2 Metode Pendekatan KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DALAM REKRUTMEN HAKIM AGUNG SEBELUM DAN SESUDAH ADA KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27 PUU XI 2013
informan terkait dengan rekrutmen hakim agung di Komisi III DPR RI dan mekanisme yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam mencari calon hakim
agung yang memiliki integritas.Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah Tenaga Ahli Komisi III DPR RIBapak Dr. Agus Budianto,SH,MH
bersama Ketua Bagian Sekretariat Jenderal Komisi III DPR RI Ibu Dra. Tri Budi Utami,M.Si dan anggota Komisi Yudisial bagian rekrutmen hakim agung
Bapak Tabah Sulistyo, SH dan Ibu Lina Maryani, SH. Hasil penelitian melalui wawancara di Komisi III DPR RI peneliti
mendapatkan informasi dari informan tentang peran DPR dalam rekrutmen hakim agung yang dinilai sangat penting dan untuk menjaga check and balance
diantara lembaga negara dalam rekrutmen hakim agung, selain itu lembaga DPR RI sendiri menyatakan lebih transprasan dan selektif dalam menguji
setiap calon hakim agung yang diusulkan oleh Komisi Yudisial. Selain itu peneliti juga mendapatkan informasi tentang dasar-dasar yang dijadikan bahan
pertimbangan oleh Komisi III DPR RI dalam memberikan persetujuan dan tidak memberi persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh Komisi
Yudisial.Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan anggota Komisi Yudisial bagian rekrutmen hakim agung memperoleh informasi bahwa Komisi Yudisial
sangat selektif dalam menyeleksi calon hakim agung baik dari hakim karir maupun non karir yang berdasarkan pada Peraturan Komisi Yudisial Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 meskipun masih terdapat kendala diantaranya sedikitnya minat hakim pengadilan dibawah Mahkamah Agung yang ingin
menjadi hakim agung. Hasil penelitian melalui observasi peneliti telah
melakukan pengamatan dari jalannya fit and propertest calon hakim agung di Komisi III DPR RI pada tanggal 15 dan 18 September 2014 dimana terdapat 5
calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR RI dan kemudian hanya 4 orang calon hakim agung yang diberikan persetujuan
sedangkan 1 orang diantaranya dinilai tidak memenuhi kriteria sebagai hakim agung sehingga tidak diberikan persetujuan.