1. Kebiasaan sarapan pagi diketahui melalui kuesioner.

Kebiasaan sarapan pagi murid SMP St. Thomas diukur melalui 10 pertanyaan yang digunakan kepada responden dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberikan nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1.


(45)

1. Baik, jika jawaban responden yang benar lebih dari 75% dengan skor lebih dari 23.

2. Sedang, jika jawaban responden yang benar 40-75% dengan skor lebih dari 12-22. 3. Kurang, jika jawaban responden yang benar kurang dari 40% dengan skor kurang

dari 12.

2. Kesegaran jasmani diukur dengan menggunakan tes Harvard Step.

Kategori kesegaran jasmani/kebugaran ditentukan berdasarkan hasil perhitungan denyut nadi dan disesuaikan dengan standar yang tersedia dengan cara lambat. Pengkategorian dilakukan pada perhitungan cara lambat karena hasil hasil perhitungan akan lebih akurat.

Cara melakukan tes ini yaitu,:

a. Peserta berdiri menghadap bangku yang dibuat menyerupai standar bangku

Harvard Step dengan posisi tegak.

b. Peserta diharuskan naik dan turun bangku setinggi 50 cm (pria) dan 42 cm (wanita) selama 5 menit.

c. Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba “mulai” (stopwatch dihidupkan), kemudian naikkan kaki kiri disamping kaki kanan, lalu turunkan kaki kanan dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya naik dan turun sesuai dengan cara hitungan (aba-aba) tu,wa,ga,pat.

d. Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak dan seluruh telapak kaki menginjak di atas bangku.

e. Bila sebelum mencapai waktu 5 menit peserta sudah lelah, pengukuran dihentikan (stopwatch dihentikan) dan catat waktu.


(46)

f. Segera setelah berhenti, peserta duduk dan istirahat selama 1 menit. g. Setelah istirahat selama 1 menit, hitung denyut nadi cara lambat:

1. Nadi dihitung sebanyak 3 kali, dengan lama perhitungan masing-masing 30 detik. Nadi dihitung pada 1 menit sampai 1 menit 30 detik, 2 menit sampai 2 menit 30 detik, dan 3 menit sampai 3 menit 30 detik. Denyut nadi dihitung dengan bantuan perawat.

2. Hasil perhitungan nadi sebanyak 3 kali kemudian dimasukkan ke dalam rumus kesegaran jasmani sehingga diperoleh hasil perhitungan.

3. Hasil perhitungan kemudian disesuaikan dengan standar kategori kesegaran jasmani dengan cara lambat sehingga diperoleh kategori kesegaran jasmani tiap murid.

Tabel 3.1. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi Dengan Cara Lambat Tes Harvard Step

Hasil Perhitungan Kesegaran Jasmani

≥ 90 Amat Baik

80-89 Baik

65-79 Cukup

55-64 Sedang

≤ 54 Kurang

3. Umur dan jenis kelamin diketahui melaui data responden yang terdapat pada kuesioner.


(47)

4. Tipe tubuh diketahui melalui kuesioner.

Tipe tubuh dapat diketahui melalui 1 pertanyaan yang teradapat pada kuesioner. Responden memilih salah satu jawaban yang tersedia sesuai dengan tipe tubuhnya.

Tipe tubuh dikelompokkan menjadi dua yaitu : (Sutarman, 1994)

a. Tipe ektomorp, dengan ciri-ciri postur tubuh kurus dan tinggi, memiliki tangan dan kaki yang panjang dengan pundak yang lebar dan lemak cenderung menumpuk di bagian paha.

b. Tipe endomorp, dengan ciri-ciri postur tubuh bulat dan pendek, paha dan pinggul yang lebih besar, lengan dan kaki yang cenderung pendek dan lonjong, kaki yang besar, bahu sempit, memiliki dada besar dan lemak cenderung menumpuk di bagian pinggul dan perut.

5. Olah raga diketahui melalui kuesioner.

Olah raga dapat diketahui melalui 1 pertanyaan yang teradapat pada kuesioner. Responden memilih salah satu jawaban yang tersedia sesuai dengan seberapa sering responden melakukan olah raga dalam seminggu.

Olah raga dikelompokkan menjadi tiga yaitu : (Sutarman, 1994)

a. Sering, jika responden melakukan olah raga sebanyak 5 sampai 7 kali dalam seminggu.

b. Jarang, jika responden melakukan olah raga sebanyak 1 sampai 4 kali dalam seminggu.


(48)

6. Perilaku merokok diketahui melalui kuesioner.

Perilaku merokok dapat diketahui melalui 1 pertanyaan yang teradapat pada kuesioner. Responden memilih salah satu jawaban yang tersedia pada kuesioner.

Perilaku merokok dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Ya, jika responden menghisap merokok.

b. Tidak, jika responden tidak menghisap rokok.

3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah diteliti dan dapat dibaca dan tidak ada lagi kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data.

2. Koding, yaitu memberi kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner. 3. Entri data.

3.8.2. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dapat dianalisis secara deskriptif.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for Windows versi 16.0. Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel kebiasaan


(49)

sarapan pagi dengan kesegaran jasmani, digunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 0,05.

Jika ditemukan pada tabel 2 x 2 ada expected count yang kurang dari 5 maka dilakukan Exact Fisher.

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dapat dianalisis secara deskriptif.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Sekolah

SMP Santo Thomas 3 Medan didirikan pada tahun 1974 atas swadaya umat Katolik Sei Sekambing di Gang Harapan No. 6 Medan dengan nama SMP Katolik Sei Sekambing. Pada tahun 1977 sekolah ini diserahkan kepada Yayasan Seksi Pendidikan Keuskupan Agung Medan dan yayasan ini sekarang berubah menjadi yayasan Don Bosco KAM. Nama sekolah ini juga berubah menjadi SMP Santo Thomas 3 Medan. Tahun 1980 sekolah ini pindah ke Jl. Gatoto Subroto No. 7 Medan. Sampai saat ini, sekolah ini terletak di lingkungan Kecamatan Medan Helvetia, tepatnya Jalan Jend. Gatot Subroto Gg. Banteng No. 7 Medan.

SMP Santo Thomas 3 Medan memiliki gedung dengan berlantai tiga yang terdiri dari 24 ruangan dan sudah dilengkapi dengan 12 ruangan kelas, sarana dan prasarana kebersihan, olahraga, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang laboratorium komputer serta prasarana teknologi pendidikan yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.

Saat ini, kepala sekolah SMP tersebut adalah Bapak Drs. U. Silaen, S.Pd.. SMP St. Thomas 3 Medan mempunyai 24 orang guru dan 9 orang pegawai. Jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 512 orang. Berdasarkan jenis kelamin siswa di SMP tersebut terdapat 248 orang siswa perempuan (48,44%) dan 264 orang siswa laki-laki (51,56%).


(51)

Tabel 4.1 Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Perempuan Laki-Laki

n % n % n %

VII 85 34,27 69 26,14 154 30,08

VIII 89 35,89 95 35,98 184 35,94

IX 74 29,84 100 37,88 174 33,98

Jumlah 248 100,00 264 100,00 512 100,00

Sumber : Bagian Tata Usaha SMP St. Thomas 3 Medan Tahun Ajaran 2010/2011

4.2. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti makan diperoleh gambaran responden menurut umur yang dapat dilihat pada tabel 4.2.berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan umur di SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Umur (tahun) Jumlah

n %

1 13-14 34 53,1

2 15-16 30 46,9

Jumlah 64 100,0

Dari tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak pada kelompok umur 13-14 tahun yaitu sebanyak 34 orang (53,1%) dan paling sedikit responden pada kelompok umur 15-16 tahun sebanyak 30 orang (46,9%).

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat diketahui juga bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Responden laki-laki berjumlah 38 orang (59,4%) dan responden perempuan berjumlah 26 orang (40,6%).


(52)

4.3. Tipe Tubuh

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 64 responden diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Genetik/Tipe Tubuh Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Tipe Tubuh Jumlah

n %

1 Tipe ektomorp 41 64,1

2 Tipe endomorp 23 35,9

Jumlah 64 100,0

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden SMP St. Thomas 3 Medan terdapat 41 orang (64,1%) responden dengan tipe tubuh ektomorp (bentuk tubuh kurus dan tinggi, pundak lebar dan lemak cenderung menumpuk di bagian paha) dan 23 orang (35,9%) responden dengan tipe endomorp (bentuk tubuh bulat dan pendek, bahu sempit dan lemak menumpuk di bagian pinggul dan perut). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tipe tubuh ektomorp dengan jaringan lemak lebih sedikit dibandingkan tipe endomorp.

4.4. OlahRaga

Berdasarkan data olah raga yang dikumpulkan dari 64 orang responden diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Olah Raga Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Olah Raga Jumlah

n %

1 Sering (5-7 kali seminggu) 10 15,6

2 Jarang (1-3 kali seminggu) 44 68,8

3 Tidak pernah 10 15,6


(53)

Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden SMP St. Thomas 3 Medan diketahui bahwa responden paling banyak berolah raga sebanyak 1-3 kali seminggu atau kategori jarang sebanyak 44 orang (68,8%).

4.5.Perilaku Merokok

Berdasarkan pengumpulan data perilaku merokok dari 64 orang responden diperoleh hasil data sebagai berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Perilaku Merokok Jumlah

n %

1 Ya 6 9,4

2 Tidak 58 90,6

Jumlah 64 100,0

Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden SMP St. Thomas 3 Medan terdapat 58 orang (90,6%) responden yang tidak merokok dan 6 orang (9,4%) responden merokok.

4.6. Kebiasaan Sarapan Pagi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari kuesioner yang telah diberikan kepada 64 responden, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Kebiasaan Sarapan Jumlah

n %

1 Baik 47 73,4

2 Sedang 17 26,6


(54)

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 47 orang (73,4%) responden telah memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik. Responden yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang sedang sebanyak 17 orang (26,6%).

4.7. Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data kesegaran jasmani yang dikumpulkan dari 64 orang responden diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Kategori Kesegaran Jasmani Jumlah

n %

1 Kurang 60 93,8

2 Sedang 4 6,2

Jumlah 64 100,0

Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa dari 64 orang responden SMP St. Thomas 3 Medan tahun 2011 paling banyak responden memiliki kategori kesegaran jasmani kurang sebanyak 60 orang (93,8%).

4.8. Hubungan Umur dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data umur dan kesegaran jasmani, yang telah dikumpulkan dari 64 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:


(55)

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Umur dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Umur

Kesegaran Jasmani

n % p

Kurang Sedang

n % n %

1 13-14 34 100,00 0 0,00 34 100,00

0,043

2 15-16 26 86,67 4 13,33 30 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 34 orang responden yang berada pada kelompok umur 13-14 tahun terdapat 34 orang (100,00%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang. Uji statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5, maka nilai p dilihat pada Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan (p = 0,043).

4.9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data jenis kelamin dan kesegaran jasmani, yang telah dikumpulkan dari 64 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji

Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Jenis Kelamin

Kesegaran Jasmani

n % p

Kurang Sedang

n % n %

1 Laki-laki 34 89,47 4 10,53 38 100,00

0,140 2 Perempuan 26 100,00 0 0,00 26 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 38 orang responden berjenis kelamin laki-laki terdapat 34 orang (89,47%) memiliki kesegaran jasmani kurang dan 4 orang (10,53%) memiliki kesegaran jasmani sedang. Pada 26 orang responden


(56)

berjenis kelamin perempuan terdapat 26 orang (100,00%) yang memiliki kesegaran jasmani kurang. Uji statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, namun karena adanya

expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5, maka nilai p dilihat pada Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan (p = 0,140).

4.10. Hubungan Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data tipe tubuh dan kesegaran jasmani, yang telah dikumpulkan dari 64 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Tipe Tubuh

Kesegaran Jasmani

n % p

Kurang Sedang

n % n %

1 Tipe ektomorp 39 95,12 2 4,88 41 100,00

0,614 2 Tipe endomorp 21 91,30 2 8,70 23 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 41 orang responden dengan tipe tubuh ektomorp terdapat 39 orang (95,12%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang dan 2 orang (4,88%) yang memiliki kesegaran jasmani yang sedang. Pada 23 orang responden dengan tipe tubuh endomorp terdapat 21 orang (91,30%) yang memiliki kesegaran jasmani kurang dan 2 orang (8,70%) yang memiliki kesegaran jasmani yang sedang. Uji statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5, maka nilai p dilihat pada


(57)

Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tipe tubuh

dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan (p = 0,614).

4.11. Hubungan Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data olah raga dan kesegaran jasmani, yang telah dikumpulkan dari 64 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Olah Raga

Kesegaran Jasmani

n % p

Kurang Sedang

n % n %

1 Sering

(5-7 kali seminggu) 9 90,00 1 10,00 10 100,00

0,628 2 Jarang

(1-3 kali seminggu) 41 93,18 3 6,82 44 100,00 3 Tidak pernah 10 100,00 0 0,00 10 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 10 orang yang sering (5-7 kali seminggu) melakukan olah raga terdapat 9 orang (90,00%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang dan 1 orang (10,00%) yang memiliki kesegaran jasmani yang sedang. Pada 44 orang responden yang jarang (1-3 kali seminggu) melakukan olah raga terdapat 41 orang (93,18%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang dan 3 orang (6,82%) yang memiliki kesegaran jasmani yang sedang. Pada 10 orang responden yang tidak pernah melakukan olah raga dalam seminggu terdapat 10 orang (100,00%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang. Hasil uji statistik dengan


(58)

Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat tidak ada hubungan antara olah raga

dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan (p = 0,628).

4.12. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data perilaku merokok dan kesegaran jasmani, yang telah dikumpulkan dari 64 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji

Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Perilaku Merokok dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Perilaku Merokok

Kesegaran Jasmani

n % p

Kurang Sedang

n % n %

1 Ya 6 100,00 0 100,00 6 100,00

1,000

2 Tidak 54 93,10 4 6,90 58 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 6 orang yang merokok terdapat 6 orang (100,00%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang. Pada 58 orang responden yang tidak merokok terdapat 54 orang (93,10%) yang kesegaran jasmaninya kurang dan 4 orang (6,90%) yang kesegaran jasmaninya sedang. Uji statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5, maka nilai p dilihat pada Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan (p = 1,000).


(59)

4.13. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data kebiasaan sarapan pagi dan kesegaran jasmani, yang telah dikumpulkan dari 64 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji

Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.13. Tabulasi Silang Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

No Kebiasaan Sarapan Pagi

Kesegaran Jasmani

n % p

Kurang Sedang

n % n %

1 Baik 44 93,62 3 6,38 47 100,00

1,000

2 Sedang 16 94,12 1 5,88 17 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 47 orang responden yang memiliki kebiasaan sarapan pagi baik terdapat 44 orang (93,62%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang dan 3 orang (6,38%) yang memiliki kesegaran jasmani yang sedang. Pada 17 orang yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang sedang terdapat 16 orang (94,12%) yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang dan 1 orang (5,88%) yang memiliki kesegaran jasmani yang sedang. Uji statistik dilakukan dengan uji

Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5,

maka nilai p dilihat pada Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan (p = 1,000).


(60)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani, hubungan antara variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

5.1. Hubungan Umur dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahui bahwa murid-murid pada kelompok umur 13-14 tahun lebih banyak memiliki kesegaran jasmani yang kurang daripada pada kelompok umur 15-16 tahun. Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5, maka nilai p dilihat pada Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan p = 0,043 (p < 0,05).

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Sutarman (1994) yang menyatakan bahwa daya tahan kardiovaskuler meningkat dan mencapai maksimal di usia 20-30 tahun. Daya tahan tersbut akan semakin menurun sesuai pertambahan usia. Daya tahan jantung paru diperlukan bagi anak usia sekolah untuk mempertahankan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti untuk belajar dan bermain.

Penelitian ini dikatakan sejalan dengan pendapat Sutarman karena penelitian ini dilakukan pada kelompok umur kurang dari 20-30 tahun sehingga ada kemungkinan murid pada kelompok umur 15-16 memiliki tingkat kesegaran jasmani yang lebih baik dari kelompok umur 13-14 tahun.


(61)

5.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Exact Fisher dapat dilihat dari murid-murid yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang dan perempuang seluuruhnya memliki kesegaran jasmani yang kurang. Uji statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5, maka nilai p dilihat pada

Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan p = 0,140 (p > 0,05). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian J.,Sharkey (2003),yang menyatakan bahwa sebelum puber, anak laki-laki dan perempuan memiliki kesegaran jasmani yang sedikit berbeda. Rata-rata wanita muda memiliki kesegaran jasmani 15%-25% lebih kecil dari pria muda, tergantung frekuensi olah raga.

Hasil penelitian ini tidak sejalan disebabkan oleh murid perempuang lebih sering melakukan olah raga daripada murid laki-laki sehingga pada penelitian ini murid perempuan lebih sedikit yang memiliki kesegaran jasmani kurang dibandingankan laki-laki.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan pendapat Sutarman (1994), yang menyatakan bahwa kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler, yang merupakan komponen kesegaran jasmani, pada anak-anak, pria dan wanita tidak berbeda.

Penelitian ini tidak sejalan karena murid perempuan lebih sering melakukan olah raga daripada laki-laki sehingga daya tahan kardiovaskuler, yang merupakan


(62)

komponen kesegaran jasmani, pada murid perempuan dapat lebih baik daripada murid laki-laki.

5.3. Hubungan Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-Square bahwa murid-murid yang memiliki tipe tubuh ektomorp dan tipe endomorp sebagian besar memiliki kesegaran jasmani kurang. Uji statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, namun karena adanya

expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5, maka nilai p dilihat pada Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tipe tubuh dengan

kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan p = 0,614 (p > 0,05).

Penelitian tidak sejalan dengan pendapat Sutarman (1994), yang menyatakan seseorang yang memiliki tipe endomorp cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe ektomorp. Seseorang dengan tipe tubuh endomorp akan memiliki kesegaran jasmani yang lebih kecil dibandingkan dengan orang yang memiliki tipe tubuh ektomorp.

Penelitian ini tidak sejalan karena murid dengan tipe tubuh endomorp lebih banyak yang melakukan olah raga sehingga kesegaran jasmaninya lebih baik dari murid dengan tipe tubuh ektomorp.

5.4. Hubungan Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa murid-murid yang jarang melakukan olah raga sebagian besar memiliki kesegaran jasmani yang kurang. Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat tidak ada hubungan


(63)

antara olah raga dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan p = 0,628 (p > 0,05).

Penelitian tidak sejalan dengan pendapat Sutarman (1994), aktivitas fisik mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang teratur dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, yang merupakan komponen kesegaran jasmani, dan mengurangi lemak tubuh.

5.5. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa semua murid yang merokok memiliki kesegaran jasmani kurang sedangkan murid yang tidak merokok hanya sedikit yang memiliki kesegaran jasmani yang sedang. Hasil uji statistik dengan

Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5

maka nilai p dilihat pada Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan

p = 0,506 (p > 0,05).

Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Sutarman (1994), kebiasaan merokok terutama berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler, yang merupakan komponen kesegaran jasmani. Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO). Daya ikat CO pada haemoglobin sebesar 200-300 kali lebih kuat daripada oksigen. Adanya ikatan CO pada haemoglobin akan menghambat pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh yang memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-12 batang sehari, di dalam haemoglobin mengandung 4,9% CO maka kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan akan menurun sekitar 5%.


(64)

Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Sutarman karena banyak murid yang tidak merokok jarang melakukan olah raga untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, yang merupakan komponen kesegaran jasmani.

5.6. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani

Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-Square dapat dilihat bahwa dari murid-murid yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik lebih yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang. Hasil uji statistik dengan Chi-Square, namun karena adanya expected count pada tabel 2 x 2 yang kurang dari 5 maka nilai p dilihat pada

Exact Fisher. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan

sarapan pagi dengan kesegaran jasmani, dengan taraf signifikan p = 1,000 (p > 0,05). Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Khomsan (2002), sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan energi yang cukup.

Hasil penelitian ini tidak sejalan karena sebagian besar murid di SMP St. Thomas 3 Medan masih ada yang mengonsumsi sarapan pagi dengan makanan yang tidak lengkap, seperti nasi dan lauk, nasi dan sayur atau pun hanya makan roti. Bahkan, ada murid yang hanya minum susu atau pun teh manis sebagai sarapan pagi. Padahal aktivitas yang mereka lakukan di pagi hari, terutama di sekolah, membutuhkan energi yang banyak sehingga tidak mencukup kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas secara maksimal.


(65)

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian Sudrajat (2009), yang melakukan penelitian pada anak sekolah dasar (SD), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kontribusi energi dari sarapan pagi dengan tingkat kesegaran jasmani.

Hal ini disebabkan murid-murid masih ada yang tidak menngonsumsi makanan utama, seperti lontong, nasi gurih dan nasi soto untuk sarapan di pagi hari sehingga energi yang diperoleh dari makanan tidak memenuhi kebutuhan mereka untuk melakukan aktivitas secara maksimal atau tanpa merasa kelelahan.

Namun, penelitian sejalan dengan hasil penelitian Ferry (2004), yang melakukan penelitian pada atlet sepak bola PS. Semen Padang Devisi Utama PSSI Liga Bank Mandiri Tahun 2003. Peneliti melakukan tes daya tahan jantung paru untuk mengetahui kesegaran jasmani para atlet. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi karohidrat dan pola konsumsi lemak dengan daya tahan jantung paru. Penelitian ini sejalan karena makanan yang dikonsumsi murid untuk sarapan tidak menyumbangkan cukup energi untuk mereka melakukan aktivitas secara maksimal.


(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan sebagimana telah diuraikan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan :

1. Murid-murid sebagian besar memiliki tipe tubuh ektomorp (64%).

2. Murid-murid sebagian besar (64,1%) jarang melakukan olah raga dalam seminggu.

3. Murid-murid sebagian besar (90,6%) memiliki kebiasaan tidak merokok.

4. Sebagian besar murid sudah memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik (73,4%). 5. Tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani karena

murid-murid ada yang tidak mengonsumsi makanan lengkap (nasi, lauk dan sayur).

6.2. Saran

1. Kepada murid-murid sebaiknya melakukan aktivitas fisik/ olah raga yang sering untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan mengonsumsi sarapan pagi dengan makanan lengkap (nasi,lauk dan sayur).

2. Kepada guru-guru di sekolah sebaiknya terus mengingatkan murid-murid untuk mengonsumsi sarapan dengan makanan lengkap (nasi, lauk dan sayur) dan melakukan aktivitas fisik/olah raga yang sering untuk meningkatkan kesegaran jasmani murid-murid.


(1)

(2)

(3)

Frequency Table

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 13-14 34 53.1 53.1 53.1

15-16 30 46.9 46.9 100.0

Total 64 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 38 59.4 59.4 59.4

perempuan 26 40.6 40.6 100.0

Total 64 100.0 100.0

Tipe Tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tipe Endomorp 23 35.9 35.9 35.9

Tipe Ektomorp 41 64.1 64.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

Olah Raga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 10 15.6 15.6 15.6

Jarang (1-3 kali seminggu) 44 68.8 68.8 84.4

Sering (5-7 kali seminggu) 10 15.6 15.6 100.0


(4)

Perilaku Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 6 9.4 9.4 9.4

Tidak 58 90.6 90.6 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kebiasaan Sarapan Pagi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 17 26.6 26.6 26.6

Baik 47 73.4 73.4 100.0

Total 64 100.0 100.0

Kesegaran Jasmani

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 60 93.8 93.8 93.8

Sedang 4 6.2 6.2 100.0


(5)

DOKUMENTASI

Gambar 1. Responden Sedang Mengisi Kuesioner Sarapan Pagi


(6)

Gambar 3. Denyut Nadi Responden Dihitung Setelah Melakukan Harvard Step Test


Dokumen yang terkait

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

2 66 127

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012.

7 81 74

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI SARAPAN PAGI DENGAN KEBUGARAN JASMANI SISWI KELAS VII DI SMP NEGERI 26 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011 2012

2 16 94

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar.

2 6 12

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar.

0 3 11

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWI Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi Dan Status Gizi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswi Di Pondok Madrasah Aliyah Al – Manshur Tegalgondo, Klaten.

0 3 19

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Kualitas Kebugaran Jasmani Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.

2 3 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa SD Negeri Di Kelurahan Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 1 15

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI

0 1 102

34 HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

0 3 6