Putusan No.2.743Pid.B2006PN.Mdn.  Analisa dari Aspek Hukum Pidana

h. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa selama putusan ini berkekuatan hukum tetap, dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. i. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan. j. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sejumlah Rp.5000,00 lima ribu rupiah.

B. Analisa Kasus

1. Putusan No.2.743Pid.B2006PN.Mdn.  Analisa dari Aspek Hukum Pidana

Berdasarkan kasus yang Penulis dapatkan dari Pengadilan Negeri Medan terhadap putusan perkara pidana nomor No. 2.743Pid.B2008PN.Mdn mengenai tindak pidana mengenai perdagangan anak untuk tujuan prostitusi, maka Penulis akan memberikan analisa terhadap kasus tersebut yakni sebagai berikut : Kejahatan yang dilakukan terdakwa Raden Winanda Heru Syahputra adalah memperdagangkan anak untuk dijual atau perempuan yang belum dewasa dengan cara mengirimkan perempuan-perempuan tersebut ke Malaysia. Perbuatan terdakwa ini terbukti secara sah sebagaimana diatur dalam Pasal 83 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan 297 KUHPidana. Lebih lengkap rumusan pasalnya adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Pasal 83 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak : “Setiap orang yang memperdagangkan, menjual atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp. 60.000.000,- enam puluh juta rupiah”. b. Pasal 297 KUHPidana. “Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”. Unsur-unsur dari Pasal 83 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah sebagai berikut : 1. Barang siapa. 2. Memperdagangkan, menjual atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual. Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 297 KUHPidana adalah sebagai berikut : 1. Barang siapa. 2. Memperdagangkan perempuan dan laki-laki yang belum dewasa. Menurut Penulis, perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur diatas dengan dengan dapat mengemukakan alasan sebagai berikut : 1. Terdakwa sebagai subjek hukum selama persidangan dapat menjawab segala pernyataan dengan baik dan cakap bertindak dalam hukum dan Universitas Sumatera Utara 2. Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di dalam persidangan bahwa terbukti benar terdakwa telah mengirimkan perempuan ke malaysia demi mendapatkan keuntungan diri sendiri. 3. Bahwa benar terdakwa telah melakukan perdagangan perempuan yang masih belum dewasa atau anak-anak yaitu korbannya yang pada saat itu masih berumur 16 tahun. Penulis dapat menafsirkan dakwaan kedua yaitu pasal 297 KUHPidana dengan menggunakan penjelasan soesilo yang diperkuat oleh Noyon- Langemeyer seperti dikutip oleh Wirjono Prodjodikoro, yang secara tegas menyatakan bahwa : 101 “perdagangan perempuan harus diartikan sebagai semua perbuatan yang langsung bertujuan untuk menempatkan seorang perempuan dalam keadaan tergantung dari kemauan orang lain, yang ingin menguasai perempuan itu untuk disuruh melakukan perbuatan-perbuatan cabul dengan orang ketiga prostitusi”. Dengan penjelasan ini, menjadi terang bagi Penulis bahwa Pasal 297 KUHP pada dasarnya memang terbatas bagi perdagangan perempuan dan anak laki-laki di bawah umur untuk tujuan prostitusi. Kesimpulan ini tentunya menjadi lebih kuat apabila kita lihat dari penempatan pasal 297 KUHP dalam 101 R. Soesilo, 1995, KUHP serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politea, Bogor, hal. 217. Universitas Sumatera Utara Bab tentang kejahatan terhadap Kesusilaan dan berada di bawah Pasal 296 KUHP tentang mucikari. Terdakwa sebagai pelaku perdagangan anak di bawah umur harus harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menjalani hukuman penjara selama 5 lima tahun, dikurangi selama terdakwa berada di dalam tahanan, dan denda sebesar Rp.60.000.000,-.enam puluh juta rupiah. Pada putusan hakim, Penulis memperhatikan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan yang menjadi bahan pertimbangan hakim. Penulis juga memperhatikan uraian pembelaan dari terdakwa. Penulis juga menyesuaikan antara keterangan para saksi, serta adanya keterangan terdakwa yang saling berhubungan satu sama lain dapat disimpulkan bahwa perbuatan terdakwa merupakan perdagangan orang. Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis berpendapat bahwa Putusan No.2.743Pid.B2006PN.Mdn telah sesuai dengan analisa hukum pidana yang dibuat Penulis. Dimana terdakwa memang terbukti memperdagangkan anak untuk dijual dan perempuan yang belum dewasa.  Analisa dari Aspek Kriminologi Tujuan dari perdagangan anak di bawah umur dalam kasus ini adalah untuk prostitusi atau pelacuran. Dimana terdakwa mengirim para korban ke Malaysia demi mendapatkan sejumlah uang. Sesampainya korban di tempat tujuan para korban dipekerjakan sebagai pekerja prostitusi. Universitas Sumatera Utara Modus operandi dalam kasus ini adalah eksploitasi buruh migran untuk tujuan prostitusi karena sebelumnya korban menyetujui bekerja sebagai TKW di Malaysia. Namun pada kenyataan korban tidak mendapatkan haknya ditambah dengan siksaan fisik, psikologis, maupun seksual karena harus melakukan persetubuhan atas paksaan orang lain. Tipu daya atau penipuan terdakwa, berkenaan dengan apa yang dijanjikan dan realisasinya, yakni dalam kasus ini mencakup jenis pekerjaan korban merupakan seorang perempuan di bawah umur dijanjikan sebagai TKW, namun kemudian ternyata dijadikan sebagai pelacur dan kondisi korban berakhir dengan tidak menerima sebahagian atau keseluruh upah yang menjadi haknya, dipaksa bekerja melacurkan diri, dirampas surat-surat identitasnya, dan dikurung. Penulis dapat menuliskan beberapa faktor penyebab perdagangan orang dalam kasus ini, yaitu : 1. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan korban untuk mencari pekerjaan di luar negeri sebagai TKW di Malaysia demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 2. Kurangnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Ketika dengan pengetahuan dan pengalaman yang kurang, terkadang seseorang dapat mengambil resiko bekerja di tempat yang jauh atau luar negeri demi mendapatkan pengasilan untuk hidup yang layak. Uang yang didapatkan lalu dikirimkan kepada keluarganya di kampung atau daerah asal. Menurut Penulis uang yang Universitas Sumatera Utara 3. Tingkat pendidikan yang rendah. Ada pendapat ahli yang menyatakan bahwa “knowledge is a power”. Maksud dari kalimat tersebut apabila dihubungkan dengan kriminologi, bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan akan menyelamatkan hidupnya dari segala bentuk yang merugikan termasuk kejahatan. Dan pengetahuan didapatkan dari proses pendidikan di bangku sekolah maupun kuliah. Dimana korban dalam kasus ini tidak memiliki pendidikan yang tinggi sehingga hal tersebut menjadi faktor terjerumus dalam perdagangan orang. Dalam hal perbuatan terdakwa dalam kasus ini, ada beberapa alasan yang mengakibatkan terdakwa melakukan tindak pidana perdagangan orang, yakni : 1. Alasan ekonomi, dimana dalam pengakuan terdakwa di depan pengadilan bahwa uang yang didapat dari hasil mengirimkan perempuan ke Malaysia digunakan terdakwa untuk biaya hidup keluarga. 2. Alasan pemikiran yang menyimpang dari dalam diri, Karena orang-orang dari kelas bawah tidak mempunyai sarana-sarana yang sah legitimate means untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menjadi frustasi dan beralih menggunakan sarana-sarana yang tidak sah di dalam keputusasaan tersebut. Universitas Sumatera Utara Kemiskinan bukan hanya dapat menyebabkan seseorang melakukan perbuatan jahat, namun juga dapat menyebabkan seseorang terperangkap dan menjadi korban dari suatu kejahatan. Faktor dorongan dalam diri pelaku kejahatan juga tidak terlepas dari penyebab suatu kejahatan. Lingkungan yang mencitakan gap antara si kaya dan si miskin terkadang dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan dapat mendorong si miskin berbuat kejahatan demi memperbaiki kualitas hidupnya dengan cara-cara yang dinilai tidak halal.

2. Putusan No.1.262Pid.B2008PN.Mdn.  Analisa dari Aspek Hukum Pidana

Dokumen yang terkait

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

IMPLEMENTASI RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG.

0 0 1

Penerapan hukum terhadap tindak pidana perdagangan orangdengan eksploitasi anak dibawah umur dengan undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

0 0 1

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 14

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 3

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 35

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 1 59

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 7

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG(Kajian Putusan No.1554Pid.B2012PN.Mdn) SKRIPSI

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 28