Kemiskinan bukan hanya dapat menyebabkan seseorang melakukan perbuatan jahat, namun juga dapat menyebabkan seseorang terperangkap dan
menjadi korban dari suatu kejahatan. Faktor dorongan dalam diri pelaku kejahatan juga tidak terlepas dari penyebab suatu kejahatan. Lingkungan yang
mencitakan gap antara si kaya dan si miskin terkadang dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan dapat mendorong si miskin berbuat kejahatan demi
memperbaiki kualitas hidupnya dengan cara-cara yang dinilai tidak halal.
2. Putusan No.1.262Pid.B2008PN.Mdn. Analisa dari Aspek Hukum Pidana
Dalam kasus ini yang menjadi terdakwa adalah Delvi Panjaitan yang berjenis kelamin perempuan. Perempuan yang menjadi terdakwa di depan
hukum harus sama kedudukannya dengan pria. Pasal 15 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap wanita, yang diratifikasi
melalui Undang-Undang No.7 Tahun 1984, mewajibkan negara memberikan persamaan hak kepada perempuan dan laki-laki di depan hukum.
102
Berdasarkan kasus yang Penulis dapatkan dari Pengadilan Negeri Medan terhadap putusan perkara pidana nomor No. 1.262Pid.B2008PN.Mdn
mengenai tindak pidana mengenai perdagangan anak untuk tujuan prostitusi, maka Penulis akan memberikan analisa terhadap kasus tersebut yakni sebagai
berikut :
102
Sulistyowati Irianto, Op. Cit, Hal 90.
Universitas Sumatera Utara
Kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa dalam kasus ini adalah melakukan perdagangan orang dan anak di bawah umur yaitu mempekerjakan
korban yang masih di bawah umur untuk melakukan hubungan suami istri dengan tamu-tamu yang datang ke cafenya. Perbuatan terdakwa ini telah
terbukti secara sah sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
jo Pasal 55 ayat 2 ke-2e KUHP. Lebih lengkap rumusan pasalnya adalah sebagai berikut :
a. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang :
“Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang,
atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetuujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling
lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,-Seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.
600.000.000,-Enam ratus juta rupiah.”
b. Pasal 55 ayat 1 ke-1e KUHP : “mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan.”
Unsur-unsur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo Pasal 55 ayat 1
ke-1e KUHP antara lain sebagai berikut : a. Barang siapa.
Universitas Sumatera Utara
b. Yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan.
c. Tanpa hak dan melawan hukum melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara
Republik Indonesia. Menurut analisa Penulis, bahwa benar perbuatan terdakwa telah
memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
jo Pasal 55 ayat 2 ke-2e KUHP dengan dapat mengemukakan beberapa alasan, yaitu :
1. Bahwa dilihat dari definisi perdagangan orang maka telah sesuai tindakan yang dilakukan Terdakwa dengan tindak pidana perdagangan
orang khususnya terhadap anak di bawah umur karena korbannya masih anak di bawah umur. Yaitu ada unsur pemindahan orang dari
tempatnya dengan cara iming-iming dan tipu daya. 2. Berdasarkan keterangan-keterangan para saksi dalam kasus tersebut
serta pengakuan oleh terdakwa sebagai pelaku perdagangan orang dan
Universitas Sumatera Utara
3. Berdasarkan dengan fakta-fakta yang terungkap di dalam persidangan dihubungkan dengan keterangan para saksi bahwa terdakwa telah
melakukan perdagangan orang dan menyuruh melakukan yakni menyuruh korban untuk berhubungan suami istri dengan tamu yang
datang ke cafe tersebut dengan imbalan uang. Dan korban merasa keberatan lalu mengadukan terdakwa ke pihak yang berwajib.
4. Berdasarkan fakta-fakta di persidangan dan keterangan para saksi bahwa benar korban yang pada awalnya hanya diberitahu akan
dipekerjakan sebagai pelayan cafe ternyata dipekerjakan untuk melayani nafsu laki-laki hidung belang di cafe milik terdakwa. Dan
korban sebelumnya tidak mendapat ijin dari orang tuanya untuk bekerja sebagai pelayan cafe di Bagan Batu, Riau. Jadi perbuatan
terdakwa tersebut merupakan tanpa hak dan melawan hukum dengan cara penipuan dan memanfaatkan dengan memberi bayaran kepada
korban. 5. Terdakwa telah mengeksploitasi korban yaitu dengan atau tanpa
persetujuannya. Eksploitasi dalam kasus ini serupa dengan pelacuran, perbudakan, pemanfaatan fisik atau seksual.
Pelaku yang dijadikan terdakwa dalam kasus ini adalah Delvi Panjaitan. Pelaku tindak pidana Perdagangan orang dalam kasus ini merupakan manusia
Universitas Sumatera Utara
sebagai subjek hukum pidana yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam fakta-fakta persidangan terdakwa terbukti telah turut
serta melakukan perdagangan anak di bawah umur sehingga harus mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut.
Terdakwa sebagai pelaku perdagangan anak di bawah umur harus harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menjalani hukuman penjara
selama 8 delapan tahun, dikurangi selama terdakwa berada di dalam tahanan, dan denda sebesar Rp.120.000.000,-seratus dua puluh juta rupiah.
Jaksa penuntut umum telah secara tepat menggunakan ketentuan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang untuk membuat dakwaan dan tuntutan terhadap terdakwa. Meskipun untuk dakwaan kedua yaitu si terdakwa melanggar pasal 11 Undang-
Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, berdasarkan fakta-fakta yang ada di dalam persidangan
tidak terbukti melakukan pemufakatan jahat dalam aksinya. Sedangkan untuk dakwaan ketiga yaitu melanggar Pasal 83 Tahun Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sudah tidak relevan lagi karena dalam kaitannya dengan kasus tersebut, telah di undangkannya suatu peraturan
perundang-undangan yang lebih khusus mengatur tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang atau lex specialis derograt lex generalis yaitu
dengan adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Universitas Sumatera Utara
Pada putusan hakim, Penulis memperhatikan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan yang menjadi bahan pertimbangan hakim.
Penulis juga memperhatikan uraian pembelaan dari terdakwa. Perdamaian yang dilakukan terdakwa dengan korban dan keluarga
korban telah menjadi pertimbangan hakim yang penting dalam memberi putusan. Namun hal ini tidaklah menghapus tuntutan pidana dari jaksa
penuntut umum, tetapi hanya meringankan. Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis berpendapat bahwa Putusan
No.1.262Pid.B2008PN.Mdn telah sesuai dengan analisa hukum pidana yang dibuat Penulis. Dimana terdakwa memang terbukti telah turut serta melakukan
perdagangan orang dan anak di bawah umur.
Analisa dari Aspek Kriminologi
Tujuan dari perdagangan orang dan anak di bawah umur di kasus ini adalah untuk prostitusi atau pelacuran. Dimana korban yaitu Angel Bulan
Agustina yang masih belum dewasa harus bekerja ke tempat yang jauh demi mencari penghasilan. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor penyebab
perdagangan orang, yaitu sebagai berikut : 1. Tingkat pendidikan yang masih rendah, pengetahuan dan
pengalaman yang masih terbatas sehingga korban dapat terjerumus dalam kejahatan perdagangan orang.
2. Kemiskinan, dimana korban membutuhkan pekerjaan untuk mencari penghasilan dan memenuhi hidupnya. Dan korban berasal dari latar
Universitas Sumatera Utara
103
3. Keadaan lingkungan tempat tinggal, dimana banyak pengangguran sehingga tidak mendorong seseorang untuk menjadi generasi muda
yang mengejar cita-cita. Modus yang digunakan oleh terdakwa yaitu dengan penipuan dan janji
atau iming-iming kerja dengan penghasilan yang lumayan. Karena hal tersebut, korban terperangkap dalam suatu kejahatan perdagangan orang dan anak di
bawah umur. Dan juga korban masih anak-anak dimana menurut psikologi perkembangan masih berada dalam masa progresif
104
dimana seringkali mengalami emosi yang labil dalam mengambil keputusan. Masa progresif ini
berada pada umur 0-20 tahun.
105
Karena keinginan yang sangat besar dalam memperoleh sebuah pekerjaan, sering kali para pencari kerja menjadi sasaran empuk bagi pelaku
perdagangan orang. Kondisi ini amat menguntungkan bagi para majikan yang ingin mengeksploitasi mereka, misalnya eksploitasi seksual seperti kasus ini.
103
Harkristuti Harkrisnowo, Op. Cit, Hal. 60.
104
Masa Progresif merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sebenarnya baik fisik maupun psikis. Pada masa ini seorang manusia mengalami masa krisis dalam
hidupnya. Disebut masa krisis, karena masa itu terjadi kegoncangan-kegoncangan kejiwaan dan jasmaniah yang menempatkan seseorang itu dalam keadaan yang harus diperhatikan dan
mendapat pengarahan yang serius.
105
Chainur Arrasjid, 1998, Suatu pemikiran tentang psikologi kriminal, Medan, Kelompok Studi Hukum Dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga menurut Penulis sudah seharusnya bagi pemerintah untuk lebih melindungi para pekerja khususnya perempuan dan anak-anak dengan
melakukan upaya-upaya preventif atau pencegahan lebih dini untuk memberantas perdagangan orang di Indonesia.
C. Komparasi