2.2.2.4 Pembelajaran Menulis Teks Drama
Drama teks disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre sastra, drama teks dibangun oleh struktur fisik kebiasaan dan struktur batin semantik,
makna. Wujud fisik sebuah teks adalah dialog atau ragam tutur. Ragam tutur itu adalah ragam sastra. Ragam tutur tiap daerah berbeda-beda, oleh sebab itu, bahasa
dan maknanya tunduk pada konvensi sastra, yang menurut Teeuw dalam Harymawan KMA 1986:6 meliputi hal-hal berikut ini.
1. Teks sastra memiliki unsur atau struktur batin atau intern Structure relation,
yang bagian-bagiannya saling berkaitan. 2.
Teks sastra juga memiliki struktur luar atau extern structure relation, yang terikat oleh bangsa pengarangnya.
3. Sistem sastra juga merupakan model dunia sekunder, yang sangat kompleks
dan bersusun-susun. Selanjutnya Teeuw juga menyebutkan tiga ciri khas karya sastra, yaitu sebagai berikut:
a. Teks sastra merupakan keseluruhan yang tertutup, yang batasnya
ditentukan dengan kebulatan makna. b.
Dalam teks sastra ungkapan itu sendiri penting, diberi makna, disemantiskan segala aspeknya, barang atau persoalan yang dalam
kehidupan sehari-hari tidak bermakna, diberi makna. c.
Dalam memberi makna itu di satu pihak karya sastra terikat oleh konvensi, tetapi dilain pihak menyimpang dari konvensi. Karya sastra menunjukkan
ketegangan antara konvensi dengan pembaharuan, antara mitos dengan kontra mitos Teeuw 1983:3
– 5.
Hal yang pokok dalam ciri drama adalah dialog dan konflik. Kekuatan dialog akan didukung oleh teks samping yang jelas. Teks samping atau petunjuk
teknis biasanya memberikan pertunjukkan mengenai gerak-gerik, situasi, tokoh karakter tokoh, mimik wajah, ekspresi, keras lemahnya suara, dan sebagainya
Luxemburg 1984:166. Adapun konflik itu terjadi antarpelaku utama dengan pelaku penentang karena konflik manusia merupakan dasar dari teks drama.
Konflik yang tajam dan penuh kejutan disertai dengan dialog yang mantap akan menjadikan teks drama yang ditulis semakin menarik.
Dialog dan konflik dalam teks drama merupakan hal yang sangat penting, tanpa adanya salah satu di antaranya maka teks drama tidak akan ada. Dialog-
dialog dalam teks drama berbeda dengan percakapan biasa. Dialog dalam drama sangat menentukan karakter tokoh, sehingga penggunaan gaya bahasa dalam
dialog perlu diperhatikan sebagai penguatan perwatakan tokoh. Dan dalam dialog- dialog tersebut akan menimbulkan konflik.
Luxemburg dalam Hartoko 1989:153 mengatakan bahwa teks drama adalah teks yang berupa dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur.
Teks drama dapat diberi batasan sebagai salah satu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan
untuk dipentaskan. Teks drama juga merupakan telaah drama yang dikaitkan dengan sastra.
Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hal yang paling pokok dalam teks drama adalah dialog. Selain dialog dalam teks drama hal yang juga
penting dan utama adalah pembangunan konflik.
Pembelajaran menulis teks drama dalam penelitian ini adalah untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis teks drama dengan baik dan benar,
serta sesuai dengan kaidah penulisan drama. Pembelajaran menulis teks drama tidak akan maksimal tanpa terlebih dahulu dilakukan latihan. Latihan menulis teks
drama dilakukan secara bertahap agar siswa mampu menulis teks drama dengan benar.
Waluyo 2003:159 menyatakan bahwa latihan menulis yang berkaitan dengan drama dapat berupa menulis drama sederhana, menulis sinopsis drama,
menulis saduran drama, dan menulis resensi teks drama maupun pementasan drama. Tugas menulis itu dapat secara individual maupun secara kelompok.
Hasilnya dapat dilaporkan kepada guru secara tertulis, dapat juga dibaca di depan kelas.
Guru dapat berkreasi dalam menerapkan pendekatan pembelajaran untuk menciptakan kelas yang hidup yang mendorong berbagai kegiatan pada siswa agar
kegiatan menulis drama menjadi lebih kreatif. Pendekatan kontekstual komponen konstruktivisme, inkuiri, dan pemodelan merupakan salah satu alternatif yang
dipilih dalam menghidupkan kelas untuk memberdayakan siswa belajar menulis teks drama.
2.2.3 Pendekatan Kontekstual 2.2.3.1 Hakikat Pendekatan Kontekstual