BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Pengertian Food and Beverage Departemen
Food and Beverage Departemen diartikan sebagai bagian yang mengurus makanan dan minuman, sedang defenisi Food and Beverage secara khusus
dilihat dari ruang lingkup usaha perhotelan adalah bagian dari hotel yang mengurus dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan pelayanan makan dan minum
serta kebutuhan lain yang terkait, dari para tamu yang tinggal maupun tidak di hotel tersebut, dan dikelola secara komersial serta profesional.
II.2 Fungsi Food and Beverage Departemen
Disebabkan rumitnya penanganan dan pengelolaan makanan serta minuman tersebut, maka hotel membentuk suatu bagian khusus menangani bidang ini.
Bagian khusus tersebut adalah Food and Beverage Departemen. Sebagai bagian khusus yang menangani makanan dan minuman, maka fungsi
dan eksistensi Food and Baverage Departemen di dalam usaha perhotelan antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi hotel.
b. Sebagai pengelola dan penyelenggara jasa pelayanan makanan dan
minuman, yang meliputi penjualan, pelayanan, dan pengolahan makanan dan minuman.
c. Mendatangkan pemasukan bagi hotel.
d. Membangun citra, pretise dan prestasi hotel.
e. Merupakan bagian yang menyerap jumlah tenaga kerja cukup besar.
Universitas Sumatera Utara
II.3 Tujuan Food and Beverage Departemen
1. Menjual makanan dan minuman sebanyak-banyaknya dengan harga yang
sesuai. 2.
Memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada tamu hingga tamu merasa puas. Hal ini menyangkut mutu pelayanan, mutu makanan dan minuman,
sikap karyawan, dekorasi ruangan serta suasana sekitar, peralatan yang dipakai dan sanitasinya kebersihannya.
3. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan kesinambungan usaha.
II.4 Pengertian Pelayanan
Menurut pendapat Na’imuddin dkk, 2003:9-10 sebelum mengetahui pengertian dari pelayanan, terlebih dahulu mengetahui ciri-ciri atau karakteristik dari
pelayanan itu. Karakteristik yang dimaksud adalah :
1. Pelayanan tidak dapat diukur.
Pelayanan memiliki sifat-sifat intangible tidak dapat diukur, oleh karena itu pelayanan tidak dapat diraba, melainkan hanya dapat dirasakan oleh
orang yang mendapat layanan. 2.
Pelayanan bersifat emosional. Pelayanan hanya dapat dirasakan dan tidak diraba, karena lebih
bersifat emosional daripada rasional. Pelayanan biasanya tidak dinyatakan secara realistis melainkan cenderung dilebih-lebihkan atau dikurangi,
tergantung suasana perasaan ketika memberikan penilaian.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelayanan bergantung pada harapan tamu.
Jika pelayanan tidak memenuhi harapan tamu maka layanan itu kurang memiliki bobot, tetapi jika pelayanan itu dilakukan melebihi harapan tamu
maka layanan itu telah memiliki bobot. 4.
Pelayanan dapat dijual tetapi tidak dapat dimiliki. Tamu dapat membeli layanan dan memilikinya selama di restoran tetapi
tidak dapat membawanya pulang. Sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pelayanan tersebut maka dapat
diperoleh pengertian pelayanan dalam dua sisi atau segi yang berbeda, yaitu segi dari pemberi layanan dan dari segi penerima layanan. Dari segi pemberi layanan, yang
dimaksud dengan pelayanan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan seseorang, sedangkan dari segi penerima layanan, pelayanan diartikan
sebagai rasa puas menyenangkan atau rasa kecewa mengecewakan yang dialami tamu pada saat menerima layanan.
II.5 Pengertian dan Tugas Pramusaji