Manfaat Teoritis Manfaat Praktis

21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Negara Hukum Dalam Perspektif Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Amandemen

Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 dijelaskan “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Pernyataan ini membawa konsekuensi bahwa didalam penyelenggaraan Negara harus berdasarkan pada hukum yang berlaku secara sah. Negara hukum rechtsstaat atau the rule of law adalah konsep negara yang diidealkan oleh para pendiri bangsa yang membahas dan merumuskan UUD 1945. Sebagai negara hukum, maka hukum harus dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem. Negara hukum Indonesia dapat juga diistilahkan sebagai negara hukum pancasila walaupun terinspirasi dari konsep negara hukum yang terkenal di Barat, akan tetapi apa yang dikehendaki keseluruhan jiwa yang tertuang dalam Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945, demikian juga rumusan terakhir negara hukum dalam UUD 1945 setelah perubahan adalah suatu yang berbeda dengan konsep negara hukum Barat dalam arti rechtstaat maupun rule of law. Menurut Oemar Seno Adji berpandangan bahwa Negara hukum indonesia bersifat spesifik, konsep negara hukum disamping memiliki kesamaan tetapi juga memiliki perbedaan dengan konsep negara hukum barat baik rechstaat maupun rule of law ” . Oemar juga berpendapat dalam negara hukum pancasila posisi Tuhan menjadi satu elemen utama, begitu pentingnya prinsip ketuhan ini dalam negara Indonesia menempatkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa Seno Adji, 1980: 25 Dari elemen-elemen yang spesifik tersebut yang menjadikan negara hukum Indonesia berbeda dengan konsep negara hukum yang dikenal secara umum Perbedaan itu terletak pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya mengandung Pancasila dengan prinsip-prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa serta tidak adanya pemisahan antara negara dan agama, prinsip musyawarah dalam pelaksanaan kekuasaan pemerintahan negara, prinsip keadilan sosial, kekeluargaan dan gotong royong serta hukum yang mengabdi pada keutuhan negara kesatuan Indonesia. Lahirnya negara hukum Pancasila menurut Padmo Wahyono berbeda dengan cara pandang liberal yang melihat negara sebagai suatu status tertentu yang dihasilkan oleh suatu perjanjian bermasyarakat dari individu-individu yang bebas atau dari status “naturalis” ke status “civis” dengan perlindungan terhadap civil rights. Tetapi dalam negara hukum Pancasila terdapat anggapan bahwa manusia dilahirkan dalam hubungannya atau keberadaanya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu negara tidak terbentuk karena perjanjian atau “vertrag yang dualistis” melainkan “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas…”. Tahir Azhary, 2003: 96